https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Petani

Harga Turun, DPRD: Jangan sampai Membuat Petani Terus Menjerit

Harga Turun, DPRD: Jangan sampai Membuat Petani Terus Menjerit

Ilustrasi petani sawit. Foto: Dok. Elaeis

"DPRD sangat mengutuk keras perbuatan tersebut."

KETIKA di banyak daerah lain di Indonesia harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit bergerak naik menjelang Idul Fitri, hal sebaliknya terjadi
di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kaur, Provinsi Bengkulu.

Di kedua daerah itu, harga TBS kelapa sawit tidak mengalami peningkatan, bahkan terus mengalami penurunan alias anjlok. 

Sekretaris Komisi III DPRD Bengkulu Selatan, Ikhsarudin mengekspresikan, keprihatinan atas kondisi tersebut dan berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah ini.

"Dewan siap mendukung pemerintah dalam menormalkan kondisi harga TBS sawit yang selalu anjlok. Karena, tidak wajar lagi permasalahan tersebut terus timbul pada petani kelapa sawit," kata Ikhsarudin, Selasa (2/4).

Menurutnya, permasalahan ini kerap kali muncul menjelang perayaan Idul Fitri. Sehingga memperparah keadaan petani yang sehari-hari hanya mengandalkan pemasukan dari menjual TBS kelapa sawit. 

"Rendahnya harga TBS kelapa sawit ditingkat petani tentu saja merugikan rakyat. DPRD sangat mengutuk keras perbuatan tersebut," tegasnya.

Ia berharap, harga TBS kelapa sawit khusus di Bengkulu Selatan dan Kaur bisa selalu stabil tanpa ada permasalahan. Sebab mayoritas masyarakat di dua daerah ini adalah petani kelapa sawit.

"Kami ingin harga TBS kelapa sawit di Bengkulu Selatan dan Kaur stabil. Jangan sampai buat rakyat terus menjerit. Karena mayoritas adalah petani sawit," tutur Ikhsarudin.

Merespon hal tersebut, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, M Rizon SHut MSi mengatakan, rendahnya harga TBS kelapa sawit di tingkat petani disebabkan rantai pemasaran yang panjang. Sehingga membuat harga TBS kelapa sawit di tingkat petani rendah.

"Semua ini bisa terjadi karena rantai pemasaran yang panjang, kalau ini tidak ada maka harga TBS kelapa sawit di dua daerah itu pasti sesuai dengan harga pabrik sebesar Rp 2.500 per kilogram," ujar Rizon.

Menurut Rizon, selama ini memang ada ketimpangan antara harga di tingkat petani dan di tingkat pabrik. Oleh sebab itu, pihaknya meminta kepada Pabrik Kelapa Sawit agar membangun kemitraan dengan petani sawit lewat kelompok tani, koperasi, maupun plasma. Hal itu dilakukan agar harga TBS kelapa sawit tidak rendah dan sesuai dengan harga di tingkat pabrik.

"Pabrik Kelapa Sawit harus membangun kemitraan dengan petani sawit lewat kelompok tani, koperasi, maupun plasma. Sehingga harga TBS kelapa sawit tidak rendah dan sesuai dengan harga di tingkat pabrik," ungkapnya.

Data menunjukkan bahwa harga TBS sawit di tingkat petani di dua daerah ini mencapai angka terendah, hanya Rp 2.100 per kilogram. Sementara di tingkat Pabrik Kelapa Sawit (PKS) tertinggi mencapai Rp 2.500 per kilogram.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS