https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Bisnis

Dibedah, Pemikiran 11 Doktor Selama Tiga Jam

Dibedah, Pemikiran 11 Doktor Selama Tiga Jam

Ketua Umum DPP Apkasindo, Dr. Gulat Medali Emas Manurung saat menjelaskan tentang apa dan seperti apa sawit dalam keseharian masyarakat. foto: aziz

"Isu negatif tentang sawit itu tidak lebih pada persaingan dagang."

SELAMA tiga jam, karya ilmiah 11 orang doktor dibedah di Aula Bedah Buku Lantai 3 Perpustakaan Soeman Hs di kawasan Jalan Sudirman Pekanbaru, Riau, kemarin. 

Semua hasil pemikiran itu dikemas dalam sebuah buku berjudul 'Ragam Pemikiran Doktor'. 

Pemikiran Gulat Medali Emas Manurung menjadi bundel pertama dalam deretan lembar pemikiran 11 doktor tadi. 

Doktor Agro-Lingkungan Universitas Riau ini menyodorkan judul; Peluang Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Riau Dalam Konsep Keberlanjutan. 

Karya ilmiah Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP-Apkasindo) ini pula yang paling banyak dicecar oleh orang-orang dari berbagai latar belakang yang hadir di acara itu. 

Ada Sekjen DPP Apkasindo, Dr. Rino Afrino, bekas petinggi RAPP yang juga seniman nasional, Fakhrunnas MA Jabbar, bekas pengurus GAPKI Riau, Hinsatopa Simatupang hingga peneliti, Dr. Haryadi Mustofa.  

Tak Gulat namanya kalau ayah dua anak itu tidak mampu mengimbangi omongan para audiens. Dengan tenang lelaki yang sudah menggeluti sawit sejak di bangku kuliah ini menjelaskan. 

Mulai dari seperti apa perkembangan sawit di Riau, Indonesia dan seperti apa pula asing memandang keberadaan sawit. 

"Isu negatif tentang sawit itu tidak lebih pada persaingan dagang. Bahwa sawit sebagai penyelamat deforestasi, penyumbang devisa terbesar nasional dan penyelamat ekonomi di masa pandemi, itu tak bisa dipungkiri," terangnya. 

"Kenapa sawit disebut penyelamat deforestasi, karena sawit mampu menghasilkan lebih dari 4 ton minyak per hektar sawit. Beda dengan tanaman nabati lain semisal Soybean yang hanya mampu menghasilkan 0,45 ton minyak per hektar. Coba bandingkan, saat ini luas kebun Soybean di dunia mencapai 112 juta hektar. Sementara sawit hanya 24 juta hektar. Tanaman mana yang lebih banyak menghabiskan lahan?" lelaki 52 tahun ini balik bertanya. 

Gulat juga menjawab pertanyaan audiens yang menyebut bahwa sawit rakus air. "Inilah yang keliru selama ini. Dalam setahun, evapotranspirasi sawit hanya 1.104 milimeter. Akasia 2.400 milimeter, Sengon 2.300 milimeter," panjang lebar Gulat mengurai. 
     
Adalah Ir. A.Z. Fachri Yasin, M. Agr yang menggagasi lahirnya buku setebal 226 halaman itu. Pensiunan dosen Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pekanbaru, yang masih terus aktif di dunia pendidikan. 

"Ide menghimpun pemikiran para doktor khususnya  disiplin ilmu pertanian, sudah muncul sejak tiga tahun lalu. Ini bermula dari pengamatan saya bahwa ternyata di Riau, doktor bidang pertanian bertambah signifikan. Ini tentu menjadi sebuah potensi besar dan menjadi aset penting daerah," cerita lelaki 71 tahun ini. 

Tadinya kata ayah dua putri ini, ada 26 doktor yang bakal berpartisipasi pada lembaran buku tadi. "Tapi sampai tenggat waktu yang dibikin, cuma 11 orang yang mengirim naskah. Meski begitu, keberadaan buku ini tetaplah punya arti penting. Selain menambah pengetahuan dan referensi, para pembaca pun akan tahu sejauh mana kiprah dan pemikiran para doktor ini terkait keilmuan yang dimiliki," ujarnya. 

Apa yang dibilang oleh Fachri ini persis seperti omongan Prof. Almasdi Syahza, Guru Besar Ekonomi Pembangunan Universitas Riau. Lelaki 64 tahun ini menjadi pembedah buku di acara itu. 

Bahwa para doktor yang menorehkan pemikiran pada buku tadi kata Almasdi, adalah orang-orang yang tahu tentang apa yang seharusnya orang lain juga tahu. 

"Kemampuan itu timbul akibat potensi nalar yang tumbuh di alam fikir mereka. Maka muncullah keinginan untuk berbuat melalui kegiatan karya ilmiah. Karya ini tentu akan menambah pengetahuan bagi yang ingin mendapat pengetahuan yang sebelumnya belum tahu," ujarnya. 


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS