"Kondisi itu akan menuntut petani untuk beradaptasi dengan cepat."
KETUA Umum Persatuan Organisasi Petani Kelapa Sawit (POPSI) Pahala Sibuea, mengatakan inovasi teknologi, pergeseran kebijakan, perubahan pola konsumsi dan perubahan iklim (claimate change) merupakan tantangan ke depan.
Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan signifikan dan mendadak yang mempengaruhi industri, pasar atau ekonomi secara luas, yang dikenal sebagai disrupsi global.
Ia menilai, petani kelapa sawit juga tidak luput menghadapi disrupsi global tersebut. Tantangan petani ke depan, adalah perubahan iklim, pergeseran konsumen menuju produk yang lebih berkelanjutan dan perkembangan teknologi energi terbarukan.
"Kondisi itu akan menuntut petani untuk beradaptasi dengan cepat. Artinya petani tidak lagi hanya menjadi penghasil TBS tapi juga harus dapat mentransformasikan diri menjadi pelaku utama dalam upaya ketahanan energi dan berkontribusi pada perekonomian global," ujarnya, Kamis (22/8).
Menurut Pahala, peralihan itu bukanlah sekadar perubahan peran, melainkan sebuah strategi bertahan hidup di tengah guncangan besar yang melanda pasar energi dunia.
Ketika dunia bergerak menuju penggunaan energi bersih, potensi minyak sawit sebagai bahan baku bioenergi menjadi peluang emas.
Dengan memanfaatkan teknologi modern lanjutannya, petani sawit dapat mengolah hasil kebun sawitnya menjadi biofuel atau sumber energi lainnya. Bukan hanya bernilai ekonomi tinggi tetapi produk ini juga juga mendukung keberlanjutan lingkungan.
"Dengan mengambil peran ini, petani sawit bukan hanya bertahan dalam menghadapi disrupsi global, tetapi juga menjadi motor penggerak dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan," katanya.
"Mereka tidak lagi hanya menjadi penyedia bahan mentah, melainkan juga aktor utama dalam menjaga ketahanan energi, yang merupakan fondasi penting bagi kemakmuran global di masa depan," paparnya.
Kendati begitu menurut Pahala, ini akan menuntut petani untuk mengembangkan kapasitas dan pengetahuan baru. Selain itu petani perlu memahami dinamika pasar energi, mengadopsi praktik pertanian yang lebih efisien, serta menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan industri.
Di samping itu petani sangat membutuhkan dukungan dari kebijakan nasional dan internasional untuk mendorong transisi ini, dan memastikan bahwa petani sawit mendapatkan akses yang adil ke teknologi dan pasar.
"Pilihan melakukan transformasi diri untuk menjadi pelaku dalam ketahanan energi merupakan hal yang paling memungkinkan dan mudah dilakukan petani, melihat dari sisi karakteristik petani dalam budidaya sawit dan menyesuaikan program hilirisasi pemerintah khususnya untuk biofuel," tandasnya.