"Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung dan penguatan perkebunan sawit rakyat melalui program sarpras."
SEBANYAK 130 petani kelapa sawit yang datang dari berbagai wilayah di Riau berkumpul dalam gelaran Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Samade bersama BPDPKS.
Gelaran bertajuk Penguatan Perkebunan Sawit Rakyat Melalui Program Sarpras ini digelar di Grand Elite Hotel Pekanbaru, Kamis (20/6).
Sukanto selaku penanggung jawab kegiatan mengatakan 130 petani kelapa sawit yang menjadi peserta kali ini datang mewakili sejumlah Koperasi dan Kelompok Tani yang juga menjadi anggota Samade sendiri.
"Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung dan penguatan perkebunan sawit rakyat melalui program sarpras. Kemudian juga sebagai upaya membantu petani serta sosialisasi bahkan meningkatkan motivasi petani dalam pengajuan program sarpras," paparnya.
Sementara, Ketua Umum Samade, Tolen Ketaren menambahkan gelaran ini adalah langkah konkrit dari Samade untuk mendukung keterjaminan keberlangsungan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, khususnya di wilayah Riau.
"Sebetulnya ini adalah rencana kita tiga bulan lalu. Saat itu kita berjumpa dengan Dirjenbun di Jakarta dan kita diminta untuk menggalakkan sosialisasi program sarpras. Kemudian langsung kita lakukan dan wilayah Riau menjadi yang pertama kali," tuturnya.
Artinya lanjut Tolen, akan ada kegiatan serupa di berbagai DPW Samade se-Indonesia.
Kata Tolen, Samade sendiri merupakan wadah petani atau pekebun yang menjadi pelaku utama di perkebunan sawit.
Bukan hanya sektor kebun saja, ada juga sisi hilirisasi seperti UMKM lidi sawit dan sebagainya. Samade juga memiliki program penangkaran benih kelapa sawit.
"Tentu kehadiran kita bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan petani, salah satunya lewat program-program yang dihadirkan pemerintah," bebernya.
Kelapa sawit saat ini memiliki peran penting dan menjadi penyumbang devisa negara terbesar di Indonesia. Bahkan menjadi tempat bergantung jutaan masyarakat indonesia.
Namun sayangnya, muncul berbagai permasalahan salah satunya yakni kondisi infrastruktur yang rusak bahkan belum memadai.
Rusaknya jalan jalur angkutan kelapa sawit itu, membuat petani harus merogoh kocek lebih dalam dan biaya angkutan semakin besar.
Di samping itu ada juga produksi rendah lantaran terkendala di pupuk atau pemilihan benih yang tidak bersertifikat. Terakhir, kata Tolen, belum tersedianya alat langsir atau angkut yang dimiliki petani.
"Nah kita tau bahwa BPDPKS memiliki program untuk pemenuhan itu, sehingga seharusnya gelaran ini dimanfaatkan petani," tegasnya.
Baca Juga: Petani Inhu Ikut Sosialisasi Program Sarpras Perkebunan Sawit
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau Dr. Syahrial Abdi yang membuka gelaran FGD tersebut mengatakan gelaran ini menurutnya sangat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman terhadap petani, khususnya dalam konsen industri hulu hingga hilir perkebunan kelapa sawit.
Ini juga seiring langka dengan Provinsi Riau yang saat ini tengah menjaga konsistensi keberpihakan kepada petani kelapa sawit.
"Dari hitungan, kita perkirakan ada 860 ribu kelapa keluarga yang berkerja di perkebunan kelapa sawit. Jika satu keluarga saja ada 4 orang, maka ada 3,4 juta jiwa bergantung pada kelapa sawit," jelasnya.
Mantan Kepala Badan Pendapatan Riau tersebut juga ini mengatakan ada lima sumber pendapatan di Riau. Di mana yang menjadi indikator dalam penentuan besaran pendapatan tadi adalah harga kelapa sawit. Artinya petani kelapa sawit juga berperan penting dalam pendapatan daerah tersebut.
"Maka wajar jika petani menuntut perbaikan sarana dan prasarana untuk kemajuan kelapa sawit kebunnya. Sebab nantinya juga berdampak pada daerah atau devisa negara," bebernya.
Kemudian lanjut Syahrial, Sarpras memang sangat dibutuhkan di perkebunan kelapa sawit di Riau, khususnya dari sisi infrastruktur. Tidak sedikit jalan perkebunan yang rusak bahkan tidak layak.
"Memang DBH kita sangat besar yakni Rp83 miliar. Namun saya tidak puas karena 80% justru masuk dalam program sarpras di Dinas Pekerjaan Umum. Dimana digunakan untuk perbaikan jalan aspal. Padahal kita ingin dikembalikan atau dimasukan u tuk perbaikan jalan-jalan kebun kelapa sawit milik petani. Seharusnya petani yang mendapatkan perhatian besar. Memang ada hambatan beberapa waktu lalu yakni data yang belum memadai," jelasnya.
Sementara dari data yang diterima Syahrial, sepanjang 2024 ini ada 7 kabupaten yang sudah mengajukan program sarpras ini. Yakni Siak, Rohil, Pelalawan, Kampar, Kuansing, Dumai dan Bengkalis.
"Inhil belum ada pengajuan sama sekali. Untuk daerah Inhu ada yang mulai mengajukan," tandasnya.
Gelaran ini dibuka langsung oleh Kadisbun Riau secara simbolis dengan pemukulan gong yang didampingi Ketum Samade, dan segenap tamu undangan.
Bahkan acara ini dimeriahkan dengan gelaran diskusi interaktif dengan menghadirkan beberapa narasumber yang kompeten.