https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Persona

Totalitas Mendalami Ilmu Sawit, Nurliza: Ini Bidang Saya, Masa Depan Saya

Totalitas Mendalami Ilmu Sawit, Nurliza: Ini Bidang Saya, Masa Depan Saya

Nurliza Putri Ismanto sedang di lab Polkam di Bangkinang, Kampar, Riau. Foto: Dok. Pribadi

TANGGAL 2 Juni 2024 merupakan hari bersejarah bagi Nurliza Putri Ismanto karena pada hari itu ia ditetapkan sebagai peraih medali perak dalam ajang  olimpiade sains tingkat nasional bertajuk Pekan Olimpade Sains Nasional (POSN) 2024.

Apa arti penghargaan itu bagi Nur, panggilan akrab Nurliza Putri Ismanto? "Ini sebagai bukti dan buah dari apa yang disebut dengan totalitas," kata putri pertama dari dua bersaudara ini melalui sambungan telepon, Minggu (12/1/2025).

Sebab, menurut Nur, begitu ia dinyatakan lolos program beasiswa sawit yang didanai Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan ditempatkan di Politeknik Kampar (Polkam) pada 2022 lalu, Nur sudah bertekad akan mencurahkan segenap perhatian dan pemikirannya untuk mendalami bidang keilmuan yang menjadi pilihannya.

Dan itulah yang dilakoni Nur di dua tahun belakangan, terhitung sejak tercatat sebagai mahasiswi Polkam di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Ia lebih banyak melewati hari-hari untuk tahu lebih banyak dan lebih dalam soal teknik pengolahan sawit 

Saking intensnya menuntut ilmu, kalau tidak perlu-perlu amat Nur jarang keluar kos, sibuk belajar. Atau ketika lagi di kampus, ia juga totalitas mengikuti rangkaian kegiatan perkuliahan, baik teori maupun praktek.

Juga karena tujuan yang sama, Nur  jarang pulang ke Medan di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) untuk melepas rindu pada orangtua dan saudaranya. "Paling saya mudik hanya saat libur semesteran saja," beber Nur.

"Saya tidak akan pernah setengah-setengah, apa pun yang terjadi," tekad Nur. "Sebab, saya yakin, inilah bidang saya, inilah masa depan saya," tambahnya.

Sudah duduk di Semestar V Polkam dengan mengambil jurusan Teknik Pengolahan Sawit, Nur merasakan betapa wawasan dan keilmuannya soal sawit sudah terbuka lebar. Hal yang dulu mungkin hanya diketahui dari kulit luarnya saja, kini sudah bisa ditelisik jauh lebih dalam.

Dengan kata lain, Nur menjelaskan, ia tidak akan pernah menyesali dalam memilih bidang yang kini tengah ia perdalam di Polkam. Kendati untuk itu, Nur harus terpisah dengan orang-orang tercintanya di Medan sana.

"Sebab, saya melihat masa depan sawit itu cerah," tambahnya. Untuk kondisi sekarang ini saja, menurut Nur, betapa banyak keluarga di Indonesia yang menggantungkan sumber ekonominya dari kelapa sawit 

"Hebatnya lagi, keluarga yang menggantungkan sumber ekonominya dari sawit itu sebagian besar menikmati derajat perekonomian yang lebih dari cukup," terangnya.

Nur juga punya mimpi areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia semakin bertambah luas. Selain sebagai sumber devisa negara, menurut Nur, kondisi itu juga memberi peluang semakin banyak keluarga yang akan terangkat derajat perekonomiannya.

"Peluang kerja akan terbuka lebar, termasuk juga kesempatan berusaha di sejumlah sektor, terutama bidang yang terkait dengan industri sawit," tambahnya.

Akan menjalani wisuda pada Oktober mendatang, Nur menunggu waktu itu dengan optimisme yang tinggi. Dunia kerja pun sudah membayang di pelupuk matanya.

"Saya akan melamar ke sebuah perusahaan yang bergerak di sektor sawit bila kelak sudah tamat," ungkapnya. Nur optimistis akan diterima. "Insya Allah," ungkapnya.
                                ***

BERASAL dari Medan, Nur terlahir dari seorang ayah yang berprofesi sebagai pemanen buah sawit. Sementara kakeknya, disebutkan Nur, memiliki beberapa hektar kebun sawit.

"Sebenarnya Ayah dulu juga pernah punya kebun sawit. Tidak luas, hanya sekitar dua hektar," kenang Nur.

Bersebab sang Ayah pernah menderita jenis penyakit tertentu, kebun sawit itu terpaksa dijual untuk biaya pengobatan sang Ayah 

Kendati hanya sebagai pemanen sawit, Nur mengaku kondisi perekonomian keluarganya tidaklah jelek-jelek amat. "Tergolong standarlah," ungkap Nur, menggambarkan 

Kendati demikian, Nur tidak mau terlalu lama membebani perekonomian orangtuanya. Apalagi orangtuanya masih ada tanggungan, yaitu adik Nur, yang saat masih duduk di bangku sekolah menengah -- belakangan sudah tamat SMA 

Makanya, menurut Nur, setelah menamatkan Madrasah Aliyah Persiapan Negeri (MAPN) 4 di Medan, ia langsung masuk dunia kerja, dan diterima di sebuah perusahaan yang memproduksi mi instan di kota itu.

Dorongan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi muncul ketika ada di antara kerabatnya yang menginformasikan program beasiswa sawit yang didanai oleh BPDPKS.

"Terus terang saja saya langsung tertarik," kenangnya. "Apalagi ada jurusan teknik pengolahan sawit yang dekat dengan ilmu kimia. Sebab, ketika bersekolah di MAP, saya menyenangi ilmu kimia," urainya.

Pada tahun 2020, Nur pun menjalani proses seleksi untuk ikut program tersebut, tapi dinyatakan gagal. Baru pada tahun 2022, saat kembali ikut tes, Nur dinyatakan lolos dan ditempatkan di Polkam.

Menjadi mahasiswi di Polkam, Nur mengaku seakan mendapat "durian runtuh." Selain memperoleh kesempatan menuntut ilmu yang sesuai dengan minatnya, hebatnya lagi status mahasiswi yang disandangnya sama sekali tidak menimbulkan beban finansial bagi orangtuanya 

Dengan kata lain, dijelaskan Nur, semua fasiltas dan bantuan yang ia terima dari penyelenggara kegiatan itu sudah lebih dari cukup untuk menopang biaya pendidikan dan kebutuhan hidupnya selama menjalani pendidikan di Bangkinang, ibukota Kabupaten Kampar.***
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS