Berita > Persona
Marini Sebut Beasiswa Sawit BPDPKS Jalan Terbaik dari Sang Pencipta untuk Diri dan Keluarganya
"Ketika pemberangkatan dulu sudah disiapkan semuanya."
MARINI seakan menemukan sesuatu yang sudah lama dicari begitu dinyatakan lulus program beasiswa sawit, beberapa waktu lalu. "Mungkin ini jalan terbaik dari sang Pencipta untuk saya dan keluarga," katanya, kala itu.
Kendati terlahir di tengah keluarga petani sawit, tapi karena kepemilikan areal yang terbatas, Marini mengaku kedua orangtuanya tidak bisa banyak berbuat dari hasil sawit yang sudah sejak lama menjadi sandaran utama perekonomian keluarganya.
"Untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga, bisalah," tambah Marini. Tapi dengan luas areal yang cuma sehektar mesti pula dihadapkan dengan kebutuhan lain seperti biaya pendidikan; Marini sering menjadi saksi betapa terkadang kalang-kabutnya kedua orangtuanya menghadapi keadaan-keadaan tertentu.
Di tengah kondisi seperti itu, di dalam hati Marini timbul keinginan agar jenjang pendidikan formal yang tengah ia tempuh kala itu tidak terhenti hanya sampai tingkat SLTA. "Saya harus kuliah," tekadnya.
Berasal dari Desa Harapan Jaya, Kecamatan Tempuling, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau; Marini menempuh pendidikan SLTA di MAN 1 Pematang Reba, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), di provinsi yang sama.
Ketika menuntut ilmu di bangku MAN itu, Marini mengaku keinginannya untuk berkuliah begitu besar. Marini berpikir, dengan bekal ilmu dan keterampilan melalui bangku pendidikan, ia tidak akan gamang menyongsong masa depan.
Selain untuk kepentingan diri dan masa depannya, menurut Marini, bekal ilmu dan keterampilan yang ditimba di bangku pendidikan juga membuka peluang bagi dirinya untuk membantu orang-orang terdekatnya, terutama orangtuanya.
Nasib baik kemudian memihak ke Marini. Tidak lama usai tamat MAN, ia mendapat informasi soal peluang berkuliah gratis untuk mendalami bidang perkelapasawitan yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Mendapat informasi dari kakak kelasnya soal beasiswa itu, karena sangat tertarik, Marini pun mendalami informasi itu secara totalitas. "Sepertinya ini peluang," kata Marini.
Agar tidak ikut-ikutan tanpa bekal yang cukup, sebelum melalui proses seleksi program beasiswa sawit, Marini memutuskan menjalani bimbingan belajar (bimbel).
"Lumayan jauh juga jaraknya," ungkap Marini tentang lokasi ia menjalani bimbel. "Sekitar satu jam dengan naik motor untuk sampai di sana." Sebagian di antaranya dengan melintasi sungai.
Mungkin karena tekad untuk lulus yang kuat, ditambah bekal yang diperoleh saat menjalani bimbel, rangkaian proses seleksi berhasil dijalani Marini dengan baik. Ia dinyatakan lolos.
"Alangkah bahagia dan bangganya Bapak dan Ibu serta saudara-saudara saya," ungkap anak kedua dari tiga bersaudara -- kesemuanya perempuan-- itu.
***
DITEMPATKAN berkuliah di Politeknik Citra Widya Edukasi (CWE) di Banten, Provinsi Jawa Barat (Jabar), ini adalah saat-saat awal bagi gadis berusia 18 tahun ini menyandang status sebagai mahasiswi.
"Senang dan bahagia," aku Marini, saat ditanya perasaannya tentang status baru yang disandangnya. Di perguruan tinggi itu, Marini menekuni jurusan Manajemen Logistik untuk program D3.
Ini pula di mana Marini harus terpisah dengan jarak yang jauh dari kedua orangtuanya, kedua saudara kandungnya, dengan teman-teman seperjuangan, dan dengan kampung halaman yang ia cintai
Tapi untuk sesuatu yang baik, Marini bertekad menguatkan hati. Apalagi ketika kemajuan iptek di bidang IT semakin canggih, jarak dan waktu tidak lagi menjadi kendala untuk berkomunikasi.
Yang membuat Marini lebih bangga dan bahagia lagi, yaitu status sebagai mahasiswi yang disandangnya tidak terlalu memberatkan kedua orangtuanya secara finansial.
Marini kemudian merinci sejumlah fasilitas yang ia terima seperti uang saku yang ia terima setiap bulan, uang buku sekali semester, dan lainnya. "Bahkan ketika pemberangkatan dulu sudah disiapkan semuanya," terang Marini.
Itu artinya, menurut Marini, tugas ia di Bekasi hanya satu, yaitu belajar dengan baik dan totalitas. Mengerahkan semua waktu dan pikiran agar mendapatkan sesuatu yang berarti dari bidang keilmuan yang menjadi pilihan hidup dan masa depannya.
Apalagi, menurut Marini, ia sudah sejak lama tertarik dengan bidang perkelapasawitan dan ingin mendalaminya. "Mungkin karena dibesarkan dari hasil kelapa sawit," katanya.