https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Petani

Nelongso Petani Sawit di Rupat Bengkalis: Sekali Panen Hanya Dapat Rp300.000

Nelongso Petani Sawit di Rupat Bengkalis: Sekali Panen Hanya Dapat Rp300.000

Kebun kelapa sawit milik anggota Koperasi Tekad Anak Negeri. foto: ist.

"Saya siap mulai semuanya dari awal kembali."

SIAPA bilang penghasilan para petani kelapa sawit tinggi, terutama di saat harga kelapa sawit tengah membaik di pasaran sejak beberapa waktu belakangan ini.

Tengoklah nasib para petani sawit di Desa Batu Panjang dan Terkul, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

"Sudah bertahun-tahun petani hanya mendapatkan hasil sebesar Rp 300 ribu sekali panen. Padahal usia tanaman kelapa sawit masih produktif," ungkap
Ketua Koperasi Tekad Anak Negeri, Abdul Kadir Siregar.

Lantaran hasil panen tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup, tidak sedikit petani meninggalkan kebun kelapa sawitnya kurang terawat dan mencari penghasilan tambahan. 

"Lama-lama produksi kebun semakin merosot. Kemampuan finansial petani rendah sehingga tidak dapat melakukan perawatan kebun sawitnya dengan baik. Bagaimana tidak, biaya perawatan lebih tinggi dari hasil produksi," paparnya. 

Kondisi inilah yang membuat Abdul Kadir membentuk kelompok tani dan bergabung di Aspek-PIR. Tujuannya yakni agar petani mendapat bimbingan dan pembinaan dalam membudidayakan kelapa sawit.

"Alhamdulillah, dari kelompok tani kecil, sekarang sudah banyak petani yang bergabung. Bahkan sampai saat ini masih terus bertambah. Artinya, total luasan kebun juga akan terus bergerak naik seiring dengan banyaknya petani yang bergabung," paparnya.

Menurutnya, para petani sangat antusias dan sangat berharap mendapatkan hibah PSR dari BPDPKS. "Saat ini kita masih kumpulkan berkas-berkas sebagai syarat pengajuan. Bersyukur sekali kita dibina oleh Aspek-PIR yang komitmen mendampingi petani,' ujarnya.

Dikatakan, luas kebun petani anggota koperasi yang akan diajukan ikut PSR mencapai 500 hektar.

Dia juga menjelaskan, saat membangun kebun, petani hanya ikut-ikutan tanpa ada binaan dari pihak yang kompeten. Sehingga dalam pemilihan bibit, petani juga tidak mendapatkan arahan. 

"Tidak ada pertimbangan apakah yang ditanam bibit unggul atau bibit tidak berkualitas. Yang penting dapat bibit saja, kemudian ditanam," terangnya, baru-baru ini.

Salah seorang anggota Koperasi Tekad Anak Negeri, Abu Bakar, yakin PSR akan membuat produktivitas kebun sawitnya meningkat. "Saya siap mulai semuanya dari awal kembali," ujarnya.

"PSR akan sangat membantu petani. Belum lagi nanti akan terbuka lapangan pekerjaan kalau PSR disetujui," tambahnya.

Dia juga berharap peserta PSR nantinya mendapatkan bantuan Rp 60 juta/ hektar. "Sehingga petani tidak lagi dibebani kekurangan biaya dalam pelaksanaan PSR," tukasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS