https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Persona

Hasrat Perempuan Cantik Unit 3

Hasrat Perempuan Cantik Unit 3

Gita saat melakukan praktek pruning di komplek Kebun Pendidikan dan Penelitian (KP2) Stiper Edu Agro Tourism (SEAT) di Bawen, Ungaran, Jawa Tengah. foto: dok. pribadi

Terbang ke Yogyakarta membuat dia semakin paham tentang sawit. Semua gara-gara beasiswa sawit BPDPKS

Tadinya perempuan 18 tahun ini bercita-cita menjadi guru. Tapi, begitu lulus tahun lalu dari jurusan Manajemen Perkantoran SMK Negeri 2 Rimbo Bujang Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, Gita Elvinasari malah mengikuti jejak sepupunya, Dian; menjadi mahasiswa beasiswa sawit. 

Gita (dua dari kanan) saat bersama rekan seangkatannya beasiswa sawit BPDPKS asal Tebo, saat berada di komplek Kebun Pendidikan dan Penelitian (KP2) Stiper Edu Agro Tourism (SEAT) di Bawen, Ungaran, Jawa Tengah. foto: dok. pribadi

Bedanya, Dian yang angkatan 2020 itu mengambil program studi Diploma 3 Teknik Mesin di Politeknik LPP Yogya, Gita Diploma 1 Pemeliharaan Tanaman Perkebunan di Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY).

 

Selain nampak di sosial media, dari Dian jugalah anak pertama dari dua bersaudara ini tahu seluk beluk beasiswa sawit yang diselenggarakan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) itu. 

Baca juga: Tercepat di ITSI Bekas Santri

Dari kecil, Gita sudah tak asing dengan sawit. Sebab perempuan yang menjadi langganan lima besar di sekolahnya itu, lahir di perkampungan sawit. Di sana ayahnya, Setyo Handoko punya kebun sawit 2 hektar. 

Orang di Kecamatan Rimbo Bujang jamak menyebut Unit 3, meski kampung itu sekarang bernama Desa Rimbo Mulyo. Unit 3 adalah satu dari tujuh Unit yang ada di Rimbo Bujang. Kawasan ini menjadi tujuan transmigrasi  bikinan pemerintah pada tahun 1975 silam. 

"Saya sering ikut ayah dan Mak ke kebun. Kebunnya nggak jauh dari rumah. Saya ngutip brondolan," cerita Gita saat berbincang dengan myelaeis.com, jelang siang tadi. 

Walau saban hari berada di daerah sawit, bukan berarti perempuan ini paham dengan tanaman asal Mauritius Afrika Barat itu. Apalagi semasa SMK, ilmu yang dia dapat justru manajemen perkantoran. 

Inilah yang membikin Gita sempat deg-deg an juga mengikuti rangkaian tes beasiswa sawit itu. "Enggak kebayang saya akan lulus," dia tertawa. 

 

Kalau misalnya tidak lulus waktu itu kata Gita, dia tetap akan mencari kampus yang menyelenggarakan beasiswa. "Saya enggak pengen memberatkan orang tua," begitu alasan Gita. 

Dasar nasib sedang mujur, September tahun lalu, Gita terbang menumpangi Super Air Jet bersama sembilan orang lainnya yang lulus beasiswa sawit asal Tebo, menuju Kulon Progo Yogyakarta. 

Babak baru pun dimulai. Sebab ini kali pertama Gita merantau. "Rasa rindu dengan keluarga membuat saya semakin semangat untuk segera menyelesaikan kuliah. Saya ingin membikin orangtua saya bangga. Dengan prestasi dan kemandirian yang telah saya punya," ujarnya. 

Selama kuliah di Yogya, Gita pun semakin paham tentang sawit. Terlebih AKPY, punya tradisi menggelar  Learning Factory di kawasan Bawen, Ungaran, Jawa Tengah. Gita ikut gelombang kedua. 

Di sanalah dia tahu bahwa ternyata sawit itu luar biasa. Bisa jadi apa saja dan telah pula menjadi sumber devisa terbesar bagi negara.  

"Saya semakin tertarik dan malah kepikiran untuk ikut mengembangkannya. Itulah makanya, setelah selesai D1, saya kepikiran untuk mengambil strata 1 di Instiper Yogya. Tentu melalui jalur beasiswa juga. Mudah-mudahan saya lulus," Gita berharap. 



 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS