https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Elaeisiana

Namaku Elaeis...

Namaku Elaeis...

Para perempuan di Nigeria menjujung Tandan Buah Segar (TBS) dari kebun. foto: von.gov.ng

Tahun 1990 an, aku sudah jadi minyak goreng dan biskuit di Eropa. 

Namaku kelapa sawit. Dalam bahasa inggris sering disebut palm oil. Namun dalam bahasa latin, aku dinamai elaeis guineensis. 

Enggak tahu juga kenapa disematkan guineensis itu di belakang elaeis. Cerita yang aku dengar sih, itu lantaran aku berasal dari Teluk Guinea, di Delta Niger, di kawasan Nigeria.

Tak pernah terbayangkan olehku, aku bisa setenar sekarang, dibutuhkan dunia dan menjadi bagian terbesar dari komposisi minyak nabati; mencapai 53%. 

Padahal sekitar tahun 1800 an, hanya kerajaan Dahomey dan orang-orang Krobo di dekat Accra (ibukota Ghana sekarang) yang iseng-iseng menanamku.

Perempuan dan laki-laki lokal sedang mengekstrak minyak sawit dengan cara mengukus. foto: premium times.

Belakangan barulah orang-orang di Delta Niger ikut menanam. Walau aku ditanam di daerah rawa, tapi hasilnya jauh lebih banyak ketimbang yang ada di Dahomey. 

Gara-gara hasilnya masih cekak itulah makanya pada sekitar tahun 1840, Dahomey baru bisa mengekspor minyakku di kisaran 1000 ton per tahun. 

Beda dengan Niger yang sudah 13 ribu ton per  tahun. Cerita ini pernah dicacat oleh dua orang; Manning pada 1982 dan Wilson tahun 1991.

Tapi begini lho...lebih dari 5000 tahun lalu, sebetulnya aku sudah dikonsumsi oleh manusia meski katanya masih hanya oleh orang-orang di kawasan Barat Daya Afrika, khususnya di antara Angola dan Gambia. 

Yang membikin unik kemudian, minyakku sudah sampai pula ke kawasan Mesir lebih dari 3000 tahun lalu. Sejumlah arkeolog yang telah membuktikan itu. 

 

Mereka menemukan sisa-sisa minyakku di salah satu makam kuno di Abydos --- sebuah kota tua di jaman Mesir kuno --- pada akhir 1800.  

Kenneth F, Kifle dan Kriemhild Conee Ornelas yang menulis cerita penemuan itu dalam buku mereka yang berjudul "World History Of Food". 

Di buku yang diadopsi dari tulisan Friedel (1897) itu dibilang bahwa ada beberapa kilogram minyakku ditemukan dalam bejana di makam itu.

Satu keluarga sedang mengekstrak minyak sawit dengan cara yang masih sangat tradisional. foto: chronicle.ng

Enggak sembarangan mereka menceritakan itu. Sebab analisis kimianya ada. Ada asam palmitat dan gliserol dalam minyak di bejana itu. Itu kan kandungan yang ada padaku... 

Dalam beberapa catatan para pelancong Eropa ke Afrika Barat pada pertengahan abad ke-15, namaku juga sudah dicatat mereka sebagai bagian dari makanan lokal di sana. 

Minyakku yang berwarna merah malah sudah menjadi bagian penting dalam perdagangan budak Atlantik, dan menjadi bahan makanan populer di kalangan orang-orang keturunan Afrika di wilayah Bahia, Brasil. 

Northrup yang menulis cerita itu pada 1978, lalu dilanjutkan oleh Hartley pada 1988 serta R. Lago pada 1993.

Revolusi Industri Inggris yang terjadi pada 1760 telah membikin aku makin disukai. Tak hanya untuk makanan, minyakku malah sudah dijadikan lilin dan pelumas mesin.   

 

Setelah tahun 1900 an, orang-orang Eropa mulai memutuskan untuk berkebun di Afrika Barat dan Barat-Tengah. 

Orang pertama yang menanamku pada skala perkebunan adalah EJ Mulder, seorang misionaris Katolik Roma. Dia menanamku di Gabon pada 1870. Hasilnya kurang memuaskan. 

Lantaran kurang berhasil itulah makanya, kalau hasilnya dikumpul-kumpul, minyakku yang sudah diperdagangkan pada tahun 1930, masih hanya sekitar 250 ribu ton. 

Cerita ini bukan aku yang bilang, Empire Marketing Board yang menuliskan kisah itu pada 1932: Hartley 1988 dan Lynn setahun kemudian. 

Pada 1967, Lim menulis dan Martin kemudian pada 1988, bahwa proses hidrogenasi untuk minyak dan lemak ditemukan pada tahun 1902. Dari sinilah cikal bakal aku dijadikan margarin. 

Lepas Perang Dunia ke-II, aku benar-benar sudah menjadi bagian dari bahan makanan orang-orang Barat. Soalnya waktu itu teknologi untuk menyuling minyakku sudah semakin bagus. 

Hanya saja, lantaran teknologi itu pula minyakku makin dicari orang. Sudah gitu, ekspansi perkebunan sawit pun semakin kencang. 

Alhasil, antara tahun 1962-1982, produksi minyakku sudah meroket dari 500 ribu ton menjadi 2,4 juta ton per tahun. Malaysia menjadi produsen terbesar dunia kala itu. 

Tahun 1982, 85% ekspor minyakku berasal dari sana. Lonjakan ini terjadi lantaran pengelolaanku dalam sistim perkebunan ditangani langsung oleh Otoritas Pengembangan Tanah Federal (FELDA) di sana.

Nah, pada 1991, Mielke menulis kalau di tahun 1990, produksi minyakku di seluruh dunia sudah mencapai 11 juta ton per tahun. 8,5 juta ton diperdagangkan. 

Minyakku yang berwarna merah menjadi bagian dari sup dan hidangan panggang di Afrika Barat. Di Eropa dan Amerika Serikat, aku malah sudah jadi minyak goreng dan biskuit...

Hhhhmmm...untuk sementara, sampai di sini dulu ceritanya ya. Pada cerita berikutnya aku akan paparkan gimana ngilernya orang Eropa berkebun sawit dan gimana pula William Lever --- yang menjadi cikal bakal Unilever --- mengutak-atik varietas baruku; 'Palm Lisombe' alias Tenera di stasiun penelitian Yangambi di Kongo...


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS