https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Inovasi

Praktisi. Partenokarpi Sangat Terkait dengan Karakter Varietas Sawit, Umur Tanaman, dan Praktik Budidaya

Praktisi. Partenokarpi Sangat Terkait dengan Karakter Varietas Sawit, Umur Tanaman, dan Praktik Budidaya

Ilustrasi partenokarpi. Foto: susunbentangalam.co.id

Jakarta, myelaeis.com – Hadly Hasyim M. Munte, praktisi dan eks-GM PT Herpinta, mengatakan partenokarpi sangat terkait dengan karakter varietas sawit, umur tanaman, dan praktik budidaya.

“Beberapa varietas memiliki sex ratio tinggi, yaitu dominasi bunga betina. Tanaman dengan sedikit bunga jantan cenderung menurunkan populasi serangga penyerbuk, sehingga efektivitas penyerbukan menurun. Akibatnya, muncul banyak tandan partenokarpi, terutama pada tanaman muda atau TM muda,” jelas Hadly, belum lama ini. 

Fenomena tandan kelapa sawit yang tidak sempurna atau dikenal dengan partenokarpi semakin menjadi perhatian bagi petani dan pengelola kebun sawit. 

Partenokarpi adalah kondisi buah sawit yang terbentuk tetapi tidak sempurna, ada yang hanya berupa tangkai bunga membesar menyerupai buah atau brondolan tanpa kernel. 

Kondisi ini kerap diikuti dengan buah landak, yang membuat potensi produksi tandan menurun, termasuk fruitset dan kandungan minyak.

Selain faktor genetik, menurut Hadly, perlakuan kultur teknis seperti pengelolaan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) juga mempengaruhi kualitas tandan. TM muda cenderung lebih rentan menghasilkan brondolan tidak bernas, sehingga jika tidak ada strategi pengelolaan yang tepat, produksi minyak sawit bisa menurun.

Hadly menekankan pentingnya perencanaan sejak pemilihan varietas. “Pemilihan bahan tanam yang tepat, pola tanam yang ideal, dan pengelolaan TBM yang fokus pada orientasi produksi sangat krusial. Kultur teknis harus diterapkan secara konsisten dan efektif agar sex ratio bunga tetap seimbang dan penyerbukan optimal,” tambahnya.

Tak hanya soal kualitas tandan, fenomena partenokarpi juga berdampak pada perolehan minyak di PKS. Tandan yang tidak bernas berarti bahan baku olah menjadi kurang maksimal, sehingga menekan produktivitas secara keseluruhan.

Hadly menyarankan beberapa langkah praktis bagi petani dan pengelola kebun, mulai dari memilih varietas yang memiliki komposisi bunga seimbang, tidak terlalu dominan bunga betina.

Kemudian, meningkatkan populasi penyerbuk alami melalui pengelolaan agroekosistem yang ramah serangga, hingga menata pola tanam dan pengelolaan TBM/TM muda agar produksi tandan optimal sejak awal.

Dengan memahami fenomena partenokarpi dan menerapkan strategi tepat, petani sawit dapat meningkatkan fruitset, jumlah brondolan bernas, dan tentunya kandungan minyak. Hal ini sekaligus memastikan suplai bahan baku olah PKS tetap stabil.

“Kesadaran terhadap kualitas tandan dan pengelolaan yang terencana adalah kunci agar produksi sawit muda tidak terseret fenomena partenokarpi,” tutup Hadly.

Fenomena tandan partenokarpi memang tantangan bagi industri sawit, tapi dengan pengelolaan yang tepat, produksi bisa kembali optimal.***
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS