Waktu baru menunjukkan pukul 10.45 Wib. Tapi Toyota Dyna yang saban hari ditunggangi Amin, sudah nangkring di dekat kantin di kawasan rest area milik PT. Bio Nusantara Teknologi (BNT), di kawasan Desa Tanjung Sakti, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu itu, kemarin.
Bisa dibilang, tiap hari lelaki 27 tahun ini datang dari kawasan Tais di Kabupaten Seluma, ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) milik perusahaan yang telah diakuisisi oleh PT. Sandabi Indah Lestari (SIL) itu.
Keseringan Dyna merengek di perjalanan lantaran Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang diangkut, selalu mencapai 9,5-10 ton.
"Kalau jalanan lancar, butuh waktu sekitar 4-5 jam saya sampai ke sini. Pagi ini sudah mau pulang lagi lantaran tadi malam saya sampai di sini. Terus, ya nginap di sinilah, nunggu bongkar," cerita lelaki bertubuh kurus itu saat berbincang dengan Elaeis Media Group, di pelataran parkir rest area tadi.
Lantaran perjalanan sejauh itu, sulung dua bersaudara ini mengaku hanya bisa mengantar TBS satu trip dalam sehari. "Soalnya di perjalanan saja sudah seharian," katanya.
Meski jauh dari Seluma, dia hanya sendirian di kabin Dyna. Tanpa kernet. Saban hari seperti itu. Kalau kebetulan Dyna ngadat di jalan, Amin tak khawatir, sebab akan ada saja nanti sopir truk sawit lain yang akan membantu.
"Alhamdulillah, sopir-sopir di sini solidaritasnya tinggi. Kalau truk sawit ada yang rusak di jalan, pasti akan dihampiri," ujar anak petani sawit ini.
Amin rutin datang ke pabrik milik PT.BNT tadi lantaran Ramp milik bos nya telah terikat kontrak. Meski begitu, bukan berarti Amin tak pernah ke PKS di kawasan Utara maupun malah balik lagi ke Seluma.
Ini terjadi apabila terjadi miss komunikasi soal aturan baru yang terjadi di pabrik. "Pernah juga seperti itu. Sudah sampai di pabrik, eh rupanya ada aturan baru. Aturan ini enggak cocok dengan Bos, terpaksa buah kita over ke pabrik lain," kenangnya.
"Tapi itu sangat jarang terjadi. Sebab biasanya kalau ada aturan baru, sebelum kita berangkat sudah dikasi tau dulu," tambahnya.
_____________________________________________________________________________________
Tak pernah kepikiran oleh Amin akan menjadi sopir truk sawit. Sebab sebelumnya, persis sawit masih sekolah, dia hanya coba-coba ikut menjadi kuli timbang dan memuat TBS di kebun-kebun milik petani swadaya, di kampungnya di kawasan Tais tadi.
Di kampung itu pula ayah, ibu dan adiknya bermukim. Dulu, ayah Amin adalah warga transmigrasi umum dari kawasan Ngawi, Jawa Timur (Jatim).
Semula sumber kehidupan mereka bukan dari sawit. Namun seiring waktu, sawit nampaknya lebih menjanjikan. Mulailah keluarga ini menjadi petani sawit.
Entah lantaran sudah terbiasa dengan sawit atau memang lantaran duit sawit yang terasa ranum, lama kelamaan, Amin kerasan. Apa lagi saat dia sudah bisa pula menyetiri truk milik toke, dia makin betah.
Persis tujuh tahun silam, Ramp di kampungnya butuh sopir. Amin menyodorkan diri dan di terima. Dari situlah hidup Amin di jalan lintas dimulai.
Kalau jalanan lancar, dalam sehari dia bisa mengantongi duit Rp200 ribu hingga Rp300 ribu. Tapi kalau mobil rusak di jalan atau antrian panjang terjadi di pabrik, alamat penghasilannya akan berkurang. Maklum, hitungan dengan bos per trip.
"Tahun 2018 lalu yang parah sekali. Antrian panjang dimana-mana. Satu trip itu bisa tiga hari. Kalau sudah kayak begini, paling laporan sama bos supaya uang jalan ditambah," lajang ini tertawa.
Meski banyak suka duka yang dia rasakan, Amin tak terpikir untuk menyudahi petualangannya di jalan lintas itu.
"Saya sudah kerasan. Sebab sesungguhnya pekerjaan ini enggak berat kok. Yang penting dinikmati saja. Seperti yang saya bilang tadi. Saya kan sendirian di mobil. Jadi kalau misalnya saat pulang mata sudah ngantuk, ya tinggal pinggirkan mobil saja. Tidur sebentar. Begitu. Semuanya dinikmati saja," polos lelaki ini berujar.
Walau menjadi sopir truk sawit, dengan bangga Amin mengatakan kalau penghasilannya sudah lebih dari cukup, meski kelak dia punya istri dan punya anak.
"Jadi buat gadis-gadis, jangan malu dekat dengan sopir truk sawit. Masa depan kami menjanjikan kok. Saya bisa mengantongi duit lebih dari empat juta rupiah dalam sebulan. Bersih," dia berkelakar.