https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Persona

Ikon Beasiswa Sawit Putra Dayak Benawas (1)

Ikon Beasiswa Sawit Putra Dayak Benawas (1)

Fajar (celana pendek biru) setelah resmi menjadi Assisten GIS di PT MKSK, anak perusahaan FR Group. Foto: Dok. Pribadi

Dia hanya jebolan Diplomas Satu, nilai diri, membuatnya bertengger di level Strata Satu...

Oktober 2023. Ayah satu anak ini resmi menjadi Asisten Geographic Information System (GIS) di PT. Mitra Karya Sentosa Ketapang (MKSK), anak perusahaan First Resources (FR)

Padahal anak kedua dari empat bersaudara ini baru dua tahun sebelumnya lulus Diploma Satu Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY). Lha...?

"Panjang dan berliku perjalanan yang saya lalui hingga bisa seperti sekarang," cerita ayah satu anak ini saat berbincang dengan myelaeis.com --- member of Elaeis Media Group --- pekan lalu. 

Bersama siswa-siswi jurusan Teknik Survey Pemetaan, Kajur & Kepsek SMKN 01 Sekadau. Foto: Dok. Pribadi.

Namanya Fajar Natalis Dirantau. Lelaki asal Dusun Sungai Kunyit, Desa Sungai Kunyit, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) ini tak pernah menyangka akan sesegera itu menjadi pejabat di perusahaan raksasa tadi.

Lulus SMK Negeri 1 Sekadau tahun 2018 dengan keahlian pemetaan, anak jati Dayak Benawas ini justru masih tenaga kontrak di Kantor Pertanahan (Kantah) setempat. 

Itupun setelah di tahun yang sama, dia tak lulus tes di Universitas Tanjungpura di Pontianak ibukota Kalbar. 

"Saya ambil jurusan Tata Wilayah Kota dan Teknik Sipil. Tapi belum beruntung," kenang lelaki yang menjadi langganan tiga besar selama di SMK itu. 

Kuliah, sudah menjadi cita-cita Fajar sejak masih sekolah. Dia sengaja memilih negeri demi mengirit biaya. "Orangtua saya cuma petani biasa. Kebun sawit cuma dua hektar. Itulah makanya saya nyoba di negeri," katanya.  

Meski tak lulus, lelaki yang pernah menjadi utusan Kalbar Raimuna Nasional 2017 di di Cibubur Jawa Barat ini, tak berkecil hati. Dia pulang ke Sekadau setelah lima hari menumpang di kontrakan saudaranya di Pontianak. 

Mujur. Setelah beberapa hari di kampung, dia dihubungi oleh Dicky Bachtiar, seorang ASN di Kantah Sekadau. Rupanya Charles Dacosta, teman seangkatannya waktu di SMK yang merekomendasikan nya untuk bekerja di sana. 

"Charles sudah duluan bekerja di situ. Lantaran Kantah Sekadau butuh orang lagi, dia merekom saya," lagi-lagi Fajar mengenang.   

Walau direkom teman, ternyata Fajar musti melalui serangkaian tes dulu. "Kamu sudah bisa apa?" Dicki bertanya saat Fajar menjumpainya. 

Dengan sigap, lelaki ini mengeluarkan laptop dari tasnya dan menyodorkan sejumlah data berbasis auto cat maps hasil kerjanya selama di Pemetaan. Yang disodori manggut-manggut dan langsung menerima Fajar. 

Dia pun dikasi pekerjaan memetakan sejumlah lahan di tiga kecamatan; Nanga Mahap, Nanga Taman, Sekadau Hulu dan Sekadau Hilir. Ragam lahan yang dia petakan. Ada kebun sawit, pekarangan rumah hingga tanah kosong. 

Lantaran dianggap cakap, Fajar jadi rebutan di kalangan ASN di sana. Sampai-sampai dia ditawari menjadi tenaga honor. 

Tapi Fajar menolak. Sebab dalam benaknya masih penuh dengan keinginan untuk kuliah. "Yakin kamu menenolak?" Dicki memastikan. 

"Iya, Pak. Saya masih ingin kuliah," Fajar tetap dengan niatnya. 

"Kalau begitu, kami kasi ke orang lain saja ya," Dicki mengalah.  

Fajar sengaja menolak lantaran Martinus Lomon, tetangga yang juga abang dari ayahnya mengasi tahu kalau Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) membuka kesempatan beasiswa sawit. 

"Jar, kalau kamu betul niat mau kuliah, coba dulu beasiswa ini. Mana tau rezeki kamu di sini, bisa kuliah," Kabid Paud Dinas Pendidikan Sekadau itu menyodorkan. 
  
Mendengar ada kesempatan seperti itu, Fajar sontak girang. Setelah minta izin kepada Dicki, dia boncengan pakai sepeda motor dengan ayahnya, Agustinus Semadi, ke Pontianak. Empat jam mereka di perjalanan. 

"Waktu itu, tes beasiswa masih di Pontianak. Dari Sekadau hanya saya yang ikut tes. Kami menginap di kontrakan saudara sewaktu saya tes kuliah dulu," ujarnya. 

Enggak sampai sebulan setelah tes, Fajar dapat kiriman Portable Document Format (PDF). Dia dinyatakan lulus program D1 AKPY, dari tiga pilihan. 

"Nggak nyangka saya. Benar-benar luar biasa. Yang selama ini saya impi-impikan akhirnya menjadi kenyataan, beasiswa pula. Meski hanya D1, saya bersyukur," katanya.

Singkat cerita, Fajar pun terbang pakai Lion Air dari Pontianak ke Kulon Progo, Yogyakarta. Babak baru hidupnya pun dia mulai. (bersambung)


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS