https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Bisnis

Dan, Spekulasi pun Merebak...

Dan, Spekulasi pun Merebak...

Ilustrasi petani menimbang TBS sawit. Foto: Dok. Elaeis

"Penurunan seperti ini tidak hanya terjadi pada tahun ini saja, tetapi rutin terjadi setiap menjelang Lebaran Idul Fitri."

KETIKA harga tandan buah segar (TBS) sawit naik di banyak daerah menjelang Lebaran Idul Fitri tahun ini, sementara di Provinsi Bengkulu malah sebaliknya; tak pelak memantik spekulasi

Salah satunya diduga disebabkan oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ingin membayar Tunjangan Hari Raya (THR) kepada karyawannya menjelang Lebaran Idul Fitri 1445 hijriah.

Pengamat Industri Kelapa Sawit di Bengkulu, Aizan Dahlan SH MH, menyatakan keheranan atas kejadian ini. Sebab ketika di daerah lain harga TBS kelapa sawit mengalami kenaikan, Bengkulu justru mencatat harga Rp 2.447 per kilogram, sedikit menurun dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp 2.489 per kilogram. 

"Jelas ini aneh, ketika daerah lain menaikkan harga TBS kelapa sawit, Bengkulu malah tidak naik bahkan cenderung menurun," ujar Aizan, Jumat (5/4).

Menurut Aizan, spekulasi paling kuat atas penurunan harga TBS kelapa sawit ini berkaitan dengan pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) menjelang lebaran Idul Fitri tahun ini. 

Menurutnya, pabrik-pabrik kelapa sawit di Bengkulu cenderung menurunkan harga TBS sawit untuk mengurangi beban biaya THR yang harus dibayarkan kepada karyawan. 

"Sehingga solusi yang dilakukan adalah dengan menurunkan harga TBS kelapa sawit di tingkat pabrik," ungkap Aizan.

Lebih lanjut, Aizan menjelaskan bahwa kebijakan penurunan harga TBS kelapa sawit ini telah menjadi pola yang terjadi setiap menjelang lebaran Idul Fitri dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini didukung oleh data historis yang menunjukkan penurunan harga TBS kelapa sawit di Bengkulu pada periode tersebut. 

"Penurunan seperti ini tidak hanya terjadi pada tahun ini saja, tetapi rutin terjadi setiap menjelang Lebaran Idul Fitri," ujar Aizan.

Meski begitu, Aizan mengaku, pada tahun ini terjadi perbedaan signifikan dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain produksi TBS kelapa sawit dari petani menurun, harga Crude Palm Oil (CPO) mengalami kenaikan hingga Rp 13 ribu lebih per kilogram. 

"Seharusnya PKS tidak boleh menurunkan harga TBS kelapa sawit. Sebab produksi TBS kelapa sawit sedikit, kemudian harga CPO saat ini sudah mencapai Rp 13.200 per kilogram, mau pakai alasan apa lagi mereka," tegasnya.

Dari sisi pabrik, alasan penurunan harga TBS kelapa sawit ini diungkapkan sebagai respons terhadap tingginya pasokan TBS dari petani menjelang lebaran. Namun, banyak pihak meragukan argumen ini mengingat adanya penurunan produksi TBS yang seharusnya mempengaruhi kebijakan harga. 

"Penurunan produksi TBS kelapa sawit dan kenaikan harga CPO seharusnya menjadi sinyal bagi PKS untuk tidak menurunkan harga TBS, namun tampaknya hal itu tidak dipertimbangkan dengan baik," kata Aizan.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS