https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Inovasi

Indonesia Telah Mendorong Energi Bersih dari Bahan Nabati

Indonesia Telah Mendorong Energi Bersih dari Bahan Nabati

Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto. Foto: rri.co.id

"Cetaklah insinyur sebanyak - banyaknya."

MENKO Perekonomian Airlangga Hartato mengatakan Indonesia bakal menyiapkan bioavtur atau sustainable aviation fuel (SAF) sebanyak 5 persen dari penggunaan avtur untuk dunia penerbangan nasional. 

"Dengan demikian hal ini diharapkan akan membuat Indonesia menjadi penyuplai SAF terbesar di kawasan ASEAN," kata Airlangga Hartarto di Universitas Gunadarma, Depok, Provinsi Jawa Barat (Jabar), kemarin  

Airlangga berada di kampus itu untuk membuka acara seminar nasional bertajuk "Renewable Energy dan Transisi Energi" sekaligus Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan-badan Kejuruan Mesin Persatuan Insinyur Indonesia (BKM-PII).

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Rektor Universitas Gunadarma Prof Dr ES Margianti SE MM, Ketua Umum PII Dr Ir Danis Hidayat Sumadilaga ST M.Eng.Sc., IPU, Ketua Badan Kejuruan Mesin PII Insanul Kamil.

Para pimpinan Panitia Seminar Nasional dan Rakernas BKM-PII, jajaran pengurus BKM-PII dan civitas akademika Universitas Gunadarma, para Staf Khusus Menko Perekonomian, dan Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Taufik Adityawarman.

Dalam kesempatan itu, Airlangga Hartarto juga bilang kalau Pemerintah juga telah mendorong energi bersih dari bahan nabati melalui implementasi mandatori biodiesel. 

"Program mandatori B35 di Indonesia telah menjadi contoh sukses dalam rangka pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (TPB/SDGs," ucap Menko Perekonomian.

Hal tersebut, kata dia, yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang berhasil menerapkan mandatori biodiesel secara konsisten dalam kurun waktu delapan tahun terakhir dengan tingkat pencampuran tertinggi.

Bahkan, saat ini Indonesia sedang menyiapkan untuk Mandatori B40 yang rencananya akan dikeluarkan Januari 2025," tegas mantan Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya (Golkar) ini.

Dalam upaya menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang, Airlangga bilang Indonesia terus berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca, melalui Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC).

"Yaitu sebesar 31,89 persen pada tahun 2030 dengan upaya sendiri dan 43,20 persen dengan dukungan internasional, serta mencapai net zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat," ucapnya

Menurutnya, akselerasi inovasi renewable energy dan transisi energi menjadi penting, karena energi adalah kontribusi utama dari gas rumah kaca (GRK) di Indonesia, mencapai 34 persen dari total energi GRK.  

"Dan suka-tidak suka transisi hijau ini adalah upaya yang paling efektif,” tuturnya lebih lanjut, seperti dikutip, Sabtu (31/8).

Ia menjelaskan, dalam mendukung upaya transisi energi ini, Pemerintah telah menerbitkan beberapa regulasi di antaranya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon (NEK).

"Yang di antaranya dilakukan melalui mekanisme perdagangan karbon. Pada Februari tahun 2023 Pemerintah juga telah meluncurkan emission trading system (ETS) pada sektor pembangkit listrik dan telah meluncurkan Bursa Karbon (IDX Carbon) pada September 2023," ujar Airlangga. 

"Skema perdagangan karbon pada subsektor pembangkit listrik ini berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sedikitnya 100 juta ton CO2 ekuivalen pada tahun 2030 nanti," ia menambahkan.

Selain itu, sambungnya lagi, saat ini sedang dikaji pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang akan diusulkan untuk dipensiundinikan atau early retirement dengan didanai melalui skema Just Energy Transition Partnership (JETP).


Melalui JETP, kata dia, Indonesia telah mendapatkan komitmen dukungan pendanaan senilai USD21,6 miliar yang merupakan hasil dari KTT G20 Indonesia Tahun 2022.

“Indonesia bersama Jepang menjadi bidan kelahiran Asia Zero Emission Community (AZEC). Dan dalam AZEC itu chair dan co-chairnya dari pihak Jepang dan Indonesia, dan saya menjadi chair dan co-chair dari AZEC ini," ungkapnya. 

Kata Airlangga Hartarto, pada pekan lalu AZEC tuntas menggelar pertemuan kedua tingkat menteri atau second ministerial meeting di Jakarta. 

"Dan tentunya ini menjadi pemilih, kurator dari proyek-proyek. Di dalam kurator kemarin seluruhnya kita sudah melihat ada 78 proyek transisi energi dari berbagai negara Asia," ujarnya. 

"Dan 34 proyeknya itu berasal dari Indonesia. Jadi kita berharap 34 proyek ini bisa mendapatkan dana JETP melalui AZEC,” ujar Menko Airlangga.

Kemudian, paparnya lagi, Indonesia juga akan mengembangkan tenaga air atai hydro energy yang diharapkan bisa mencapai total kapasitas mendekati 10 gigawatt.

Airlangga mengatakan semua itu tentu membutuhkan dukungan dari semua pihak, termasuk dari PII sebagai sumber daya manusia (SDM). 

Indonesia butuh lebih banyak lagi sains, teknologi, engineering, dan matematik terutama untuk digitalisasi dan the future industry, termasuk dalam transisi energi. 

"Jadi cetaklah insinyur sebanyak - banyaknya,” tegas Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara itu.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS