"Penurunan harga CPO akan menggerus pendapatan ekspor."
PENGAMAT ekonomi dari Kota Medan Gunawan Benjamin mencemaskan dampak penurunan ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) --terutama melalui Pelabuhan Belawan-- yang telah terjadi sejak Juni lalu.
Ditambah lagi harga CPO terus merosot sejak awal hingga pertengahan Agustus ini, yaitu turun di kisaran RM 3.919 per ton, bahkan sempat menyentuh RM 3.688 per ton.
"Kinerja ekspor Sumut selama tahun berjalan mengalami penurunan. Dan pada bulan Juni, ekspor Sumut turun sebesar 6.04 persen secara year to date (YTD), dan turun sebesar 0.9 persen secara bulanan atau month to month (MTM)," kata Gunawan Benjamin, Jumat (16/8).
Sebagai infornasi, pria ini adalah seorang pengamat ekonomi asal kota Medan dan sehari-hari aktif sebagai akademisi di kampus Universitas Islam Sumatera Utara (UISU).
Kata Gunawan Benjamin, penurunan ekspor terjadi baik dari sisi tonase CPO maupun dari sisi pendapatan devisa dari hasil penjualan CPO.
"Penurunan kinerja ekspor ini seharusnya menjadi alarm bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut, seiring dengan ketidakpastian ekonomi global," ucap Gunawan.
Dirinya melihat penurunan harga CPO belakangan ini dipicu oleh penurunan harga minyak kacang kedelai atau soya bean oil di negara-negara produsennta seperti di Amerika Serikat (AS) dan Argentina.
"Nah, penurunan harga kacang kedelai dipicu oleh meningkatnya panen di AS yang akhirnya mendorong kenaikan sisi persediaan atau suplai," ucap Gunawan.
Ia sempat mencatat kalau harga minyak kacang kedelai anjlok dari kisaran $ 12 per bushel pada bulan Juni, menjadi sekitar $ 9.4 per bushel pada saat ini.
Selain itu, pengajar ekonomi syariah ini mengatakan, ancaman resesi yang berpeluang terjadi pada ekonomi AS bisa menekan ekspor ril Sumut.
Dia mengingatkan bahwa resesi selalu identik dengan melemahnya konsumsi masyarakat yang bisa memicu terjadinya penurunan harga komoditas atau deflasi.
"Sejauh ini AS memang belum mengalami resesi, akan tetapi probabilitas atau kemungkinan resesi AS mencuat belakangan ini," ucap Gunawan Benjamin.
Kata dia, situasi ini bukan menjadi kabar baik buat ekspor konoditas Sumut yang didominasi oleh ekspor produk turunan kelapa sawit.
"Ingatlah, penurunan harga CPO akan menggerus pendapatan ekspor, dan bisa menekan harga pembelian tandan buah segar (TBS) produksi petani di tingkat pabrik kelapa sawit," tuturnya lebih lanjut.
"Ada sebuah potensi di mana nilai tukar petani (NTP) perkebunan turun di bulan Agustus ini. Dan ke depan kita lebih banyak berhadapan dengan ketidakpastian kinerja ekspor," beber Gunawan menambahkan.
Ia mengingatkan, ada banyak sentimen negatif yang bisa membuyarkan harapan kinerja ekspor maupun harga pembelian TBS produksi petani di masa depan.
Dari mulai perang yang kian meluas, potensi melambatnya pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor, potensi memburuknya kinerja ekonomi besar seperti AS dan China, juga dampak rentetan lain yang diakibatkan ketidakstabilan politik.
"Perlu diingat, upaya untuk memitigasi penurunan harga CPO adalah dengan mendorong penggunaan CPO untuk keperluan domestik," tegas Gunawan Benjamin memberikan solusi.