https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Inovasi

Diversifikasi, Upaya Mengurangi Ketergantungan kepada Sawit

Diversifikasi, Upaya Mengurangi Ketergantungan kepada Sawit

Budidaya padi gogo di lahan kelapa sawit di Bengkulu. Foto: Sangun Doya

Padi gogo adalah suatu tipe padi lahan kering yang toleran terhadap kekeringan.

KEBIJAKAN Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu mendorong petani membudiyakan tanaman pangan untuk mengatasi kelangkaan beras mendapat sambutan beragam dari kalangan petani.

Banyak yang mendukung, tentu dengan alasan beragam. Budi Santoso, salah satu petani sawit di Bengkulu, misalnya, menilai langkah ini diharapkan  dapat membantu mengurangi ketergantungan petani terhadap komoditas kelapa sawit yang fluktuatif harganya di pasar global.

"Dengan diversifikasi tanaman, diharapkan kami dapat lebih stabil dalam menghadapi risiko ekonomi," ungkap Budi.

Ia juga  melihat potensi ekonomi yang besar dari budidaya padi Gogo di lahan yang sebelumnya hanya dimanfaatkan untuk kelapa sawit.

Tapi, ada pandangan berbeda dari seorang Pengamat Pertanian Bengkulu, Prof Dr Zainal Muktamar. Menurutnya, tanaman tumpang sari terbaik untuk lahan sawit sebenarnya adalah kacang-kacangan, bukan padi.

Sebab, menurut Zainal, jenis tanaman kacang-kacangan mampu mengikat nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman sawit untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

"Tanaman kelapa sawit membutuhkan nitrogen agar tumbuh subur jadi lebih ideal menanam kacang-kacangan di kebun sawit dibandingkan tanaman padi," ujar Zainal.

Kendati demikian, Pemprov Bengkulu telah memberikan dukungan penuh terhadap upaya pemerintah pusat untuk mendorong petani di daerah ini agar membudidayakan padi Gogo di lahan kelapa sawit. Langkah ini diambil dalam rangka mendukung swasembada pangan yang menjadi fokus utama dalam kebijakan pertanian. 

Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, M Rizon mengatakan, pihaknya sangat mendukung budidaya padi Gogo di lahan kelapa sawit. Sebab padi varietas ini bisa hidup di lahan kering atau tanpa genangan air.

"Padi Gogo adalah suatu tipe padi lahan kering yang toleran terhadap kekeringan atau tanpa penggenangan seperti padi sawah. Padi gogo banyak diusahakan hampir di seluruh wilayah di Indonesia," kata Rizon, Minggu (10/3).

Ia menambahkan, padi Gogo memiliki potensi yang menjanjikan dalam produksi pangan. Dengan kemampuannya menghasilkan di lahan kering sekitar 3,9 ton per hektar dan potensi hasil mencapai 7,3 ton per hektar, tanaman ini menjadi pilihan yang menarik bagi petani di Bengkulu.

"Selain itu, varietas ini juga memiliki keunggulan lain seperti dapat dipanen pada umur 115 hari dan memiliki tekstur nasi yang sedang. Varietas padi Gogo juga dikenal tahan terhadap penyakit blas serta agak toleran terhadap kekeringan dan keracunan aluminium," tambah Rizon.

Sementara Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah mengatakan, upaya mengubah pola tanam di lahan kelapa sawit menjadi ladang padi Gogo tetap menjadi prioritas bagi pemerintah daerah. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah untuk mencapai swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani

"Kami mendukung lahan kelapa sawit menjadi ladang padi Gogo karena ini sejalan dengan visi pemerintah untuk mencapai swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani," tutur Rohidin.

Untuk mendukung keberhasilan program ini, Pemprov Bengkulu berencana untuk memberikan pelatihan dan pendampingan teknis kepada petani mengenai budidaya padi Gogo. Hal ini bertujuan agar petani dapat mengoptimalkan produksi serta memperoleh hasil yang maksimal dari usahanya.

"Kami berharap program budidaya padi Gogo di lahan kelapa sawit dapat menjadi contoh yang baik dalam memanfaatkan lahan secara efisien serta berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani di Provinsi Bengkulu," tutup Rohidin.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS