https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Ragam

Lebih Rendah dari Harga TBS Sawit, Kondisi Petani Duku Memprihatinkan

Lebih Rendah dari Harga TBS Sawit, Kondisi Petani Duku Memprihatinkan

Petani mensortir buah duku. Foto: Dok. Elaeis

"Biarlah buahnya rontok sendiri, untuk makan monyet dan babi saja."

KETIKA harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Provinsi Bengkulu menunjukkan trend yang menggembirakan, realitas sebaliknya justru terjadi pada buah duku yang harganya terjun bebas di pasaran.

Tak berlebihan bila seorang petani berucap begini;  "Biarlah buahnya rontok sendiri, untuk makan monyet dan babi saja," ujar Edi Oktadinata, petani duku di Desa Tebing Rambutan, Kecamatan Nasal, Kabupaten Kaur.

Situasi ini membuat petani duku menderita. Edi Oktadinata mengatakan, kondisi harga duku saat ini sangat memprihatinkan. Bahkan lebih murah dibandingkan dengan harga TBS kelapa sawit.

"Harga duku sangat murah. Bahkan lebih murah dibandingkan dengan harga TBS kelapa sawit," ungkap Edi, Senin (25/3).

Edi menyampaikan bahwa saat ini harga duku di tingkat petani hanya mencapai Rp 1.500 per kilogram. Sementara harga TBS kelapa sawit hampir mencapai Rp 3 ribu per kilogram di daerah ini. 

"Harga duku murah, padahal bisanya bisa sampai Rp 15 ribu per kilogram," tambahnya.

Kondisi ini membuat petani duku kehilangan semangat untuk memanen buah duku. Mereka lebih memilih membiarkan buah duku rontok di bawah pohon. 

Kondisi harga yang tidak menguntungkan ini juga mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat petani duku di Kaur. Banyak di antara mereka yang merasa terbebani dengan pendapatan yang minim dari hasil panen duku.

"Harusnya kami mendapatkan banyak keuntungan dari penjualan duku, tapi ini pendapatan sangat minim dari hasil panen duku," tuturnya.

Ia menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi itu.  "Kami berharap  upaya pemerintah untuk membantu meningkatkan harga duku agar petani bisa mendapatkan keuntungan yang layak," pungkasnya.

Sementara itu, Bupati Kaur, Lismidianto mengaku,  pihaknya menyatakan sedang melakukan kajian untuk mencari solusi yang tepat guna mengatasi masalah ini. 

Diharapkan dengan adanya perhatian dan tindakan yang tepat, masalah ini dapat segera diselesaikan sehingga petani duku di Kabupaten Kaur dapat kembali merasakan kesejahteraan dari usaha pertanian mereka.

"Kami sedang berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mencari solusi terbaik guna meningkatkan harga duku agar petani tidak terus menderita," pungkasnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS