"Kalau ada yang bilang tanaman sawit rakus air itu salah."
KEGIATAN Advocacy & Penguatan Content Creator Media Sosial dan Jurnalistik Bidang Kelapa Sawit sukses digelar Elaeis Media Group (EMG) bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Hotel Santika, Kota Bengkulu, Kamis (22/8).
Acara yang diselenggarakan hingga 23 Agustus 2023 ini bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada konten kreator dan jurnalistik di Bengkulu untuk menyampaikan informasi dan berita terkait kelapa sawit.
Pimpinan Umum Elaeis Media Group, Abdul Aziz menjelaskan, acara pelatihan Advocacy & Penguatan Content Creator Media Sosial dan Jurnalistik ini diikuti oleh 50 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan jurnalis. Mereka adalah orang-orang terpilih karena terbiasa berhubungan dengan kelapa sawit.
"Peserta yang terlibat dalam acara ini mayoritas adalah anak-anak petani sawit dan jurnalis yang sudah terbiasa menulis berita terkait sawit," ungkap Aziz.
Ia berharap, melalui pelatihan ini, para peserta nantinya dapat memberikan informasi dan berita yang akurat dan faktual mengenai kelapa sawit. Sebab kampanye negatif mengenai kelapa sawit yang marak beredar saat ini sering kali tidak didasarkan pada fakta di lapangan.
"Banyak pihak yang menuduh kelapa sawit sebagai tanaman rakus air, perusak lingkungan, dan penyebab deforestasi. Namun, tudingan ini tidaklah berdasar," tegasnya.
Menurut Aziz, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Robert Henson, seorang ahli ekofisiologi asal Oklahoma City, Amerika Serikat di Malaysia, tanaman sawit tidaklah rakus air seperti yang sering diklaim.
Bahkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal 'The Rough Guide to Climate Change itu menyebutkan tanaman sawit berada di urutan kesembilan setelah karet, pinus, sengon, akasia, lamtoro, dan bambu.
"Kalau ada yang bilang tanaman sawit rakus air itu salah, karena sudah ada yang meneliti dan ternyata anggapan negatif selama ini salah," ujar Aziz.
Lebih lanjut, Aziz menjelaskan bahwa pohon kelapa sawit memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dioksida (CO2) dalam jumlah besar. Setiap hektar kebun kelapa sawit mampu menyerap 64,5 ton CO2 per tahun.
"Dengan luas kebun kelapa sawit di seluruh dunia mencapai 25,1 juta hektar, maka total CO2 yang dapat diserap mencapai 1,68 miliar ton per tahun," paparnya.
Senada dengan hal itu, Anggota Bidang Hukum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Cabang Bengkulu, Fahmi menyatakan, bahwa kampanye negatif terhadap kelapa sawit sering kali dilakukan tanpa dasar penelitian yang kuat.
"Mereka mengatakan sawit merusak lingkungan dan menurunkan kesuburan tanah, padahal sawit adalah tanaman yang sama fungsinya dengan tanaman lainnya," ujarnya.
Selain itu, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Kominfotik) Provinsi Bengkulu, Hj Oslita SH MH, juga memberikan apresiasinya terhadap kegiatan ini.
Menurutnya, sebagai provinsi yang memiliki banyak perkebunan sawit, Bengkulu memerlukan informasi yang jujur dan etis dari para content creator.
"Konten yang disebarkan harus berdasarkan fakta di lapangan dan tidak menyesatkan, terutama mengenai harga sawit," kata Oslita.
Seperti diketahui, acara ini didukung oleh berbagai pihak, termasuk Gapki Cabang Bengkulu, Bank Bengkulu, dan beberapa perusahaan seperti PT Dinamika Selaras Jaya, PT BIO, PT Daria Dharma Pratama, serta PT Pamor Ganda.
Diharapkan, melalui acara ini, para peserta mampu menghasilkan pemberitaan yang sesuai dengan fakta dan mampu melawan kampanye negatif terhadap industri kelapa sawit.