https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Persona

Cerita Perempuan Cantik dari Kempas Jaya

Cerita Perempuan Cantik dari Kempas Jaya

Jihan saat melakukan praktik kimia industri di kampusnya Instiper Yogya. foto: dok. pribadi

Dari SMP hingga lulus SMA, Jihan selalu didapuk menjadi juara umum. Ingin mendirikan dan mengelola PKS sendiri. 

Khansa Jihan Safitri. Sudah masuk semester kedua perempuan 18 tahun ini bermukim di Yogyakarta, menjadi mahasiswi strata satu Instiper di Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. 

Kalau tiga mata kuliah lagi nilainya sama dengan hasil dari 10 mata kuliah yang sudah keluar, dipastikan Indeks Prestasi (IP) nya di semester pertama itu; 4.  

"Target saya saat wisuda, cumlaude. Aamin..." anak kedua dari tiga bersaudara ini menanam ikhtiar.  

Menyabet nilai tinggi sebenarnya sudah menjadi hal biasa bagi putri pasangan Tedi Susilo dan Aprida Iriani ini. 

Jihan, saat bersama teman-temannya menghadiri acara family gathering IKM-BPDPKS. foto: dok. pribadi

Soalnya sejak di bangku SMP Negeri 3 Kempas Jaya kabupaten Indragiri Hilir-Riau, hingga lulus dari SMA Dharma Pendidikan di daerah yang sama, perempuan cantik ini sudah menjadi langganan juara umum. 

Walau begitu, selepas SMA, Jihan justru tidak begitu tertarik untuk kuliah di kampus umum. Dia lebih memilih mencoba peruntungan di jalur beasiswa sawit yang dibiayai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). 

Selain tertantang oleh jejak kakaknya Atiqah Najwa Anggraini yang diterima menjadi mahasiswi beasiswa sawit jurusan Teknik Informatika di Politeknik Kampar pada 2020, dia ingin memordernisasi jejak ayahnya yang petani sawit. 

 

"Suatu saat saya ingin bersama alumnus beasiswa sawit BPDPKS mendirikan dan mengelola Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sendiri. Sebelum itu terwujud, saya akan cari pengalaman dulu dengan bekerja di industri sawit," tegas suara perempuan ini di ujung telepon saat berbincang dengan Elaeis Media Group (EMG), jelang siang tadi.

Syukuran dan bakti sosial di salah satu panti asuhan di Yogyakarta. foto: dok. pribadi

Demi merangkai mimpi itulah makanya Jihan akan mengambil konsentrasi Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Turunannya di kampus itu. 

Dan kebetulan pula, sejak SMA, Jihan sudah tertarik dengan ilmu kimia. Itulah makanya waktu ikut tes beasiswa sawit, dia mengambil pilihan kedua; Teknik Kimia di Politeknik LPP Yogya. 

"Alhamdulillah, pilihan pertama yang lulus dan tetap saja, kimianya kental di jurusan itu," dia ketawa. 

Jihan mengaku sangat bersyukur punya sosok ayah; Tedi Susilo, yang sejak tahun 2017 lalu telah mendedikasikan diri untuk mendorong anak-anak Inhil, Kempas Jaya khususnya, untuk mengikuti beasiswa sawit. 

Saking inginnya Tedi agar anak-anak Inhil dapat beasiswa sawit itu, dia rela mendatangi sekolah-sekolah, bahkan dor to dor dan kemudian menjadikan rumahnya yang sederhana itu, menjadi tempat bimbingan belajar (bimbel). Gratis!

"Awal rumah kami mulai ramai didatangi orang, saya heran juga. Tapi begitu tahu kalau ayah membuka bimbel, saya menjadi terbiasa dan malah bersyukur juga. Soalnya saya jadi terbiasa pula dengan model soal-soal ujian beasiswa itu," katanya. 

Merajut Kekeluargaan di IKM-BPDPKS

Ini kali pertama Jihan jauh dari keluarga meski sesungguhnya, kalau dirunut dari kakeknya, Sukarjo, Jihan malah tergolong pulang kampung. 

 

Sebab Sukarjo adalah orang Yogyakarta yang dikirim oleh pemerintah menjadi peserta transmigrasi umum di Kempas Jaya, di jaman Presiden Soeharto. "Saya sudah lahir di Kempas Jaya," katanya. 

Lantaran sejak kecil sudah terbiasa dengan persawitan, Jihan kemudian bangga dengan profesi yang dilakoni ayahnya.  

Selain belajar sawit, Jihan dan kawan-kawan juga dibekali program latihan bela diri. foto: dok. pribadi

Ini pulalah menjadi alasan lanjutan, kenapa dia memilih kuliah di sektor sawit. "Di tempat kuliah, saya semakin bisa mendalami, bahkan seperti apa sawit di mata dunia, saya tahu," katanya. 

Tak terkecuali soal black kampanye yang gencar itu. "Kebetulan di mata kuliah pengantar hilir, masalah semacam ini dibahas," terangnya. 

Jihan kemudian berharap kepada sebayanya dimanapun berada, agar tidak serta merta terpengaruh dengan cerita-cerita buruk tentang sawit. "Saya berharap jangan langsung dicerna, sebab bisa jadi itu hanya hoaks," pintanya. 

Sebagai mahasiswi beasiswa sawit, Jihan mengaku salut dengan kakak-kakak kelasnya yang dengan serius mengurusi adik-adik kelas. 

"Kami kan menyatu di Ikatan Keluarga Mahasiswa Beasiswa Sawit BPDPKS. Jadi, waktu kami baru datang, kakak kelas langsung mengurusi kami, tempat kost sudah dicarikan. Terus yang sakit juga diurusi. Saya sendiri waktu itu sempat sakit, diurus oleh kakak kelas," ujarnya. 

Di Instiper kata Jihan, saban tahun ada tradisi family gathering. Ajang bagi sesama mahasiswa untuk saling kenal hingga kompak. 

Semua itu bisa dirasakan oleh Jihan, tentu lantaran program BPDPKS tadi. "Saya sangat berterimakasih. Terlepas dari apa yang sudah saya dapatkan, saya berharap kalau bisa, uang saku bulanan ditambah. Sebab uang saku itu juga yang sebahagian saya pakai untuk bayar kost. terus kalau bisa, BPDPKS membuka beasiswa S2," malu-malu perempuan ini meminta. 



 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS