https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Bisnis

Harga Misterius Minyak Sawit Riau

Harga Misterius Minyak Sawit Riau

Seorang petani sedang mengumpulkan TBS nya untuk dijual ke pabrik. foto: ist

Sampai hari ini tidak ada jawaban yang detil kenapa harga minyak sawit mitra swadaya lebih tinggi ketimbang mitra plasma. 

Sudah sebulan terakhir lelaki 57 tahun ini tak enak hati. Harga Tandan Buah Segar (TBS) mitra plasma yang terus-terusan disalib oleh harga TBS mitra swadaya, menjadi pangkal masalahnya.

Padahal dari sisi apapun, baik itu dari umur tanaman, bibit, pola panen hingga perawatan, kebun mitra plasma masih lebih bagus ketimbang swadaya. Begitu umumnya. 

Gara-gara kenyataan itulah makanya, wajar bila harga TBS plasma mesti selalu lebih tinggi ketimbang harga TBS mitra swadaya. 

"Tapi sebulan terakhir enggak seperti itu. Makanya kami heran. Banyak teman-teman WA ke saya bilang; kalau begini terus, kita pindah saja menjadi mitra swadaya," Katimin menirukan omongan teman-temannya itu saat berbincang dengan myelaeis.com, dua hari lalu. 

Lantaran suasana di kalangan petani mitra plasma sudah mulai tak enak, pada saat rapat penetapan harga TBS di lantai dua Kantor Dinas Perkebunan Riau di kawasan jalan Cut Nyak Dien Pekanbaru, Riau, fenomena anomali harga ini sudah menjadi bahan pertanyaan Katimin. 

Dia yang menjadi salah satu perwakilan petani plasma pada acara penetapan harga yang rutin digelar setiap hari Selasa itu. 

Tapi jawaban yang didapat Katimin masih normatif saja; penjualan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) perusahaan mitra swadaya lebih tinggi ketimbang mitra plasma. 

"Yang menjadi pertanyaan kami itu kan, kenapa harga mitra swadaya bisa lebih tinggi? Ini yang enggak ada jawabannya," juru bicara Forum Komunikasi Petani PIR Kelapa Sawit (FKPPKS) Kebun Buatan ini merutuk. 

FKPPKS sendiri adalah wadah petani plasma binaan PT. Inti Indosawit Subur (IIS), anak perusahaan Asian Agri. FKPPKS beranggotakan 12 Koperasi Unit Desa (KUD) dengan luas lahan kebun kelapa sawit 11 ribu hektar.  

 

Yang membikin Katimin makin penasaran, harga CPO mitra swadaya bisa lebih tinggi lantaran Free Fatty Acid (FFA) nya hanya 2%. Sementara mitra plasma mencapai 3,4%. "Inikan makin aneh lagi. Kok bisa kayak begitu?" Katimin makin penasaran. 

Dalam salah satu rapat penetapan harga yang dia ikuti, Katimin sempat juga meragu untuk mengiayakan harga yang akan ditetapkan saat itu. 

Tapi lantaran perusahaan sumber data telah menyodorkan kontrak dan invoice yang menjadi sumber data, lalu mau pula meneken Surat Pernyataan Pertanggungjawaban Mutlak (SPPM), Katimin luluh.  

Dalam setiap rapat penetapan harga, sumber data untuk harga TBS mitra plasma mencapai 21 perusahaan dan mitra swadaya 9 perusahaan. 

"Apakah data itu benar atau tidak, kita enggak bisa tahu. Sebab ada sistim khusus yang menengok itu. Kewenangannya ada di Aparat Penegak Hukum (APH)," katanya.

Myelaeis.com pun mencoba menelisik omongan Katimin melalui daftar harga yang berlaku pada 7-13 Februari 2024. 

 

Untuk mitra plasma. Di situ disebutkan bahwa indeks K yang menjadi jantungnya penetapan harga adalah 90,66%, Biaya Operasional Tidak Langsung (BOTL) 1,39%. Harga CPO Rp11.696,59 per kilogram. Harga Kernel Rp5.926,37 per kilogram dan nilai Cangkang Rp15,58 per kilogram. 

Lalu untuk swadaya di periode yang sama; Indeks K 91,12%, BOTL 0,86%, harga CPO Rp12.000,6 per kilogram, harga Kernel Rp5.919,82 per kilogram dan nilai cangkang Rp16,44 per kilogram. 

Dari data ini, kelihatan kalau indeks K plasma lebih rendah 0,46% ketimbang mitra swadaya. Harga CPO lebih rendah Rp304,01 dan nilai Cangkang juga lebih rendah Rp0,86. Hanya harga Kernel yang lebih tinggi Rp6,55. 

Sekretaris Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Riau, Marianto, juga tak bisa menjawab dengan detil kenapa harga CPO mitra swadaya lebih tinggi ketimbang mitra plasma. 

Kalau harga mitra swadaya lebih tinggi lantaran FFA nya lebih rendah, lelaki 59 tahun ini mengakui itu. Dia pun mengaku salut dengan Salim --- salah satu perusahaan penyedia data untuk harga mitra swadaya --- yang mampu menjaga FFA di bawah 3%.    

"Mestinya semua perusahaan bisa kayak Salim. Lantaran kayak begitu, harga CPO Salim di atas harga KPBN. Tapi untuk musim penghujan kayak sekarang, FFA 3,4% itu masih normal. Biasanya hujan-hujan kayak gini FFA itu bisa 5-6%," katanya. 

 

Tapi kalau kemudian ada yang curiga dengan data yang ada kata ayah tiga anak ini, itu hak mereka yang curiga tadi. 

"Yang pasti penyedia data enggak akan berani membuat-buat data. Sebab tiap pekan perusahaan itu meneken SPPM yang sanksinya bersedia dituntut secara hukum," ujarnya.   
 
Marianto berharap petani plasma tidak risau dengan perbedaan harga yang terjadi. "Ini hanya anomali. Enggak akan sering. Toh juga baru dua minggu, bukan empat minggu," katanya. 

Besok, rapat penentuan indeks K akan digelar kembali di lantai dua Dinas Perkebunan Riau di kawasan jalan Cut Nyak Dien Pekanbaru. Apakah kelak indeks K mitra swadaya akan tetap lebih tinggi, kita lihat saja nanti. 

Lagi-lagi soal BOTL

Dari tahun 2020 lalu, Biaya Operasional Tidak Langsung (BOTL) telah menjadi persoalan di kalangan petani sawit di Riau. 

Sebab saat itu petani menghitung, gara-gara BOTL yang angkanya saat itu mencapai 2,63%, telah menyedot duit petani Rp2,9 miliar dalam sepekan. Kalau sebulan, angka itu sudah membengkak menjadi Rp11,6 miliar. 

Lantaran heboh-heboh kata Kawas Taringan, pengurus DPP Apkasindo yang rutin ikut penetapan harga TBS di Riau, angka BOTL tadi sudah dipangkas maksimal 1,3%. 

Nah, setelah heboh itu, Gubernur Riau yang waktu itu dijabat oleh Syamsuar, mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Riau nomor 77 tahun 2020 tentang Tata Cara Penetapan Harga Pembelian Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Produksi Pekebun di Provinsi Riau.

Sejak Pergub itu muncul, pola penetapan harga TBS petani di Riau pun dibagi dua; kemitraan plasma dan swadaya. 

Seperti pada penetapan harga periode 7-13 Februari 2024 itu, BOTL mitra swadaya ditetapkan 0,86% dan BOTL mitra plasma 1,39%. 

"Kalau volume olah produksi mencapai 85 juta kilogram, sudah berapa pula BOTL yang terkumpul?" Katimin kemudian bertanya. 

Nah, kepada myelaeis.com, Marianto mengatakan bahwa BOTL itu nilainya kecil, hanya Rp5. BOTL ini lebih dulu ditetapkan baru harga TBS. 

Kalau volume olah produksi mitra plasma seperti kata Katimin tadi mencapai 85 juta kilogram, ini berarti 85 juta x Rp5= Rp425 juta seminggu. Itu baru mitra plasma. Hhhmm....


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS