
Seorang petani di kawasan Siak Hulu, Kampar, Riau, sedang mengumpulkan hasil panen sawitnya. foto: aziz
Selama ini petani kelapa sawit kebanyakan hanya kepikiran mengolah kebun saja. Memanen, lalu menjualnya ke tengkulak.
Dan tak sedikit malah yang hanya menunggu hasil penjualan Tandan Buah Segar (TBS). Sebab semua terkait kebun telah ditangani oleh para pekerja.
Nah, sebetulnya, sedari dulu, petani ternyata gampang naik kelas. Bisa 'punya' perusahaan sawit tanpa harus diribetkan dengan urusan administrasi dan pengelolaan perusahaan itu.
Selain dapat duit dari kebun, petani juga dapat duit dari perusahaan itu. Alhasil, diversifikasi ekonomi pun terjadi. Lho, maksudnya?
"Petani bisa membeli saham perusahaan perkebunan kelapa sawit yang saat ini banyak terdaftar di pasar modal," kata Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Bengkulu, Marina Rasyada, tadi siang.
Di Bursa Efek Indonesia kata Marina, ada sederet perusahaan sawit yang memperdagangkan sahamnya seperti PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART), PT Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Andira Agro Tbk (ANDI), PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ) dan yang lain. "Tinggal pilih sesuai kemampuan," katanya.
Kalau petani turut membeli sahan di perusahaan sawit itu kata Marina, mereka sudah melakukan yang namanya diversifikasi ekonomi.
"Harga komoditas sawit kan fluktuatif. Dengan membeli saham itu, petani bisa mendapat untung dari kenaikan nilai saham yang ada," ujarnya.
Lantaran fluktuatif tadi, Marina minta agar petani memahami dulu risiko berinvestasi saham dan petani sebaiknya melakukan riset dulu sebelum membeli saham tadi.
Selain dapat duit dari peningkatan nilai saham kata Marina, petani juga akan bisa meningkatkan akses kepada sumber daya dan teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kebun sawitnya. Wow...