Berita > Persona
Setiap Langkah Lenie di Antara Barisan Sawit di Kapuas Adalah Bukti Nyata Pengabdian Seorang Pendidik
Pengajar di SD Negeri 1 Harapan Jaya, Kapuas, Lenie. Foto: Ist
SETIAP langkah Lenie di antara barisan sawit adalah bukti nyata pengabdian seorang pendidik yang menempatkan murid sebagai prioritas, menginspirasi generasi muda untuk meraih mimpi meski berasal dari desa terpencil.
Lenie, pengajar di SD Negeri 1 Harapan Jaya, Kapuas, adalah kisah guru honorer yang menghadapi tantangan berat untuk menunaikan tugasnya sebagai pendidik, yang merupakan panggilan jiwanya.
.
Di tengah hamparan sawit dan jalan licin Kapuas, guru honorer Lenie tak kenal lelah mendampingi anak-anak desa belajar, meski harus menempuh 12 km setiap hari.
Jarak antara Desa Manusup tempat tinggalnya dan sekolah mencapai 11 hingga 12 kilometer. Jalurnya bukan jalan mulus, melainkan tanah berbatu yang licin dan rawan banjir saat musim hujan.
Meski begitu, Lenie tetap berkomitmen hadir di kelas, kadang harus mengendarai sepeda motor dengan sangat hati-hati melewati kebun sawit yang basah.
Pada beberapa hari hujan lebat, ia memilih menginap di rumah dinas sekolah agar tidak ada murid yang terlewatkan pembelajarannya.
“Kalau hujan deras, saya harus ekstra waspada agar tidak terjatuh,” ujar Lenie, mengisahkan tantangan sehari-harinya, dilansir dari YouTube Kemendikdasmen.
Selama lima tahun terakhir, Lenie mengampu hampir semua mata pelajaran di sekolah, kecuali PJOK dan agama. Ia juga dipercaya sebagai wali kelas, membimbing murid-murid dari aspek akademik sekaligus karakter. Sekolah yang berada di tengah perkebunan sawit ini kerap menjadi lokasi sulit dijangkau, namun semangat Lenie tak pernah surut.
Pada 2023, Lenie menerima Tunjangan Khusus Guru (TKG) karena Kecamatan Mantangai dikategorikan sebagai daerah khusus. Tunjangan ini dimanfaatkan untuk menunjang proses belajar mengajar, termasuk membeli buku dan mengikuti pelatihan daring.
Dukungan finansial ini memungkinkan Lenie fokus pada peningkatan kualitas pengajaran tanpa terbebani masalah ekonomi.
Selain mengajar, Lenie juga sedang menempuh Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Borneo Tarakan. Ia tengah menyiapkan ujian kinerja dan praktik mengajar di kelas untuk meraih sertifikat pendidik pada 2026. Menurutnya, sertifikasi ini akan menjadi bukti kompetensi sekaligus motivasi tambahan untuk terus mengabdi.
Lenie juga menerapkan metode pembelajaran yang kontekstual dan berbasis lingkungan. Ia mengajak siswa memanfaatkan bahan-bahan di sekitar kebun sawit untuk membuat karya kreatif, sehingga anak-anak belajar sambil mengenal alam.
Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kreativitas siswa, tetapi juga menanamkan kesadaran tentang pentingnya lingkungan.
Dukungan masyarakat dan orang tua menjadi faktor penting dalam keberhasilan Lenie. Mereka aktif berpartisipasi dalam forum komite sekolah dan mendukung berbagai program literasi yang dijalankan guru honorer ini.
Kehadiran mereka memperkuat langkah Lenie untuk memastikan pendidikan tetap berjalan meski berada di lokasi yang menantang.
Cerita Lenie menjadi inspirasi tentang dedikasi guru honorer yang bekerja tanpa lelah, menembus medan sulit demi masa depan anak-anak desa.
Di balik sawit yang rimbun, semangatnya menunjukkan bahwa pendidikan bisa tetap berjalan jika ada komitmen, kerja keras, dan dukungan komunitas.
Lenie membuktikan bahwa medan berat bukan alasan untuk mundur. Setiap langkahnya di antara barisan sawit adalah bukti nyata pengabdian seorang pendidik yang menempatkan murid sebagai prioritas, menginspirasi generasi muda untuk meraih mimpi meski berasal dari desa terpencil.***






