https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Persona

Beasiswa Sawit

Cerita Perempuan Camp 19

Cerita Perempuan Camp 19

Agustina saat bersama Ketua Pelaksana Learning Factory AKPY, Hartono. foto: ist

Setelah tiga tahun mendengar tentang beasiswa sawit, barulah dia benar-benar bisa menikmati. Kelak akan bekerja di kampung sendiri.  

Kelopak mata perempuan itu masih saja nampak basah meski Hilux yang membawanya menuju Merauke, sudah jauh meninggalkan Camp 19. 

Orang menjuluki perumahan karyawan perkebunan kelapa sawit PT.Tunas Sawa Erma (TSE) --- anak perusahaan Korindo Group --- itu seperti itu lantaran kebetulan berada di kilometer 19 kalau dihitung dari Kampung Asiki, Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel, Papua Selatan.   

Di sampingnya, ada sepupunya, Margaretha. Orang Camp 19 juga. Gelagat perempuan yang lebih muda dua tahun dari Agustina Mayap ini sama; sedih. 

Ini kali pertama keduanya meninggalkan keluarga menyeberang pulau; terbang ke Kulon Progo dan kemudian naik bus ke kampus Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) di kawasan Sleman, Yogyakarta. 

Agustina bersama teman-teman seangkatannya saat menjalani kuliah Learning Factory di komplek Kebun Pendidikan dan Penelitian (KP2) Stiper Edu Agro Tourism (SEAT), Bawen, Ungaran, Jawa Tengah. foto: ist 

Kebetulan mereka sama-sama lulus menjadi mahasiswi program Diploma Satu beasiswa sawit Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Baca juga: Yesica; Dari Muara Wahau Mengejar Mimpi
 
Sebenarnya, tak pernah kepikiran oleh anak kedua dari lima bersaudara ini pergi sejauh itu. Soalnya, walau sejak kelas 2 SD tinggal di perkebunan sawit, cita-citanya justru ingin menjadi guru. 

 

Tapi lantaran kesandung biaya, mimpi itu dia kubur dalam-dalam. Alumnus jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMA Negeri 1 Asiki 2020 ini mentok menjadi penjaga toko di kawasan Camp 19 tadi. 

Sempat juga Agustina mencoba melamar pekerjaan. Bahkan di perusahaan sawit. Tapi ternyata sulit kalau cuma mengandalkan ijazah SMA. 

"Saya sudah dengar juga ada beasiswa sawit. Tapi kata orang-orang, itu hanya untuk tuan tanah --- petani sawit. Itu makanya saya tak berani ikut tes," kenang Agustina saat berbincang dengan myelaeis.com, tadi malam. 

Agustina (dua dari kiri) bersama teman-temannya dari Papua. foto: ist

Tapi entah kenapa kemudian, pertengahan tahun lalu, om nya, Melkorius Awonweng. Menyodorkan brosur beasiswa sawit kepadanya. Persis saat Agustina main-main ke kantor umum milik perusahaan, yang tak jauh dari Camp 19 itu.    

"Kamu coba ikut tes dulu, mana tahu rezeki. Ini ada untuk jalur anak karyawan perusahaan sawit," kata Melkorius. Agustina manut. 

Tak hanya dia yang mencoba peruntungan. Tapi adalah lima orang anak-anak karyawan dari Camp 19 itu. Tapi setelah melalui serangkaian seleksi, hanya tiga orang yang lulus. Semuanya diterima di AKPY. Selain dia, salah satunya adalah Margaretha tadi.    

Baca juga: Cerita Perempuan Cantik dari Kempas Jaya

Tak ketulungan gembiranya Agustina. Terlebih ayahnya, Finansius Toleyop, yang karyawan pelayanan Bahan Bakar Minyak (BBM) di TSE itu. Putrinya diterima di jurusan pemeliharaan kelapa sawit. 

Selain lantaran segala yang terkait beasiswa itu dibiayai BPDPKS, Agustina juga mendengar, begitu selesai nanti dari AKPY, dia langsung diterima bekerja di TSE itu. 

"Puji Tuhan. Mungkin lantaran sedari kecil saya di perkebunan kelapa sawit, saya sudah senang bekerja di sektor ini. Saya tak menyangka akan dipekerjakan di kampung saya sendiri," suara anak kemanakan suku Muyu Mandobo ini bergetar. 

 

Tak terasa, Agustina sudah sampai di Bandara Internasional Mopah, Merauke. Lima jam dia di perjalanan. 

Dan...,ini kali pertama dia naik pesawat terbang. Sumringah wajahnya menengok tubuh bongsor Lion Air yang akan menerbangkannya ke Kulon Progo setelah nanti transit di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Baca juga: Yesica; Dari Muara Wahau Mengejar Mimpi

Di kawasan Sleman Yogyakarta itu, dia terus menepis rasa rindunya kepada mama; Elisabet Korlis Andum, tiga adik-adiknya; Monica Wipya (kelas 3 SMA), Liborius Oram (kelas 3 SMP) dan Kornelia Stevana (kelas 4 SD). Serta abangnya, Donatus Kacap, yang kini karyawan di PKS milik TSE. 

Dia kubur sementara rasa rindu itu dengan melahap semua pelajaran yang diberikan oleh para dosen praktisi di AKPY itu. 

Termasuk 10 hari yang terasa berat melalui Learning Factory (LF) di komplek Kebun Pendidikan dan Penelitian (KP2) Stiper Edu Agro Tourism (SEAT), Bawen, Ungaran, Jawa Tengah (Jateng). 

Bagi dia, pulang ke Asiki kelak, dia sudah punya ilmu yang mumpuni untuk menjadi bagian dari industri sawit yang ada di sana. 

"Sawit telah membikin kehidupan masyarakat di kampung saya berubah menjadi lebih baik. Sumber pekerjaan banyak orang. Gara-gara sawit orang telah bisa beli motor, bangun rumah, buka usaha. Kalau suatu saat saya punya rezeki, saya akan bangun kebun sawit sendiri," Agustina tertawa.



 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS