https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Persona

Imam Bangga Menjadi Anak Petani Sawit, Ini Alasannya

Imam Bangga Menjadi Anak Petani Sawit, Ini Alasannya

Imam Ghozali Munthe (memegang microfon) dalam sebuah kegiatan di Polkam. Foto: Dok. Pribadi

DILAHIRKAN dan dibesarkan di Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Provinsi Sumatera Utara (Sumut); Imam Ghozali Munthe mengaku bangga menyandang status sebagai anak petani sawit.

Parameternya, menurut Imam, "Untuk kondisi beberapa tahun belakangan ini  derajat perekonomian keluarga petani sawit sudah berada di atas rata-rata," ujar Imam melalui sambungan telepon, Senin (13/1/2025).

Boleh jadi parameter tersebut bersifat relatif, sangat tergantung dengan pergerakan harga sawit di pasaran. "Yang paling lebih adalah karena tanaman sawit memiliki seribu guna," ungkapnya 

Baik batang, buah, daun, pelepah dan lainnya dari tanaman kelapa sawit, menurut Imam, memiliki fungsi masing-masing untuk menopang kehidupan umat manusia.

Makanya, Imam mengaku masygul dengan aksi sejumlah pihak yang seakan tidak pernah berhenti melakukan kampanye hitam (black campaign) terhadap tanaman sawit. "Mau mereka apa?" tanya Imam.

Imam mengaku sudah sejak lama memiliki perhatian khusus terhadap sawit, terutama disebabkan karena ia terlahir dan dibesarkan dari keluarga petani sawit. Imam merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

"Kebun sawit Bapakku di Labura sana sebenarnya tidak terlalu luas," ungkapnya, tanpa merinci lebih jauh. Tapi dari kebun itu, menurut Imam, mampu menjadi sumber ekonomi bagi keluarganya. Termasuk membiayai pendidikan Imam dan saudara-saudaranya sampai ke jenjang perguruan tinggi.

Nah, menurut Imam, realitas yang bisa disumbangkan kebun sawit untuk keluarganya justru terjadi di saat tanaman tersebut belum mendapat perlakuan sebagaimana mestinya, sesuai ilmu pertanian modern yang terus berkembang dinamis.

"Coba kalau mendapat perlakuan dan dirawat lebih baik lagi, tentu hasilnya lebih dari yang dinikmati selama ini," tambah Imam lagi.

Makanya, menurut Imam, berkuliah di Politeknik Kampar (Polkam) di Bangkinang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, merupakan kesempatan terbaik baginya untuk mendalami ilmu tentang perkelapasawitan.

Memilih jurusan Teknik Pengolahan Sawit untuk program D3, Imam yang kini duduk di semester V mulai berkuliah di Polkam sejak Oktober 2022. Imam masuk ke kampus itu melalui program beasiswa sawit yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Telah sekitar dua tahun berkuliah di Polkam, Imam mengaku pengetahuan dan wawasannya tentang kelapa sawit mulai terbuka. Menurut Imam, lewat bangku kuliah, ia  sudah tahu banyak soal sawit.

Imam menunjuk contoh tentang cara membuat insektisida alami berupa asap cair dari tongkos, cangkang, dan pelepah sawit. "Kalau dulu, mana tahu saya soal begituan," ungkapnya.

Dengan kata lain, menurut Imam, ilmu dan keterampilan soal sawit yang diperoleh dari bangku pendidikan selama ini dinilai sudah bisa dijadikan sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja, termasuk untuk mengelola usaha sendiri.

Kalau pun belum cukup, "Dunia pendidikan kan bisa dijadikan sebagai ilmu dasar." Seiring dengan perjalanan waktu, menurut Imam, bisa dimanfaatkan untuk menggali ilmu dan keterampilan lebih jauh lagi.

Eksistensi Imam sebagai mahasiswa Polkam tidak hanya ditunjukkan dengan keseriusannya mendalami disiplin ilmu yang menjadi pilihannya. Imam ingin lebih dari itu.

Makanya, terhitung sejak duduk di bangku semester I sampai II lalu, Imam dipercaya untuk mengetuai salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) di lingkungan kampus Polkam yang mengurusi olahraga pencak silat.

Olahraga pencak silat pula yang pernah mengangkat nama Imam dan kampusnya di tingkat nasional. Pada akhir Juni 2024, Imam menyabet gelar juara tiga kejuaraan pencak silat Pekanbaru Championships 5 yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Pekanbaru di Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau.

Itu bukan kali pertama Imam meraih prestasi tersebut. "Untuk juara tiga saya tiga kali di setiap event," kenang Imam, yang juga pernah dipercaya menjadi ketua himpunan

Jadi Prajurit TNI

Selepas menyelesaikan pendidikan tingkat menengah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Labura jurusan IPA pada 2022, Imam awalnya berkeinginan mewujudkan cita-citanya menjadi prajurit TNI.

Tapi, sebelum ada pembukaan kesempatan melamar menjadi prajurit TNI, Imam diserang penyakit typus. "Berbulan-bulan saya terbaring karena diserang typus," kenangnya.

Oleh karena serangan penyakit itu, peluang Imam menjadi prajurit TNI agak sedikit tertutup. Karena, akibat penyakit yang pernah menghinggapi tubuhnya, Imam dilarang melakukan aktivitas berat selama berbulan-bulan.

Orangtua dan saudara-saudaranya yang dimintai pendapat juga lebih cenderung mendorong Imam menekuni bidang lain di luar menjadi prajurit TNI. "Apalagi saya tidak terlalu fasih melafazkan huruf r," ungkap Imam.

Imam kemudian mencoba peruntungan untuk masuk sekolah kedinasan, tapi gagal. Upaya selanjutnya, Imam ikut tes masuk Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI) di Medan. Ia dinyatakan lulus.

Sebelumnya, pada saat menyiapkan berkas mendaftar ke ITSI, Imam juga melakukan hal yang sama untuk ikut program beasiswa sawit. "Diinformasikan oleh saudara," kata Imam, menyoal dari mana ia dapat kabar peluang beasiswa sawit itu.

Hebatnya, menurut Imam, selain dinyatakan lulus masuk ITSI Medan, ia juga dinyatakan lulus untuk ikut program beasiswa sawit yang didanai oleh BPDPKS.

"Tanpa pikir panjang lagi, saya memutuskan memilih beasiswa sawit. Keputusan ini didukung oleh orangtua, saudara dan kerabat dekat," ungkap Imam.

Imam mengaku menggunakan pendekatan pragmatisme untuk memilih berkuliah melalui program beasiswa sawit -- yang kemudian ditempatkan di Polkam.

Dijelaskan, kalau memilih ITSI ia harus menyiapkan sejumlah biaya seperti UKT, uang pakaian, dan lainnya. "Sementara kalau memilih beasiswa sawit, saya hanya tinggal menjalani perkuliahan karena segala sesuatunya sudah disiapkan," kata Imam.

Apalagi, tambah Imam, pada saat bersamaan dua orang saudaranya juga sedang menempuh jenjang pendidikan tinggi. "Hitung-hitung untuk sedikit meringankan beban orangtua," katanya.***

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS