https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Bisnis

Bukukan Laba Rp508 M, Kontribusi Terbesar untuk PT DSNG dari Produk Turunan Sawit

Bukukan Laba Rp508 M, Kontribusi Terbesar untuk PT DSNG dari Produk Turunan Sawit

Ilustrusi CPO, salah satu produk turunan sawit yang memberi kontribusi besar bagi laba PT DSNG. Foto: agrofarm.co.id

Segmen kelapa sawit menyumbang pendapatan sebesar Rp 4,0 triliun.
 
SEBANYAK tiga produk turunan sawit seperti minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO), dan cangkang sawit, sukses menggenjot perolehan laba PT PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) sepanjang semester atau paruh pertama 2024 ini.

Dalam sebuah keterangan resmi, Selasa (30/7), Direktur Utama DSNG, Andrianto Oetomo, mengungkapkan total laba DSNG tumbuh 41 persen secara tahunan atau year on year (yoy) di semester pertama 2024.

Kalau dirupiahkan, Andrianto Oetomo bilang, DSNG membukukan laba sebesar Rp 508 miliar pada semester pertama 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Kenaikan laba tersebut, kata dia, didorong oleh peningkatan pendapatan dari semua segmen usaha, baik kelapa sawit, produk kayu, maupun energi terbarukan atau biomasa yaitu cangkang sawit.

Yang paling terasa memberikan keuntungan bagi DSNG, kata Andrianto, terutama kenaikan harga produk turunan kelapa sawit yang dikelola perusahaan.

"Serta, di saat yang sama, sepanjang semester pertama 2024, terjadj penurunan biaya operasional seiring turunnya harga pupuk yang sempat melonjak tinggi tahun lalu," ungkapnya 

Kalau diakumulasikan, ia mengatakan sepanjang paruh pertama 2024 lalu, DSNG membukukan total pendapatan sebesar Rp 4,7 triliun, naik 8 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Ia merinci, dari jumlah tersebut, segmen kelapa sawit menyumbang pendapatan sebesar Rp 4,0 triliun, naik 5 persen dibandingkan semester I 2023, dengan harga rata-rata CPO dan PKO naik masing-masing sebesar 3,2 persen dan 8,6 persen. 

Pihaknya mengakui segmen kelapa sawit masih memberikan kontribusi utama pendapatan bagi perseroan, yakni sekitar 86 persen, seiring peningkatan produktivitas, terutama dari perbaikan rendemen atau oil extraction rate (OER).

“Kinerja operasional kelapa sawit perseroan terbantu oleh membaiknya OER dari 22,62 persen pada semester I tahun lalu menjadi 24,05 persen di semester I tahun ini," ungkap Andrianto Oetomo 

Kata dia, penurunan produksi CPO DSNG 
terutama dipicu oleh berkurangnya pembelian buah dari pihak eksternal karena terbatasnya ketersediaan tandan buah segar (TBS) eksternal dengan harga yang masih memberikan marjin proses olah.

Sementara itu, dia menunjukkan kalau segmen usaha produk kayu menyumbang sekitar Rp 558 miliar atau kontribusi sebesar 12 persen terhadap pendapatan total, mengalami kenaikan 11 persen dibandingkan semester I 2023.

Hal ini seiring dengan kenaikan volume penjualan produk panel hingga 25 persen YoY. Namun kondisi pasar internasional untuk produk kayu hingga saat ini masih belum pulih ke level yang diharapkan. 

"Hal ini terlihat pada produk panel yang mengalami pelemahan harga jual dibandingkah tahun lalu, sementara harga rata-rata produk lantai kayu naik tipis karena perbedaan komposisi produk yang dijual," ujarnya.

"Meskipun kondisi pasar produk kayu saat ini kurang menggembirakan, namun perseroan tetap berupaya mengembangkan bisnis produk kayu agar memiliki potensi kinerja yang lebih baik di masa depan," ungkapnya. 

Ia mengatakan, rencana pengembangan saat ini masih dalam tahap penggodokan sebelum nantinya dieksekusi, tentunya dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang ada.

Kembali ke sawit, Andrianto bilang sejak tahun lalu segmen energi terbarukan DSNG yang berfokus di biomassa, mulai memberikan kontribusi pendapatan bagi DSNG, melalui penjualan cangkang kelapa sawit ke Jepang. 

Pada semester I 2024, ujarnya, energi terbarukan menyumbang Rp 119 miliar atau sekitar 2,5 persen dari total pendapatan perseroan, meningkat hampir 300 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Tapi yang bikin gregetan, Andrianto bilang hutang perseroan justru semakin meningkat seiring melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) sebesar 7 persen selama paruh pertama tahun 2024.

Andrianto Oetomo menjelaskan bahwa pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut memang berdampak pada peningkatan nilai total hutang USD perseroan yang ditransaksi ke dalam Rupiah pada tanggal pelaporan buku, sesuai dengan ketentuan standard akuntansi yang berlaku. 

Padahal, ucapnya, sebenarnya hutang USD perseroan justru mengalami penurunan sebesar 12 persen dibandingkan akhir tahun 2023 seiring dengan pembayaran angsuran pokok. 

Hingga akhir Juni 2024, Andrianto membeberkan kalau saldo hutang USD perseroan berkisar 20 persen dari total hutang perseroan.

Tapi Andrianto Oetomo tidak khawatir terhadap kemampuan perseroan dalam memenuhi kewajiban pembayaran hutang USD yang jatuh tempo.

"Hal ini mengingat total kewajiban pembayaran tersebut hanya berkisar 25 persen dari total pendapatan dalam USD yang dihasilkan oleh segmen usaha produk kayu dan renewable energi sehingga terjadi natural hedging,"ucapnya.

Sementara itu, performa positif DSNG juga mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak, baik terkait kinerja finansial maupun kinerja di bidang keberlanjutan. 

Pada bulan Mei 2024 yang lalu, ia menambahkan, DSNG berhasil mendapatkan penghargaan dengan predikat Green Elite dan Platinum Plus.

Penghargaan tersebut, kata dia, dari InvestorTrust.Id yang bekerja sama dengan Bumi Global Karbon (BGK) untuk upaya pengungkapan dan penurunan emisi karbon Perseroan. 

"Baru-baru ini, DSNG kembali masuk ke dalam konstituen Index Tempo – IDN Financial 52 untuk kedua kalinya dengan kategori High Dividend," ucap Andrianto. 

Acara itu, kata dia, berlangsung di Novotel Hotel, Balikpapan, Kaltim, dan penghargaan ini diterima perseroan pada akhir pekan yang lalu, Jumat, 26 Juli 2024. 

"Perusahaan-perusahaan yang masuk dalam Indeks Tempo-IDNFinancial 52 adalah perusahaan publik yang memiliki kinerja yang baik," kata dia.

"Lalu setelah itu diseleksi melalui proses pemilahan data laporan keuangan dari tahun 2018 hingga 2023 milik seluruh emiten di BEI," tegas Andrianto Oetomo.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS