"Padahal kondisinya, konsumsi kita naik terus."
KETUA Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menyarankan mempercepat realisasi program peremajaan sawit rakyat (PSR) untuk menjawab persoalan produktifitas kebun kelapa sawit di Indonesia yang cenderung menurun.
Menurut Eddy, pihaknya mencatat sepanjang 2023 kebun kelapa sawit yang sudah dilakukan peremajaan seluas 1.891,68 hektar. Sedangkan pengajuan 2.138,78 hektar.
Menurut Eddy, terdapat sejumlah kendala yang dihadapi petani dalam pengajuan PSR. Untuk itu pihaknya mengusulkan agar persyaratan dipermudah atau disederhanakan.
Misalnya dalam verifikasi cukup dengan sampling saja dengan dasar lembaga pekebun wajib memberikan Berita Acara Rapat Anggota Tahunan/Luar Biasa (BA RAT/RALB) yang disahkan oleh dinas lembaga pekebun dan diketahui dinas yang membidangi perkebunan.
Lalu, BA RAT/RALB harus kuorum dan menyatakan mengajukan peremajaan menggunakan dana BPDP-KS. Sementara pertanyaan dalam verifikasi pekebun cukup substansi saja. Misalnya nama dan luas lahan yang diajukan.
Terakhir Eddy meminta agar foto pekebun di lahan cukup sampling saja. Sebab tidak semua pekebun mengetahui posisi lahannya.
Sebelumnya diungkapkan Eddy, produktifitas kebun kelapa sawit di Nusantara cenderung menurun saat ini. Bahkan produksi juga stagnan 5 tahun belakangan.
"Padahal kondisinya, konsumsi kita naik terus," kata Eddy dalam acara Siexpo 2024 di Pekanbaru, Kamis (8/8) lalu.
Kondisi ini kata Eddy, akan diperparah lagi jika pemerintah menerapkan produksi B40 dan B50.
Akhirnya kebutuhan bahan baku dari turunan sawit akan semakin besar dan akan semakin sulit jika produktifitas kebun masih mengalami penurunan.