https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Inovasi

Ada Angkong Tenaga Listrik di Perisai 2024, Bisa Mengangkut TBS Sawit

Ada Angkong Tenaga Listrik di Perisai 2024, Bisa Mengangkut TBS Sawit

Lila dari ITS Surabaya menunjukkan kebolehan dari angkong sawit listrik hasil penelitian Tim ITS. Foto: hendrik

"Selama ini angkong kan pakai tenaga manusia."

PEKAN Riset Sawit (PERISAI) 2024 yang diselenggarakan di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) sepanjang Kamis dan Jumat (3-4/10) lalu tidak hanya menampilkan berbagai paparan dan seminar tentang penelitian sawit dari kalangan cendekia atau periset, melainkan ditampilkan juga berbagai inovasi teknologi untuk menyalurkan kebutuhan pemangku kepentingan kelapa sawit yang ditampilkan kalangan industri dan kampus di stan-stan yang disediakan BPDPKS.

Salah satunya adalah angkong bertenaga listrik yang bisa digunakan untuk mengangkut tandan buah segar (TBS) hasil kreasi para peneliti dari Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya. 

Mereka adalah Lila Yuwana (Instrumentasi Fisika Teori dan Terapan), Sutikno (Teknik Mesin), Yudha Prasetyawan (Teknik Industri), dan Taufiq Fajar N (Teknik Mesin dan Sistem Perkapalan).

Kepada Tim Elaeis Media Group (EMG), Jumat, Lila mengatakan angkong listrik itu mereka namakan  electric wheel barrow, dan proses awal penciptaan alat itu sepenuhnya dibiayai oleh BPDPKS pada 2023 lalu.

"Ya tapi enggak langsung jadi seperti yang sekarang ini, melainkan juga ada berbagai proses ujicoba selama beberapa kali, barulah sampak ke hasil akhir seperti saat ini," kata Lila.

Proses penelitian itu mereka lakukan untuk membantu memudahkan para petani mengangkut TBS hasil panen dari kebun ke truk pengangkut.

"Selama ini angkong kan pakai tenaga manusia. Nah, dengan tenaga listrik, maka angkong ini bisa menghemat tenaga petani atau pekerja di kebun sawit," kata dia.

Angkong tersebut, sambung Lila, memiliki daya angkut sebanyak 100 sampai 160 kilogram (Kg) atau sekitar 6 sampai 10 TBS.

Lila menyebutkan, angkong listrik itu juga menyediakan tempat pijakan di bagian belakang bawah, sehingga proses pengangkutan TBS benar - benar minim tenaga manusia, tidak perlu menahan beban yang begiti berat.

Selain harus mengangkat gagang angkong yang berat, petani sawit juga harus menjaga agar angkong tersebut tidak oleng ke kiri maupun ke kanan. 

“Kalau dengan angkong ini, tinggal gas saja dan langsung jalan. Tak usah mengimbangi torsi dan nggak perlu menahan beban,” ujar Lila.

Ia mengungkapkan, rangka angkong menggunakan besi yang lebih ringan tapi lebih kuat, spare part juga dilakukan modifikasi. Misalnya motor untuk torsi. 

“Biasanya motor itu torsi kuat kecepatan rendah. Tapi angkong ini dengan bantuan kontrol yang kami buat sendiri, memungkinankan nanjak kuat dan kecepatannya juga tetap terjaga,” katanya.

Angkong ini juga lincah dalam berbelok, baik belok kiri maupun kanan dan sudah diujicobakan di kebun sawit percobaan milik Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta.

"Lokasi kebun sawitnya ada di Bawen, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah (Jateng)," ungkap Lila lebih lanjut.

Produk ini juga ditambah fungsinya dengan memungkinkan untuk ditarik dengan sepeda motor, dan memiliki aki dengan kekuatan 1 jam dan bisa menempuh jarak 39 kilometer (km). 

“ini semua ditujukan agar para petani sawit bisa dengan mudah menarik angkong ini dari rumahnya ke kebun,” katanya.

Angkong listrik tersebut, ungkap Lila, sangat cocok untuk perkebunan kelapa sawit yang bertanah keras dan datar, bukan yang bergelombang atau berbukit-bukit.

Lila mengakui timnya maaih memerlukan sejumlah tahapan lagi, termasuk melalui proses standarisasi
dari Badan Standardisasi Nasional (BSN), khususnya yang terkait baterai, untuk kemudian diproduksi secara massal.

Angkong tersebut, tuturnya lebih lanjut, memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sekitar 60 persen, dan material yang masih impor adalah cell aki dan motornya.

Spesifikasi angkong tersebut adalah  motor DC Brushed 24V, 500 W, kopling elektronik, kontroler motor 24V, maju dan mundur, baterai Li 24V, 22 Ah.

Kemudian menggunakan kerangka besi baja galvanis, rem hidrolik cakram ganda, roda semi trail R14, bak plat tertutup dan perforasi, gardan untuk 2 roda depan; daya jelajah 39 Km untuk sekali charge.

Sementara itu untuk inovasinya yakni kontroler dilengkapi dengan gerak maju-mundur, serta kopling elektronik agar motor aman ketika ditarik motor.

“Harga per unit angkkong listrik ini adalah Rp 15 juta. Kami berupaya agar harga angkkong ini terjangkau oleh petani sawit,” tegas Lila.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS