"Hilirisasi produk kelapa sawit dapat menghasilkan produk yang berguna bagi industri kerajinan dan batik."
KEMENTERIAN Perindustrian (Kemenperin) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) semakin yakin untuk terus meningkatkan manfaat kelapa sawit melalui proses hilirisasi.
Termasuk dengan meningkatkan proses Hilirsasi terhadap limbah kelapa sawit seperti cangkang dan lidi yang terbukti mampu meningkatkan nilai ekonomi dan mempertahankan seni dan budaya masyarakat.
Keyakinan itu semakin menguat tatkala kedua belah pihak sukses menyelenggarakan kegiatan promosi diversifikasi produk kelapa sawit di Banjarbaru, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Acara tersebut digelar selama 4 hari, yaitu sejak 21-24 Agustus 2024 yang lalu. Bersamaan dengan kegiatan tersebut, digelar juga acara promosi halal produk turunan kelapa sawit melalui Workshop Halal, Batik dan Kerajinan Anyaman.
Ada sejumlah tokoh yang turut hadir dalam kegiatan itu, seperti Kepala BSPJI Banjarbaru Marzuki Marnala Sinambela, Senior Analis Divisi Usaha Kecil, Menengah, dan Koperasi (UKMK) BPDPKS Anwar Sadat dan Ira Usdiana Saputri.
Lalu hadir pula pembina industri di BBSPJIKB Aan Eddy Antana, Kepala Bidang Sarana Prasarana (Sarpras) dan Pemberdayaan Industri Dinas Perindustrian Kalsel Kris Wibowo, serta para instruktur batik dan kerajinan dari BBSPJIKB.
"Kami dari Kementerian Perindustrian terus mendorong peningkatan nilai tambah kelapa sawit agar menjadi produk turunan yang memiliki nilai jual tinggi," ujar Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi.
Upaya hilirisasi ini, kata dia seperti dikutip, Minggu (1/9), adalah sebuah cara untuk mempertahankan posisi Indonesia sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, dengan jumlah 45,5 juta metrik ton per tahun.
"Hilirisasi produk kelapa sawit dapat menghasilkan produk yang berguna bagi industri kerajinan dan batik," ujar Andi Rizaldi.
"Produk turunan kelapa sawit seperti stearin dan bahkan limbah berupa cangkang kelapa sawit bisa dimanfaatkan sebagai pembuatan bahan perintang warna (malam batik) dan zat pewarna batik alami,” kata Andi menambahkan.
Selain limbah cangkang, Andi mengatakan, lidi dari kelapa sawit juga bermanfaat untuk diolah menjadi berbagai produk seni melalui keterampilan anyaman.
"(Hal tersebut bisa diwujudkan karena lidi sawit - red) memiliki karakter serat yang lebih kuat sehingga mudah dibentuk. Salah satu daerah yang memiliki luasan perkebunan kelapa sawit yang besar adalah Provinsi Kalimantan Selatan," ungkapnya.
Ia lalu mengutip data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) Cabang Kalsel yang menjelaskan bahwa luas lahan perkebunan kelapa sawit di Kalsel mencapai 427.000 hektar (Ha).
Dengan demikian, menurut Andi Rizaldi, Kalsel dinilai memiliki potensi sumber daya yang mencukupi untuk pengembangan industri kerajinan dan batik berbasis kelapa sawit.
"Potensi tersebut yang mendorong diselenggarakannya kegiatan promosi selama 4 hari di Banjarbaru, kemarin. Kegiatan tersebut terselenggara atas kerja sama BPDPKS dengan dua satuan kerja di bawah binaan BSKJI," ungkapnya.
"Yaitu Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) Yogyakarta, serta Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Banjarbaru, dengan dengan didukung Dinas Perindustrian Kalsel," tuturnya lebih lanjut.
Sementara itu Kepala BBSPJIKB Yogyakarta, Budi Setiawan, menuturkan outcome dari kegiatan promosi tersebut diharapkan mampu mendorong 30 tenaga terampil yang berkompeten di Kalsel.
"Khususnya yang bersertifikasi profesi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi untuk bisa memanfaatkan potensi dari sawit untuk industrinya," kata Budi Setiawan.
“Skema sertifikasi yang kami siapkan adalah skema pembuatan kain batik tulis yang memiliki 5 unit kompetensi SKKNI Nomor 104 Tahun 2018," ujarnya.
Pihaknya juga menyiapkan skema pembuatan kerajinan serat alam nontekstil atau anyaman sebanyak 10 unit kompetensi sesuai SKKNI Nomor 82 Tahun 2016 dan Nomor 141 Tahun 2016.
"Dengan memiliki sertifikasi kompetensi maka para pelaku industri ini juga memiliki bekal dalam mengajarkan ilmu yang mereka miliki kepada masyarakat,” tegas Budi Setiawan selaku Kepala BBSPJIKB Yogyakarta.