https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Persona

Rio Fadilah Sekarang Lain dengan Rio Fadilah yang Dulu, Ini yang Menjadi Pembedanya

Rio Fadilah Sekarang Lain dengan Rio Fadilah yang Dulu, Ini yang Menjadi Pembedanya

Rio Fadilah sedang riset bersama rekan seangkatannya di Instiper. Foto: Dok. Pribadi

RIO Fadilah kini dengan Rio Fadilah yang dulu merupakan sesuatu yang sangat berbeda. Kendati orang atau fisiknya itu juga, yang menjadi pembeda antara lain adalah soal penguasaan tentang ilmu dan pengetahuan tentang perkelapasawitan.

Kendati dilahirkan sebagai anak petani sawit, di perkampungan yang mayoritas penduduknya menggantungkan sumber ekonomi dari kelapa sawit; Rio yang dulu adalah sosok yang seakan tidak peduli dengan tanaman perkebunan jenis yang satu itu.

Rio sendiri dilahirkan --sekaligus dibesarkan-- pada tahun 2004 di Desa Tegal Mulyo, Kecamatan Keluang, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). "Orangtua saya warga transmigran asal Provinsi Jawa Tengah (Jateng)," urainya.

Sama dengan sebagian warga sedesanya, orangtua Rio juga menjadikan kelapa sawit sebagai sumber utama nafkah keluarganya. "Bapak punya beberapa hektar (kebun sawit), tapi tidak bisa dikategorikan luas," jelasnya.

Karena sebagian besar warga Desa Tegal Mulyo merupakan petani kelapa sawit, maka sejauh-jauh mata memandang di desa itu yang terlihat hanyalah hamparan perkebunan kelapa sawit.

Tidak ayal, kalau kemudian Rio mengatakan, "Sepanjang sekitar 17 tahun perjalanan usia, saya dekat dengan sawit." Tapi dekat dalam konteks ini, menurut Rio, baru sebatas kedekatan secara fisik saja.

Saking tidak tahunya Rio pada sawit kala itu, "Saya pernah mengira kegunaan sawit hanya sebatas untuk membuat minyak goreng," ungkapnya. 

Bisa dimengerti, memang, "Karena apa pun pembicaraan orang tentang sawit kala itu, sama sekali tidak menarik perhatian saya." Baik di lingkungan desa, atau di mana saja, pembicaraan soal sawit hampir tidak pernah menarik perhatian Rio.

Terlebih lagi, menurut Rio, cita-cita ia sejak kecil adalah menjadi guru. "Saya ingin memberi manfaat bagi banyak orang," ungkapnya, menyebut alasan menjadi guru. "Guru merupakan profesi yang paling tepat untuk itu," tandasnya lagi.

Kini, setelah duduk di semester VI Institut Pertanian Stiper (Instiper) program studi (Prodi) Agroteknologi untuk program strata satu (S1), Rio berani mengklaim dirinya sebagai pribadi yang sangat antusias terhadap sawit.

Menurut Rio, keterlibatannya menuntut ilmu di Instiper yang berkampus di Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, itu telah membuka wawasannya tentang sawit, yang kemudian menyeret rasa ingin tahunya lebih dalam lagi untuk mengenal tanaman itu.

Saking antusiasnya mendalami sawit terhitung sejak berkuliah, "Saya merasa waktu yang ada selama ini belum cukup untuk menggali ilmu tentang perkelapasawitan lebih dalam lagi," terangnya.

Juga karena saking tertariknya untuk menggali ilmu perkelapasawitan lebih dalam lagi, selama berkuliah di Instiper Rio lebih intens menerjuni bidang riset. "Semakin saya intens riset, kian kuat rasa ingin tahu saya," ungkapnya.

Bersyukur, menurut Rio, animonya menekuni riset  mendapat dukungan fasilitas yang lebih dari cukup dari kampus tempat ia berkuliah. "Terutama lab untuk riset, tersedia dengan peralatan yang lengkap," sebut Rio.

Rio juga mengaku mendapat dukungan pendanaan yang cukup, baik dari pihak kampus maupun institusi lain. "Saya hampir tidak menemukan hambatan berarti dalam soal pendanaan setiap hendak melakukan riset," ujarnya.

"Saya juga mendapat support yang kuat dari jajaran tenaga pengajar," tambahnya. Dukungan itu, menurut Rio, menjadi amunisi tambahan yang sangat berarti bagi dirinya untuk mampu memberikan yang terbaik dari apa yang tengah ia tekuni.

Gagal Masuk Sekolah Guru

Rio "terdampar" di Instiper Sleman berawal dari kegagalannya menembus perguruan tinggi yang mencetak tenaga guru. Itu terjadi tahun 2022, setelah Rio menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMA setempat.

Gagal menembus perguruan tinggi yang diinginkan, sempat terbersit di hati Rio untuk istarahat dan tidak berkuliah dulu. Vakum setahun, Rio merencanakan tahun berikutnya kembali menjajal nasib untuk diterima di kampus yang mencetak tenaga guru.

Tapi, di saat penantian itu, Rio memperoleh informasi dari kakak kelasnya ketika di SMA dulu tentang program beasiswa sawit yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) -- belakangan berubah nama menjadi Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP).

"Kebetulan senior saya itu sudah diterima dan tengah menjalani perkuliahan melalui program beasiswa sawit BPDPKS," kenangnya

Rio tertarik untuk mengadu peruntungan di program beasiswa sawit berdasarkan sebuah pertimbangan yang sangat logis, yaitu mengurangi beban orangtua. "Kebetulan saat itu ada seorang saudara yang tengah berkuliah," ungkap Rio.

Pertimbangan Rio, kalau ia bisa menembus program beasiswa sawit BPDPKS, dua tujuan tercapai sekaligus. Yaitu, bisa melanjutkan pendidikan ke lembaga perguruan tinggi, tapi tidak dengan terlalu membebani orangtua.

Apalagi, menurut Rio mengutip penjelasan seniornya, fasilitas yang diterima para peserta program tersedia lebih dari cukup. "Hanya tinggal berkuliah saja," ujar Rio, menirukan ucapan seniornya.

Seakan bertemu dengan apa yang dicari, menurut Rio, setelah memutuskan ikut tes program beasiswa sawit BPDPKS, ia belajar totalitas mempersiapkan diri. Maklum, karena sawit tergolong asing bagi dirinya, menuntut Rio, menuntutnya harus banyak belajar.

"Saya hanya belajar secara otodidak dengan memanfaatkan semua medium yang ada, terutama internet," sambungnya. Rio mengingat, ia mempersiapkan diri untuk tes terhitung sejak Maret sampai Agustus 2022.

Kerja keras Rio membuahkan hasil. Setelah melengkapi sejumlah persyaratan administratif dan serangkaian tes --baik tertulis maupun wawancara-- ia pun dinyatakan lulus.

Kegembiraan Rio tidak hanya sampai di situ saja, melainkan ia ditempatkan berkuliah di Instiper untuk prodi yang berbeda dengan yang tengah dijalani oleh seniornya.

"Semakin bersemangatlah saya untuk berkuliah," ulasnya. Pada Oktober 2022, Rio diterbangkan dari daerah asalnya di Sumsel menuju Sleman di DI Yogyakarta untuk menyandang status baru: mahasiswa.***

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS