Peluncuran Paguyuban Batik Sawit di Yogyakarta. Foto: Ist
Yogyakarta, myelaeis.com - Yogyakarta resmi meluncurkan Paguyuban Batik Sawit DIY, komunitas batik ramah lingkungan pertama di Indonesia yang memanfaatkan produk turunan kelapa sawit untuk daur ulang malam batik.
Inovasi ini langsung menyita perhatian karena dianggap membawa angin segar bagi industri batik tanah air.
Paguyuban ini dibentuk melalui SK Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY Nomor 3448 Tahun 2025 yang ditetapkan pada 29 Oktober 2025.
Artinya, Jogja bukan hanya sekadar bangga dengan tradisi batik, tapi juga berani melangkah ke era baru, batik yang lebih modern, berkelanjutan, dan berpihak pada lingkungan.
Batik Sawit hadir karena menggunakan bahan turunan kelapa sawit untuk mendaur ulang malam batik bekas. Biasanya, malam batik sisa proses produksi hanya dibuang atau dibakar.
Nah, inovasi ini membuat limbah malam bisa dipakai kembali menjadi bahan yang aman, ramah lingkungan, dan tetap menghasilkan motif batik yang indah.
Tak heran, pembentukan paguyuban ini disambut antusias banyak pihak. Pemerintah DIY menilai langkah ini sangat strategis untuk menciptakan ekosistem industri batik masa depan, lebih hijau, kreatif, dan punya nilai ekonomi tinggi.
Paguyuban Batik Sawit DIY langsung diperkuat deretan tokoh penting sebagai Dewan Pembina, mulai dari GKBRAA Pakualam (Ketua Harian Dekranasda DIY), Wakil Ketua Umum Kadin DIY Robby Kusumaharta, Kepala BBSPJIKB, Disperindag DIY, Balai Diklat Industri Yogyakarta, hingga Ketua Umum Rumah Kreatif Perkebunan Indonesia. Ini jadi bukti kalau inovasi ini bukan kaleng-kaleng.
Posisi Ketua Umum dipercayakan kepada sosok di balik lahirnya Batik Sawit, yaitu Miftahudin Nur Ihsan. Bersama pasangannya, Dinar Indah Lufita Sari, mereka merintis konsep Batik Sawit sejak 2023 lewat startup CV Smart Batik Indonesia.
Inovasi Batik Sawit bukan sekadar tren lokal. Karyanya pernah dipamerkan di Innovation Festival Suzhou, Tiongkok pada 2024, dipresentasikan di hadapan Presiden Prabowo Subianto di ajang Apkasi 2025, hingga menyabet penghargaan Indonesia Halal Industry Awards (IHYA) 2025 sebagai Industri Tekstil dan Apparel Terbaik.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Yuna Pancawati, mengapresiasi kelahiran paguyuban ini. Ia menilai langkah ini penting untuk menjaga mahkota Jogja sebagai Kota Batik Dunia.
“Harapannya ke depan, paguyuban ini bisa jadi ekosistem kuat untuk melahirkan inovasi batik yang berkelanjutan,” ujarnya.
Dengan hadirnya Paguyuban Batik Sawit, Jogja menegaskan diri sebagai pusat inovasi budaya sekaligus pelopor batik ramah lingkungan di Indonesia.***






