https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Ragam

Merawat Hamparan Hutan di Tengah Kebun Sawit

Merawat Hamparan Hutan di Tengah Kebun Sawit

Pengunjung di area konservasi PT. Agro Menara Rachmat. foto: Taufik Alwie

Di tengah hamparan kebun sawit seluas 7.448 hektare milik PT Agro Menara Rachmat (AMR) di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, terbentang pula sebuah kawasan hijau seluas 537 hektare yang dibiarkan tumbuh alami. Hutan hijau itu bukan hanya sekadar bentang alam yang tersisa dari pembukaan lahan, melainkan jantung konservasi yang dijaga dan dipelihara sebagai  tempat berbagai flora dan fauna tetap hidup dan bertumbuh dalam keseimbangan.

Bagi anak perusahaan Astra Agro Lestari tersebut, menjaga kawasan yang luasnya lebih dari 7% luas kebun ini bukanlah sekadar formalitas. “Kami tidak hanya menjaga, tapi juga mempelajari, meneliti, apa saja yang terkandung di dalamnya,” ujar Bagas  Qurhanto, Asisten Konservasi AMR, saat memberikan penjelasan kepada awak media yang berkunjung ke sana pada Kamis, 30 Oktober, 2025.

Kawasan hijau ini terletak di Kecamatan Arut Selatan, mencakup tiga desa, yaitu Desa Runtu, Umpang, dan Sungai Bengkuang.  Bagi AMR, area konservasi ini adalah manifestasi komitmen, bukan sekadar pemenuhan regulasi. Karena itulah area tersebut tidak sekadar dibiarkan tak diganggu, melainkan dijaga, sekaligus diteliti.

Untuk memahami dinamika ekosistem di dalamnya, tim konservasi AMR memasang camera trap di sejumlah titik yang diperkirakan banyak dilalui aneka satwa. Kamera ini menggunakan sensor gerak untuk mengambil secara otomatis foto atau video saat ada hewan melintas.

Hasilnya tak sekadar foto-foto menarik, tapi sekaligus data ilmiah tentang keanekaragaman satwa yang hidup di sana. Mulai dari burung enggang, elang dan berbagai jenis burung kecil, beruang madu, ular,  bekantan,  hingga berbagai jenis primata yang masih aktif melintas di bawah kanopi pohon-pohon besar, termasuk tarsius si primata noktural mini.

Chief Agronomi & Sustainability Officer Astra Agro Lestari, Bandung Sahari, menuturkan bahwa hewan-hewan tersebut bebas berkeliaran di kawasan konservasi, dan kalau lagi beruntung dapat dilihat. “Kawanan bekantan misalnya, kalau pagi atau sore, dengan mudah dijumpai, bahkan di mulut area konservasi,” ujar Bandung. Bekantan memang gemar bermain dekat sumber air. Sedangkan area konservasi tersebut merupakan riparian zone alias terletak di tepi aliran air alami.

Selain fauna, pengamatan juga dilakukan terhadap jenis-jenis tumbuhan endemik dan kondisi penutup tanah.  Diperoleh kesimpulan bahwa hutan konservasi ini memiliki keanekaragaman struktur dan komposisi tanaman yang unik dan langka, seperti meranti rawa Shorea balangeran, Eusideroxylon zwagery, Ubar myrtaceae, dan sebagainya.  

Dari hasil identifikasi, area ini menyimpan 136 spesies flora dan 229 spesies fauna. “Data ini menjadi dasar bagi perusahaan dalam merancang strategi konservasi berkelanjutan yang berbasis ilmiah,” kata Bandung.

Koridor hijau

Program konservasi di PT Agro Menara Rachmat merupakan bagian dari jaringan “Koridor Hijau Astra Agro”, sebagai upaya sistematis untuk menjaga konektivitas ekologis antar-kawasan di seluruh grup Astra Agro Lestari.

Melalui pendekatan lanskap, Astra Agro mengelola lebih dari 26.000 hektare kawasan konservasi, meliputi wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Setiap areal konservasi dihubungkan secara fungsional dengan koridor satwa, area riparian, dan sempadan sungai yang dipulihkan.

Selain melindungi flora-fauna endemik, koridor ini juga berfungsi sebagai “jalan hijau” bagi spesies kunci seperti rangkong, bekantan, beruang madu, hingga kucing hutan — yang semuanya menjadi indikator keseimbangan ekosistem. Dengan kata lain, koridor hijau ini bukan hanya soal pohon yang ditanam, tetapi lebh pada tentang menghubungkan kehidupan di antara blok-blok produksi.

Yang menarik, hutan konservasi ini kini juga menjadi “laboratorium alam” bagi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Mereka datang untuk meneliti satwa, vegetasi, hingga dampak ekologis pengelolaan perkebunan terhadap kawasan konservasi. Hasilnya diramu dalam bentuk skripsi, yang mengantarkan mereka meraih gelar sarjana.

Upaya merawat area konservasi ini menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit tidak selalu identik dengan hilangnya hutan. Dengan perencanaan yang matang dan komitmen terhadap keberlanjutan, keduanya bisa berjalan berdampingan.

PT Agro Menara Rachmat turut membuktikan bahwa konservasi tak harus berarti mengisolasi alam dari manusia, tetapi bagaimana manusia ikut menjadi bagian dari penjaga keseimbangannya.-


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS