https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Bisnis

Dilema Petani Sawit Bengkulu: Tetap 'Susah' Kendati Harga Hampir Menembus Rp3.000/Kg

Dilema Petani Sawit Bengkulu: Tetap

Petani sawit di Bengkulu. Foto: Dok. Elaeis

"Kami merasa jenuh dengan fluktuasi harga TBS yang tidak pernah menguntungkan kami."

KETIKA harga jual sawit terus naik, bahkan belakangan sudah menembus angka Rp3.000/kg, bagaimana dampaknya bagi kesejahteraan pata petani sawit di Provinsi Bengkulu?

Sejumlah petani sawit di daerah itu mengaku akan tetap menderita meskipun harga TBS mencapai Rp 3 ribu per kilogram. Hal ini disebabkan harga tersebut masih belum mampu meningkatkan pendapatan mereka.

Menurut seorang petani kelapa sawit di Desa Batu Raja, Kecamatan Pondok Kubang, Kabupaten Bengkulu Tengah, Roni Safaringga, dinamika harga TBS kelapa sawit terus menjadi momok bagi para petani di Bengkulu. Sebab fluktuasi harga TBS kelapa sawit tidak pernah menguntungkan mereka.

"Kami merasa jenuh dengan fluktuasi harga TBS yang tidak pernah menguntungkan kami, petani sawit," ujar Roni, Kamis (21/3).

Roni menjelaskan bahwa ketika harga TBS kelapa sawit rendah, produksi di kebun melimpah. Namun, ironisnya, ketika harga TBS meningkat, produksi justru menurun.

"Ini membuat kami sebagai petani sawit merasa semakin tertekan, karena pendapatan yang didapatkan tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan," jelas Roni.

Roni bersama dengan sejumlah petani sawit lainnya mengecam pemerintah. Mereka menganggap bahwa pemerintah belum memberikan solusi yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan para petani kelapa sawit. 

"Kami berharap pemerintah dapat memberikan kebijakan yang lebih berpihak kepada kami, para petani, agar kami dapat merasakan kesejahteraan yang lebih baik," tambah Roni.

Tak hanya itu, Sekretaris DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Provinsi Bengkulu, John Simamora mengaku, beberapa petani lainnya juga menyuarakan keprihatinan mereka terhadap kondisi produksi kelapa sawit saat ini. 

Mereka mengeluhkan bahwa produksi TBS yang menurun telah memberikan dampak negatif terhadap kehidupan mereka sehari-hari. 

"Kami sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga karena pendapatan yang tidak menentu akibat produksi TBS yang masih rendah," ungkap John.

Dalam situasi ini, John berharap agar pemerintah dapat memberikan perhatian yang lebih serius terhadap sektor kelapa sawit. 

Mereka meminta agar ada langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi TBS serta memperbaiki infrastruktur dan akses pasar bagi para petani.

"Kami minta petani sawit di berikan pupuk subsidi lagi, jangan seperti ini karena bisa terus menurunkan produktivitas tanaman sawit," ujar John.

Meskipun demikian, para petani tetap optimis bahwa dengan adanya dukungan yang tepat dari pemerintah dan perhatian dari berbagai pihak terkait, masalah ini dapat terselesaikan dengan baik. 

"Kami tetap berharap agar kondisi produksi kelapa sawit dapat membaik dan memberikan keuntungan yang lebih baik bagi kami, para petani," tutupnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS