Berita > Persona
Dibiayai BPDPKS, Keberuntungan Tegar Semakin Lengkap karena Ditempatkan Berkuliah di Instiper Yogyakarta

Tegar Arief Kurniawan berpose di depan kampus Instiper. Foto: Dok. Pribadi
MENJALANI pendidikan di perguruan tinggi dengan ditopang program beasiswa, dan melakoni kehidupan dengan kondisi lingkungan kampus yang adaptif dan responsif, Tegar Arief Kurniawan mengaku sudah mendapatkan "lebih dari cukup."
"Tinggal lagi bagaimana aku memanfaatkan waktu dan peluang yang sedang terbuka dengan sebaik mungkin guna mendapatkan apa yang dicari di bangku perguruan tinggi," ujar Tegar --panggilan akrabnya-- melalui sambungan telepon, Selasa (28/1/2025) siang.
"Lingkungan kampus tempat aku berkuliah itu enak banget," terang Tegar, yang saat ini tercatat duduk di semester VI Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta Jurusan Agroteknologi untuk program S1.
Para tenaga pengajarnya, menurut Tegar, juga responsif terhadap dinamika yang terjadi di kalangan para mahasiswa. Semisal ada di antara mahasiswa yang mampu menorehkan prestasi, "Kita sangat dihargai."
Karena banyak tenaga pengajar yang mensupport dan mengucapkan selamat, "Jelas kondisi ini mendatangkan kebahagiaan tersendiri," ungkap Tegar. "Apa yang kita raih benar-benar mendapat pengakuan yang layak."
Tegar berani mengatakan hal itu karena selama berkuliah di Instiper ia pernah membukukan sejumlah prestasi yang membanggakan, baik untuk lingkungan kampus, skala lokal dan regional, bahkan tingkat nasional sekali pun.
Untuk lingkungan kampus, misalnya, pada 2023 lalu Tegar meraih Anugerah Mahasiswa Berprestasi (Mapres). Ia juga pernah merebut gelar juara II lomba karya tulis ilmiah (LKTI) yang diselenggarakan di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).
LKTI itu sendiri diselenggarakan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), dalam acara bertajuk Borneo Forum. "Piagam dan hadiahnya langsung dijemput ke Kalteng," kenangnya.
Terlebih lagi, setelah berkuliah selama enam semester di kampus itu, Tegar bisa memastikan bahwa para pengajar di lembaga pendidikan yang berkampus di Sleman tersebut merupakan mereka yang kompeten di bidangnya.
Bisa dimaklumi, lanjut Tegar, "Sebagian di antara tenaga pengajar itu merupakan alumnus UGM," sebutnya. UGM adalah Universitas Gajah Mada yang berkampus di Yogyakarta. "Tidak sedikit pula di antaranya yang lulusan luar negeri."
Kalau mampu menyerap dengan mudah aneka ilmu dan keterampilan yang diajarkan, Tegar memastikan kondisi itu dimungkinkan oleh lingkungan kampus yang kondusif, ditopang oleh para tenaga yang kompeten di bidangnya. "Tambahan lagi, daya ingat aku juga tergolong kuat," sebutnya.
Padahal, menurut Tegar, antara keterampilan di bangku sekolah menengah dengan di perguruan tinggi yang pernah dan sedang ia jalani, ada jarak. Maklum, Tegar menyelesaikan pendidikan menengah di SMKN Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Jurusan Teknik Kendaraan Ringan.
Sementara di Instiper, menurut Tegar, ia dihadapkan aneka teknologi yang berhubungan dengan kelapa sawit. Misalnya, merancang radiofrekuensi, dengan memanfaatkan binatang, terutama sapi.
Di Instiper juga, menurut Tegar, ia diajarkan merakit komponen deteksi dini terhadap jamur ganoderma, sejenis penyakit yang sering menyerang tanaman kelapa sawit.
Dimanjakan Fasilitas
Dilahirkan di Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, pada 18 Februari 2003, Tegar masuk ke Instiper melalui program beasiswa sawit yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) -- belakangan berubah nama menjadi BPDP (Badan Pengelola Dana Perkebunan).
Menamatkan SMKN Tapung, Kampar, pada 2022, pada tahun itu juga Tegar ikut tes masuk program beasiswa sawit BPDPKS. Tegar pun kemudian ditetapkan sebagai salah seorang peserta yang dinyatakan lulus.
Tapi sebelumnya Tegar mendapat informasi soal program beasiswa sawit BPDPKS dari mantan gurunya di SMKN Tapung. Informasi awal itu kemudian ditindaklanjuti Tegar dengan mencari informasi tambahan melalui internet.
Kenapa bisa lulus? "Karena saya memang totalitas mempersiapkan diri," tandasnya. Sadar memiliki keterbatasan pengetahuan tentang sawit, Tegar memanfaatkan semua medium yang ada untuk menimba ilmu perkelapasawitan sebanyak-banyaknya.
Oleh penyelenggara program, Tegar ditempatkan berkuliah di Instiper yang berkampus di Sleman, Yogyakarta. Terhitung sejak Oktober 2022, Tegar pun tercatat sebagai bagian dari civitas akademika Instiper.
Selain ilmu dan keterampilan soal perkelapasawitan, hal apa lagi yang dirasakan menyenangkan oleh Tegar selama menjalani perkuliahan? "Sebagai peserta program beasiswa, saya menikmati fasilitas yang lebih dari cukup," ungkapnya.
Bahkan, menurut Tegar, fasilitas yang ia nikmati jauh di atas yang ia bayangkan sebelumnya. "Kami benar-benar dimanjakan dengan fasilitas, dan itu sangat mendukung tugas perkuliahan yang sedang kami jalani," bebernya.
Diuraikan Tegar, fasilitas telah mulai ia dapatkan sejak pemberangkatan dari daerah asal.ke tempat perkuliahan. "Semua biaya pemberangkatan dari Tapung sampai ke Sleman ditanggung oleh penyelenggara program," bebernya.
Setelah menjalani perkuliahan, sambung Tegar, sejumlah fasilitas lain telah menunggu seperti uang saku, uang buku, dan lainnya. "Semua itu lebih dari cukup untuk mengcover biaya perkuliahan dan biaya hidup," ucapnya.
Dengan kata lain, lanjut Tegar, dengan sejumlah fasilitas yang disediakan penyelenggara program, ia tidak perlu merengek lagi kepada orangtua soal biaya bidup dan biaya perkuliahan selama menuntut ilmu di perantauan.
Tapi bukannya tidak ada masalah sama sekali. "Ada juga (masalah), terutama bila dana-dana yang dialokasikan untuk peserta program lambat cairnya," ujar Tegar. "Maklum, kerja sama Instiper dengan BPDPKS kan tergolong baru."
Bila dihadapkan dengan kondisi seperti itu, menurut Tegar, ia terpaksa mengadu ke orangtuanya di Riau untuk meminta asupan dana. "Di luar keterlambatan, asupan dana bagi kami lebih dari cukup untuk menutupi kebutuhan, hidup dan biaya kuliah," tandasnya.
Didukung oleh banyak faktor, makanya Tegar berani mengklaim bahwa ia bisa totalitas mengikuti rangkaian kegiatan perkuliahan --teori dan praktek-- selama menuntut ilmu di Instiper.
Hal itu pula yang menjadi dasar optimismenya untuk bisa diterima di dunia kerja kelak setelah mendapatkan gelar S1 di Instiper. "Optimistis banget (diterima bekerja)," ungkap Tegar.
Dunia kerja yang kelak akan dijalani, menurut Tegar, akan menjadi ajang bagi dia untuk menimba pengalaman sebanyak-banyaknya. "Target saya selanjutnya adalah meraih gelar S2 di bidang perkelapasawitan," ucapnya.***