Diharapkan diproduksi secara massal sehingga terserap pada lahan pertanian, perkebunan di Indonesia.
PUPUK hayati mikroba memiliki keuggulan yang luar biasa, dan tidak ada kompetitornya karena exopolysaccharide yang meng-coating bakteri.
Pernyataan itu disampaikan eks Direktur Eksekutif Lembaga Pengembangan Pertanian Organik Indonesia (LP2OI) Dr. Lukman Gunarto, yang menginisiasi lahirnya pupuk tersebut.
Sebagainana diketahui, para petani dituntut memenuhi kebutuhan tanaman supaya produktivitas tetap maksimal meskipun gonjang-ganjing harga pembelian pupuk terbilang menjulang. Kondisi ini membuat segelintir kelompok pekebun ketar-ketir.
Pekebun harus melek memposisikan diri dalam dinamika tersebut. Harus ada gebrakan meskipun berlahan-lahan dengan menyelingi asupan makanan tanaman dengan pupuk hayati mikroba yang juga dapat memulihkan lahan.
Lukman Gunarto menceritakan bahwa tidak dipungkiri bahwa petani tidak lepas dari penggunaan pupuk kimia sejak tahun 1960 mengingat tempo dulu pupuk hayati belum muncul dan dikembangkan.
Beranjak dari data itulah, Lukman Gunarto menginisiasi untuk menciptakan pupuk hayati yang bisa diaplikasikan ke pertanian, perkebunan di Indonesia. Terobosan ini bertujuan agar petani tidak kelimpungan memenuhi kebutuhan pertanian.
"Hasil riset lahirlah pupuk hayati mikroba merk 'Golden Harvest' yang menakjubkan. Pupuk itu hasil riset penelitian di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan IPB Bogor," terangnya, Sabtu (17/8).
Lelaki yang berdomisili di Perumahan kawasan BSD itupun menceritakan, pupuk hayati hasil karya risetnya menghasilkan produktivitas panen melimpah seperti tebu di Kabupaten Karawang, panen kelapa sawit di Provinsi Riau pada tahun 2006.
Selain itu, panen padi di Bandung pada tahun 2019, lagi-lagi petani tidak kecewa terhadap hasilnya dan juga mendapat apresiasi dari Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat.
"Hasil panen sangat luar biasa dibandingkan menggunakan pupuk kimia, dan lahan pertanian pun semakin subur," paparnya sesuai pengakuan petani diterimanya.
Dia merinci, produk tersebut pernah dijual di pasar bebas melalui pihak ketiga perusahaan berbasis di RCC yakni Tiens, akan tetapi merk Holden Harvest tidak bertahan lama karena beragam dinamika terjadi yang tidak bisa disebutkan.
Kendati pernah dipasarkan Tiens, pupuk hayati mikroba hasil 'sidik jari' Lukman Gunarto tetap masih eksis dan bisa dinikmati segelintir petani di wilayah Pulau Jawa, sebagian menyasar ke Sumatra dengan merk Formula +100.
"Ya, dinikmati para petani dengan jangkauan terbatas. Saya berharap pupuk ini bisa dipakai seluruh petani di Indonesia, baik itu petani rakyat maupun pertanian swasta, mengingat pupuk ini selain tanaman padi, jagung, peternakan, perkebunan kelapa sawit juga menjanjikan," imbuhnya.
Ia pun berharap dengan teknologi temuan ini dapat menjadi manfaat bagi petani Indonesia. Selain itu memberikan pencerahan bagi pekebun mengenai pertanian yang relatif murah dan ramah lingkungan.
Beberapa bulan ke depan republik ini dipimpin presiden terpilih Prabowo Subianto, Dr Lukman berharap pupuk hayati mikroba risetnya bisa diproduksi secara massal sehingga terserap pada lahan pertanian, perkebunan di Indonesia.
Siapa pun yang akan memproduksi pupuk berbahan cair ‘sidik jarinya" bisa membawakan kemakmuran bagi petani, hasil panen dengan menggunakan pupuk hayati mikroba sudah terbukti.
Produksi pertanian Indonesia bisa berlimpah, dan waktu panen para petani bahagia karena hasil yang berlimpah dibandingkan menggunakan pupuk yang kimia.