Mahasiswa Program Doktor Sains Agribisnis Sekolah Pascasarjana IPB, Gusti Artama Gultom. Foto: Ist
Bogor, myelaeis.com – Temuan terbaru dari Program Doktor Sains Agribisnis IPB menunjukkan bahwa biodiesel berperan sebagai ‘jaring pengaman’ bagi pasar sawit nasional, sekaligus mendorong harga CPO domestik dan internasional.
Gusti Artama Gultom, mahasiswa Program Doktor Sains Agribisnis Sekolah Pascasarjana IPB, meraih gelar doktor usai mempertahankan disertasinya berjudul “Dampak Kebijakan Pengembangan Biodiesel Terhadap Agribisnis Minyak Kelapa Sawit Indonesia” di Gedung Sekolah Pascasarjana IPB Dramaga, Senin (22/12).
Sidang promosi ini dipimpin Prof. Dr. Irfan Syauqi Beik dan didampingi tim pembimbing yang terdiri dari sejumlah pakar agribisnis nasional.
Dalam penelitiannya, Gusti mengungkap bahwa biodiesel bukan sekadar upaya menambah nilai tambah minyak sawit, melainkan juga instrumen strategis nasional yang berdampak luas.
Penyerapan crude palm oil (CPO) oleh sektor energi mampu menciptakan permintaan domestik yang lebih stabil, terutama saat terjadi fluktuasi harga di pasar global.
“Biodiesel membantu menjaga keseimbangan harga, melindungi pendapatan petani, dan meredam volatilitas yang berpotensi menimbulkan dampak sosial,” ujar Gusti.
Hasil analisis ekonometrika menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM) menunjukkan bahwa peningkatan produksi biodiesel berdampak positif dan signifikan terhadap harga CPO internasional, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Posisi Indonesia sebagai produsen, eksportir, dan konsumen sawit terbesar dunia membuat kebijakan biodiesel domestik mampu memengaruhi pasar global secara nyata.
Tak hanya itu, kebijakan biodiesel juga memberikan efek langsung pada harga tandan buah segar (TBS) bagi petani sawit. Peningkatan produksi biodiesel menstabilkan permintaan domestik, sehingga harga TBS naik dan pendapatan petani terdorong secara berkelanjutan.
Meski memberikan manfaat, Gusti mengingatkan tantangan jangka panjang. Berdasarkan simulasi sistem dinamis, produksi CPO Indonesia diperkirakan mencapai 60 juta ton pada 2045, sementara kebutuhan domestik untuk pangan dan biodiesel hampir menyentuh 50 juta ton.
Jika kebijakan biodiesel tidak diimbangi peningkatan produktivitas di hulu, potensi tekanan pasokan dan kenaikan harga CPO domestik bisa muncul.
Untuk itu, Gusti merekomendasikan agar kebijakan biodiesel dijalankan terintegrasi dengan kebijakan nasional sawit, meliputi peremajaan sawit rakyat, peningkatan rendemen pabrik, penguatan kapasitas petani kecil, serta pengelolaan ekspor dan Domestic Market Obligation (DMO).
“Kebijakan biodiesel tidak bisa dipandang sektoral semata, tapi harus menjadi bagian dari kerangka kebijakan minyak sawit nasional yang berimbang dan berkelanjutan,” tegasnya.
Temuan ini menjadi pijakan penting bagi pemerintah dan pelaku industri sawit dalam merancang strategi kebijakan yang tidak hanya menjaga energi, tapi juga menjamin harga CPO dan kesejahteraan jutaan petani di Indonesia.






