Saat membangun kebun dulu petani hanya mengandalkan kepercayaan saja."
PENYESALAN sering datang belakangan. Hal itu pulalah yang sejak beberapa waktu terakhir dirasakan oleh para petani kelapa sawit di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Amrizal, salah seorang petani di kabupaten tersebut, menjelaskan rendahnya produksi kebun petani karena salah dalam pemilihan benih saat awal membangun kebun.
Dikatakan, saat itu petani cenderung menggunakan bibit tidak bersertifikat atau abal-abal, yang akhirnya produksi tidak maksimal.
"Kalau kita hitung selisih produksi dengan bibit berkualitas sampai dengan 35%. Untuk itu rencana kita akan ajukan untuk peremajaan," ujarnya, Rabu (17/7).
Menurut Amrizal, saat membangun kebun dulu petani hanya mengandalkan kepercayaan saja. Tidak menggali lebih dalam terkait asal usul benih dan dampak ke depan.
"Jadi dulu, orang tanam kita ikut tanam tanpa melihat apakah itu bibit berkualitas atau tidak," tuturnya.
Lanjutnya lagi, daerah paling luas di kebun yang menggunakan bibit tak bersertifikat itu berada di Kecamatan Lubuk Basung.
Makanya, menurut Amrizal, pihaknya berkomitmen mengajukan peremajaan sawit meski kebun mereka masih tergolong berusia muda. Yakni mulai dari usia 7 tahun.