https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Bisnis

Sumbar dan Sumut Kejar-kejaran, Bengkulu Tercecer Jauh di Belakang

Sumbar dan Sumut Kejar-kejaran, Bengkulu Tercecer Jauh di Belakang

Petani sawit di Bengkulu. Foto: Dok. Elaeis

"Stabilitas harga TBS harus terus dijaga agar tidak merugikan para pelaku usaha dan petani."

KETIKA harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit antara Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) dengan Sumatera Utara ,(Sumut) kejar-kejaran di angka di atas Rp3.000/kg, harga di Bengkulu malah tercecer jauh.

Menurut Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Provinsi Bengkulu, John Simamora, harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat periode ini ditetapkan sebesar Rp 3.011,28 per kilogram. Harga tersebut berbeda sedikit dengan Sumut yang mencapai Rp 3.011,78 per kilogram.

"Harga yang ditetapkan Dinas Perkebunan Sumbar ini tidak jauh berbeda dari harga kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara, yang mencapai Rp 3.011,78 per kilogram," ujar John, Kamis (28/3).

Sementara itu, harga TBS kelapa sawit di Provinsi Bengkulu masih bertahan di angka tertinggi Rp 2.630 per kilogram. Padahal secara luas, kebun di wilayah Bengkulu mencapai 318.352 hektar atau lebih luas dibandingkan Sumbar yang hanya mencapai 251.591 hektar.

"Meskipun harga TBS di Sumbar dan Sumut mengalami kenaikan, Bengkulu masih mempertahankan harga relatif stabil dalam beberapa waktu terakhir. Padahal perkebunan sawit di daerah Bengkulu lebih luas dibandingkan Sumbar," ujar John.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Dehasen Bengkulu, Dr Ansori Tawakal SE MM mengatakan meskipun harga di dua provinsi tersebut mengalami kenaikan yang signifikan, Provinsi Bengkulu masih menjadi sorotan karena mempertahankan harga yang relatif rendah. Hal ini membuat para petani di sana agak khawatir akan dampaknya terhadap pendapatan mereka.

"Tentu saja perbedaan harga TBS kelapa sawit mempengaruhi pendapatan petani, seharusnya bisa mendapatkan keuntungan maksimal malah tidak maksimal," ujar Ansori.

Ia berharap, pemerintah daerah di Bengkulu dapat terus memantau perkembangan harga kelapa sawit. Salah satunya dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung kesejahteraan petani kelapa sawit.

"Di tengah kenaikan harga kelapa sawit, pemda harus bisa berusaha membuat harga TBS kelapa sawit di Bengkulu minimal tidak jauh dari daerah lain di Sumatera, karena itu dapat berdampak positif pada ekonomi daerah dan nasional," tutur Ansori.

Meskipun demikian, perlu diingat bahwa fluktuasi harga kelapa sawit dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi pasar global dan kebijakan pemerintah. 

Oleh karena itu, stabilitas harga perlu dijaga agar tidak merugikan para pelaku usaha dan petani di seluruh Indonesia.
"Stabilitas harga TBS harus terus dijaga agar tidak merugikan para pelaku usaha dan petani di seluruh Indonesia," pungkasnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS