https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Persona

Berbekal Info Paman dari Kalimantan

Berbekal Info Paman dari Kalimantan

Angelina Naibaho sempat canggung di Yogyakarta pada saat-saat awal menjalani perkuliahan di AKPY. Foto: Dok. Pribadi

TERMASUK beruntung, baru sekali ikut tes program beasiswa sawit yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS),  Angelina Naibaho langsung dinyatakan lulus.

"Ada beberapa teman yang sama ikut tes dengan saya rontok, baik dalam tahap penyiapan syarat-syarat administratif maupun ketika tahap wawancara," kata Angel --panggilan akrabnya-- melalui sambungan telepon, Selasa (21/5/2025) malam.

Itu terjadi tahun 2024 lalu. Kendati kala itu sudah dinyatakan lulus dari SMAN 1 Belinyu Jurusan IPS, tapi saat proses tes sedang berlangsung, Angel belum menerima ijazah dari sekolahnya. "Saya ikut tes hanya berbekal surat keterangan lulus (SKL) dari sekolah," kenangnya.

Angel terang saja senang lulus dalam program itu, termasuk orangtua dan saudara-saudaranya. "Sepertinya mimpi saya menjadi kenyataan," ungkapnya. "Yaitu, saya ingin berkuliah tanpa terlalu membebani orangtua."

Kendati orangtuanya tidak tergolong susah dari segi finansial, menurut Angel, kapasitas sebagai anak sulung dari empat bersaudara yang disandangnya mendorongnya agar bagaimana jangan terlalu lama membebani orangtua.

"Adik-adik juga perlu penghidupan dan pendidikan yang layak," katanya. Bila mana tanggungan orangtua terhadap dirinya tidak lagi sepenuhnya, "Orangtua tentu bisa fokus membiayai pendidikan adik-adik."

Juga bersebab status anak sulung yang disandangnya, menurut Angel, ia ingin secepatnya menyelesaikan pendidikan, untuk kemudian masuk ke dunia kerja. "Agar aku bisa membantu orangtua untuk melanjutkan pendidikan adik-adik," kata Angel lagi 

Kendati ketika sudah bekerja nanti, tapi belum mampu meringankan beban orangtua untuk melanjutkan pendidikan adik-adiknya, "Setidaknya saya tidak lagi membebani orangtua secara finansial," sambungnya.

Angel mengaku, peran pamannya cukup dominan dalam keikutsertaannya --untuk kemudian dinyatakan lulus-- program beasiswa sawit. "Dia yang rutin memasok info tentang itu kepada saya," kenangnya.

Paman Angel itu bekerja di sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit.  Sang Paman, menurut Angel, sudah bekerja di berbagai perusahaan perkebunan sawit di Kalimantan dan Sumatera. 

"Saat ini terakhir di Sumsel dan tergabung di grup profesional Planter (para pekerja di industri perkebunan kelapa sawit). Tempat sharing dan berbagi informasi seputar dunia perkebunan termasuk informasi beasiswa kelapa sawit ini," ungkapnya.

Suatu waktu di 2024 lalu, kenang Angel, pamannya kembali menginput informasi terbaru soal beasiswa sawit kepadanya, berbekal kabar yang diperoleh sang Paman dari Grup WA itu. "Cobalah ikut tes ini," saran sang Paman. "Banyak kelapangannya kalau ikut tes dan dinyatakan lulus."

Sangat Dangkal

Seberapa jauhkah dunia akademis membukakan pengetahuan dan wawasan Angel tentang sektor perkelapasawitan? "Oh, banyak sekali," ungkapnya yakin.

Baru sekitar lima bulan berkuliah di Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) Jurusan Teknik Pengolahan Sawit untuk program D1, Angel merasakan ilmu dan pengetahuannya tentang sawit semakin terbuka.

Kendati memiliki kedua orangtua yang bekerja di perusahaan sawit, ditambah punya kebun sawit sendiri yang dibangun secara mandiri, Angel mengaku dulu itu pengetahuannya tentang sawit sangat dangkal sekali.

Pun, saat Covid-19 melanda, di saat pergerakan masyarakat dibatasi, Angel juga sering diajak orangtuanya ke perusahaan sawit tempat mereka bekerja. Termasuk mengajak Angel ke kebun sawit milik keluarga.

"Tetap saja pengetahun saya soal sawit sangat terbatas," katanya. Angel mencontohkan dalam soal pemupukan. "Sepanjang yang saya tahu, ya, tinggal ditaburkan saja, tidak peduli jenis pupuk dan dosisnya," imbuh Angel.

Termasuk juga dalam soal pengadaan bibit sawit. Menurut Angel, soal bibit ini yang terpikir olehnya dahulu adalah, petik buah sawit dari batangnya, lalu dibibitkan, sebagai cara untuk mendapatkan bibit sawit.

"Ternyata prosesnya tidak sesederhana itu," ungkapnya. Dari bangku kuliah ia tahu, pembibitan sawit harus melalui apa  yang disebut dengan sertifikasi untuk mendapatkan bibit unggul.

Di bangku kuliah juga Angel tahu bahwa pemakaian bibit sawit yang asal-asalan, seperti yang terkerangka dalam pikirannya selama ini, punya dampak yang tidak main-main. "Sampai rentang waktu 25 tahun ke depan," tandasnya.

Sebab, menurut Angel, pemakaian bibit sawit yang asal-asalan sangat berpengaruh terhadap angka produksi. "Selama menggunakan bibit sawit yang tidak bersertifikat, maka selama itu pula jangan berharap mendapatkan angka produksi yang maksimal," terangnya.

Dan kondisi seperti itu, menurut Angel, akan berlangsung selama sekitar 25 tahun, yaitu saat di mana harus dilakukan peremajaan (replanting) terhadap tanaman kelapa sawit dimaksud.

Di bangku kuliah juga Angel tahu, pemilihan bibit sawit yang asal-asalan didorong oleh sejumlah faktor. Selain karena faktor ketidaktahuan, juga lantaran didorong biaya murah ketika proses penanaman.

"Padahal resiko yang harus ditanggung jauh lebih besar," ungkapnya. "Tentu riskan tanaman sawit harus diganti pada saat umur tanaman belum beberapa tahun karena terdorong keinginan untuk menggantinya dengan bibit bersertifikat," terangnya.

Canggung

Menetap selama ini bersama kedua orangtua dan saudara-saudaranya di Kekurahan Kutopanji, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Babel); Angel mengaku keberadaannya pada awal perkuliahan di Yogyakarta lima bulan yang lalu sempat menbuatnya canggung.

"Terutama kuliner, bahasa, dan budaya, yang beda jauh dengan tempat asal saya," kenang Angel, sambil menyebut ia perlu waktu untuk melakukan adaptasi.

Pada bagian lain Angel mengaku tidak terlalu tersiksa berjarak dengan orang-orang terdekatnya. "Sedari sekolah, sudah biasa berpisah dengan orangtua dan saudara," ungkapnya.

Apalagi, menurut perempuan kelahiran tahun 2006 ini, kemajuan teknologi memberi banyak kemudahan baginya untuk melakukan komunikasi, kapan dan di mana pun, dan dengan siapa pun.

Kondisi itu, menurut Angel, membuatnya bisa lebih fokus menjalani perkuliahan. "Semoga waktu perkuliahan yang sebenarnya tidak terlalu lama ini memberi sesuatu yang berarti bagi hidup dan masa depan saya," ungkapnya.***

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS