https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Ragam

Dibedah, Mitos dan Fakta di Seputar Industri Sawit

Dibedah, Mitos dan Fakta di Seputar Industri Sawit

Bedah buku Mitos Vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia di UIN Jakarta. Foto: Muhammad Fahri Afrizal

"Mahasiswa harus mendapatkan pencerahan."

HIMPUNAN Mahasiswa Program Studi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan bedah buku dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia 2024, dengan tema "Mitos Vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global Edisi Keempat". 

Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Program Studi Agribisnis, Rizki Adi Puspita Sari MM, Wakil Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Bidang Akademik, Dr. La Ode Sumarlin, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Prof. Ali Munhanif PhD, dan Kepala Divisi Perusahaan BPDPKS, Achmad Maulizal Sutawijaya.

Pada kesempatan itu Rizki Adi Puspita Sari menekankan pentingnya kesadaran pangan global dan sawit punya kontribusi besar dalam menopang pangan global selain membangun pertumbuhan ekonomi. Namun harus diakui, sawit juga memiliki tantangan tersendiri. 

"Mari kita gunakan momentum hari pangan untuk belajar lebih banyak lagi tentang minyak sawit Indonesia yang sudah berkontribusi besar dalam pangan global, " katanya dalam keterangan resmi Humas UIN Jakarta dikutip Rabu (30/10).

La Ode juga mengingatkan bahwa sawit adalah komoditas yang memiliki wajah ganda karena sawit dibenci sekaligus dicintai oleh sementara orang. Oleh karena itu, sebagai akademisi penting untuk mengambil peran yang jelas. 

"Keberadaan industri kelapa sawit mesti dibaca sebagai peluang-peluang untuk membuat riset dan kajian mendalam demi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik," ujarnya.

Ali Munhanif menilai acara ini penting dilakukan untuk mendiseminasi pengetahuan tentang kebijakan sawit yang sangat kompleks. Menurutnya, sawit bukan hanya persoalan pangan tapi juga menyangkut hidup banyak orang. "Isu sawit harus dipahami secara komprehensif untuk melihat kebijakan pangan dunia dan dampaknya untuk Indonesia," tuturnya.

"Mahasiswa harus mendapatkan pencerahan. Sehingga tidak terjebak pada pandangan sempit dari kompleksitas sawit," tambahnya.

Ahmad Maulizal mengatakan, meski sawit memiliki banyak tantangan seperti kebakaran, banjir, tanah longsor dan konflik lahan, tapi industri kelapa sawit memiliki banyak manfaat positif, mulai dari akar hingga daunnya. "Sawit merupakan salah satu pangan utama yang menopang kehidupan manusia," tegasnya. 

Dalam sesi bedah buku, tampil dua orang narasumber yakni Ketua Tim Penyusun Buku Mitos vs Fakta Sawit, Dr. Tungkot Sipayung, dan Direktur Institute for Foods and Agricultural Development Studies, Dr. Iskandar Andi Nuhung. Dua penanggapnya yakni Guru Besar Agribisnis UIN Jakarta, Prof. Dr. Siti Rochaeni, dan Guru Besar Program Studi Biologi, Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri.

Tungkot Sipayung dalam pemaparannya menuturkan, dulu Indonesia kaya akan rempah-rempah. Namun, hampir semua rempah tersebut hilang dan yang tersisa hanya jejaknya. Berbeda dengan sawit yang masih terus bertahan hingga hari ini. Karena hanya di tanah Indonesia sawit bisa tumbuh dengan subur. 

"Indonesia adalah raja minyak sawit dunia. Sawit adalah salah satu sumber pangan dan energi. Siapa yang menguasai pangan, dia menguasai manusia dan siapa yang menguasai energi, dia menguasai bangsa," tukasnya.

Lebih dalam Tungkot menguraikan 19 mitos yang tidak tepat terkait industri kelapa sawit. Adapun mitos tersebut dapat diklasifikasikan dalam empat tema besar antara lain mitos industri kelapa sawit di sektor ekonomi, sosial, lingkungan dan kesehatan. 

Di sektor ekonomi, dia membantah tuduhan yang menyatakan bahwa kontribusi minyak sawit dalam pangan global tidak signifikan. Di sektor sosial, mitos tentang industri sawit tidak berperan dalam penurunan tingkat pengangguran dunia. Sementara di sektor lingkungan dan kesehatan masing-masing antara lain terkait mitos minyak sawit yang menyebabkan konflik agraria dan mitos tentang minyak sawit yang memicu kanker. 

Sementara itu, Iskandar Andi Nuhung memaparkan pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh kelapa sawit termasuk konsumsi minyak goreng dalam negeri selama rentang waktu 10 tahun terakhir. 

Sedangkan, Siti Rochaeni menyoroti isu sosial dalam hubungannya dengan kelapa sawit. Menurut Siti, terdapat ketimpangan antara perluasan lahan perusahaan sawit yang dimiliki swasta dan perkebunan rakyat. Sebanyak 88 persen industri sawit swasta telah tersertifikasi, sementara perkebunan rakyat lebih sedikit bahkan tidak sampai setengahnya.  

"Pada 2007-2023 kita dapat melihat bahwa pemerintah justru hanya pro pada perusahaan raksasa. Namun, tidak berpihak pada perkebunan rakyat," tandasnya.

Penanggap terakhir, Lily Surayya Eka Putri, mempersoalkan tentang industri kelapa sawit dan lingkungan termasuk biodiesel, pengolahan limbah, global warming dan sumber daya air.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS