https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Persona

Janji Juwita Pulang ke Manokwari

Janji Juwita Pulang ke Manokwari

Juwita bersama rekan seangkatannya, Safira Ranjani, saat berada di komplek Kebun Pendidikan dan Penelitian (KP2) Stiper Edu Agro Tourism (SEAT) di Bawen, Ungaran, Jawa Tengah. Foto: Dok. Pribadi

Dia jatuh cinta kepada sawit setelah menengok pameran di Malang.

Suasana di perut Lion Air yang terbang dari Bandar Udara (Bandara) Rendani, Manokwari, Papua Barat itu sempat mencekam setelah salah seorang penumpang perempuan berteriak histeris. 

Juwita (kanan jongkok) saat menjalani Learning Factory di komplek Kebun Pendidikan dan Penelitian (KP2) Stiper Edu Agro Tourism (SEAT) di Bawen, Ungaran, Jawa Tengah. Foto: Dok. Pribadi.

Juwita Atika Alfalince Moktis kaget dan langsung histeris lantaran pesawat yang akan transit di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) itu mendadak turun. 

"Itu kali pertama saya naik pesawat. Saya tidak tahu kalau ada juga cara pesawat turun seperti itu," kenang perempuan 18 tahun ini tertawa saat berbincang dengan myelaeis.com, kemarin. 

Sudahlah memang takut naik pesawat terbang, di deretan bangku dia duduk pun tak ada yang dikenal. "Sebetulnya saya terbang bersama abang saya, Antonius Adeboy Moktis. Tapi kami duduk terpisah," kata anak kedua dari 8 bersaudara ini. 

Pada penerbangan September tahun lalu itu, Juwita dan Antonius bukan mau pelesiran ke rumah keluarga, tapi justru akan sama-sama ke kampus Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY). 

Itulah makanya dari Makassar, penerbangan mereka akan berakhir di Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo. 

 

Kakak beradik ini sama-sama lulus beasiswa sawit Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) program Diplomas 1 di kampus milik Instiper itu. 

Juwita (kiri) bersama rekan seangkatannya. Foto: Dok. Pribadi

Juwita lolos di program studi (prodi) Pemeliharan Kelapa Sawit, sementara abangnya; Pembibitan Kelapa Sawit. 

Tak kepikiran sebenarnya oleh Juwita untuk ikut tes beasiswa sawit itu. Soalnya setamat jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dari SMA YPK Sion di Distrik Sidey, Kabupaten Manokwari, dia justru ikut tes Polisi Wanita (Polwan). Sayang, tinggi badannya kurang satu sentimeter dari 155 sentimeter tinggi minimal. 

Coba melamar ke Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Wosi di Manokwari, sudah telat pula. Alhasil, Juwita pun pulang ke kampungnya di Kampung Sidey, Distrik Sidey. 

Saat itulah kakak sepupunya, Mikael Meyman yang karyawan di perusahaan kelapa sawit PT. Medco Papua Hijau Selaras (MPHS) --- anak perusahan The Chapitol Grup --- menyuruhnya ikut tes beasiswa sawit. Antonius pun turut. 

 

Selain tak aneh dengan sawit lantaran ayahnya, Yohanes Moktis dan ibunya Milka Waramui adalah petani sawit, sebenarnya sejak lama sudah ada hasrat terpendam di hati Juwita; ingin sekolah ke luar Papua. 

Inilah yang kemudian membikin perempuan ini langsung menyambar tawaran Mikael tadi. "Puji Tuhan, kami berdua lulus," Juwita sumringah. 

Di AKPY, Juwita mulai jatuh hati dengan sawit. Selain dicekoki ilmu gimana cara memanen hingga kastrasi, dia banyak dapat gambaran pula saat mengikuti pameran kelapa sawit di kawasan Malang Jawa Timur (Jatim). Dia bersama dua orang temannya jadi utusan kampus. 

"Saya pikir sawit itu hanya untuk minyak goreng. Tapi ternyata manfaatnya banyak. Bisa menjadi kosmetik, coklat dan bahkan vitamin. Saya jadi terobsesi untuk membikin semacam itu di kampung saya," katanya. 

Lantaran itu pula, selepas dari AKPY, Juwita berencana lebih mendalami perkelapasawitan itu di strata 1. Dia mengincar Instiper. 

Walau begitu, terselip juga keinginan di diri Juwita, untuk merantau lebih jauh dulu. Bekerja di perusahaan sawit di pulau manapun enggak masalah. 

"Saya ingin menambah pengalaman. Banyak teman kita kalau merantau," suara Juwita terdengar lirih. 

Kini, Juwita sudah masuk semester kedua, bersama delapan orang lainnya yang sama-sama lulus beasiswa sawit dari Manokwari. 

"Kelak kalau saya sudah selesai merantau dan punya pengalaman kerja, saya akan pulang kampung, mengurusi kebun kelapa sawit orang tua saya. Mudah-mudahan abang saya mau bersama-sama," dia berharap.  


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS