https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Petani

Nilai Tambah Perkebunan Sawit Tidak Dinikmati Warga Rio Pakava karena Kondisi Fisik Jalan yang Parah

Nilai Tambah Perkebunan Sawit Tidak Dinikmati Warga Rio Pakava karena Kondisi Fisik Jalan yang Parah

Beginilah kondisi jalan menuju perkebunan sawit di Kecamatan Rio Pakava. Foto: Ist

Donggala, myelaeis.com - Keberadaan areal perkebunan kelapa sawit yang luas
di Kecamatan Rio Pakava, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, belum memberikan kesejahteraan yang memadai bagi masyarakat setempat karena kondisi jalan yang rusak parah..

Masalah ini terungkap dalam diskusi bareng (FGD) yang digelar Tim 2 Ekspedisi Patriot Universitas Diponegoro (UNDIP) bersama pemerintah kecamatan, perangkat desa, kelompok tani, dan warga transmigran di Kantor Kecamatan Rio Pakava, Sabtu (9/11). Semua sepakat, potensi Rio Pakava besar, tapi “terhalang” infrastruktur yang buruk.

Kepala Desa Bukit Indah, Sukarjoni, terang-terangan menyebut rusaknya akses jalan dan belum jelasnya status lahan membuat ekonomi warga jalan di tempat.

“Kalau jalan dan sertifikat lahan belum beres, investor tidak akan berani masuk. Potensi sawit di sini luar biasa, tapi kondisi jalannya bikin rugi,” tegasnya.
Karena jalan berlubang dan jembatan banyak yang rusak, biaya angkut tandan buah segar (TBS) jadi mahal.

Akibatnya, harga sawit di Rio Pakava jatuh lebih rendah dibanding daerah penghasil sawit lain seperti Sumatera atau Kalimantan. Petani yang sudah susah payah merawat kebun, malah dapat hasil minim.

Di FGD juga terungkap persoalan bibit. Sekitar 40% kebun sawit di daerah ini memakai bibit non-sertifikasi alias bibit seadanya yang produktivitasnya rendah. Belum selesai sampai di situ, harga pupuk pun bikin kepala pening.

“Harga sawit di sini paling rendah, tapi harga pupuk paling mahal. Kami berharap aturan pupuk subsidi bisa lebih adil untuk petani,” keluh Widayat, A.Md. dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Rio Pakava.

Meski banyak hambatan, warga tak menyerah. Mereka tetap mengelola kebun sambil mencari solusi jangka panjang. Tim Ekspedisi Patriot UNDIP ikut turun membantu dengan melakukan riset lapangan, termasuk mengambil sampel tanah untuk diuji di laboratorium.

Tujuannya, mencari tahu tanaman lain yang cocok dibudidayakan selain sawit.
Ketua Tim, Muhammad Iqbal Fauzan, berharap riset ini bisa jadi bahan pertimbangan pemerintah.

“Kami ingin Rio Pakava berkembang jadi pusat ekonomi baru dengan memanfaatkan potensi lokal, terutama sektor pertanian,” ujarnya.

Ekspedisi Patriot UNDIP merupakan program pengabdian berbasis riset yang mendukung pembangunan berkelanjutan.

Harapannya, Rio Pakava tidak terus jadi daerah kaya sawit tapi warganya tetap susah, melainkan benar-benar maju dan sejahtera bersama.***

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS