"Ekspor melemah, eh Rupiah dan Ringgit juga terus menguat."
EKONOM Kota Medan, Gunawan Benjamin, melihat sebenarnya harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) selama September bergerak dalam rentang yang cukup sempit, yaitu antara RM 3.885 hingga RM 3.950 per ton.
"Tekanan terjadi pada harga CPO di awal pekan, dan harga bergerak berbalik naik di perdagangan hari Jumat kemarin. Harga CPO sejauh ini ditransaksikan di kisaran RM 3.950 ringgit per ton," ujar Gunawan Benjamin.
Gunawan mengatakan itu menyusul harfa CPO pada pekan lalu, khususnya mulai 4, 5, dan 6 September 2024, babak belur dalam proses tender PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN).
Kalau dari data yang dimiliki, Senin, 8 September 2024, harga CPO sempat anjlok sebanyak Rp 86 per kilogram (Kg) pada tender periode awal bulan, yaitu 2 September 2024.
Lalu pada tender keesokan harinya, Selasa (3/9/2024), harga CPO naik Rp 100 per Kg. Nah, kemudian, sejak tender periode Rabu (4/9/2024), harga CPO terus merosot hingga ke akhir pekan.
Pada hari Rabu tersebut, harga CPO anjlok sebanyak Rp 130 per Kg. Pada periode Kamis (4/9/2024), harga CPO merosot dalam jumlah yang lebih sedikit, yaitu Rp 81 per Kg.
Terakhir, pada tender periode Jumat, 6 September 2024, harga CPO kembali turun tetapi dalam jumlah yang jauh lebih kecil, yaitu sebanyak Rp 31 per Kg.
Namun dalam tender di akhir pekan itu tidak ada muncul Pelabuhan Belawan di kota Medan seperti biasanya. Posisi Belawan digantikan oleh Pelabuhan Kuala Tanjung yang ada di Kabupaten Batubara.
Gunawan, pengajar di berbagai kampus ternama di kota Medan itu mengatakan kinerja harga CPO memang relatif tidak banyak berubah beberapa waktu terakhir.
"Dan seharusnya kondisi itu bisa menjaga harga pembelian tandan buah segar TBS di tingkat petani sawit kita," kata pria yang punya kemampuan menganalisis perkembangan bursa saham ini.
"Namun sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Harga CPO terpukul oleh penguatan mata uang kita, Rupiah, dan mata uang Malaysia, Ringgit, yang terjadi belakangan ini," beber Gunawan.
Bahkan, kata dosen di kampus Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) ini, untuk hari Jumat lalu saja mata uang Rupiah menguat di kisaran level Rp 15.350 per US Dolar.
Dalam sepekan terakhir, Gunawan mengatakan Rupiah menguat sebanyak 200 poin, dan hal itu sudah pasti akan menekan pendapatan para eksportir produk turunan kelapa sawit di berbagai sentra perkebunan di Indonesia, termasuk Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Di samping faktor penguatan mata uang Rupiah dan Ringgit terhadap US Dollar, Gunawan menyampaikan bahwa faktor lain yang memicu pelemahan harga CPO belakangan ini lebih dipengaruhi oleh kinerja eksor yang melemah.
"Ekspor melemah, eh Rupiah dan Ringgit juga terus menguat. Harga CPO jadi nge-drop. Saya menilai situasi ini kalau terus berlanjut, bakal membuat harga CPO dari proses tender di PT KPBN bakal terus menurun," ucap Gunawan.
Gunawan memerkirakan harga CPO akan berada dalam rentang Rp 12.900 hingga Rp 13.100 per Kg.
Dirinya melihat seharusnya harga CPO bisa menguat, karena di saat yang sama harga minyak kedelai di pasar global juga menguat.
"Sebenarnya harga kacang kedelai berada dalam tren naik belakangan ini, sehingga komoditas lain justru seharusnya menjadi katalis positif bagi harga CPO," tegas Gunawan Benjamin