https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Ragam

Dampaknya Baru Terasa 1 sampai 1,5 Tahun ke Depan

Dampaknya Baru Terasa 1 sampai 1,5 Tahun ke Depan

Ilustrasi La Nina. Foto: umsu.ac.id

"Kami harus lebih siap menghadapi perubahan cuaca."

DI tengah tingkat harga yang relatif rendah dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia, persoalan perkebunan sawit di Provinsi Bengkulu juga akan dihadapkan dengan tantangan baru.

Fenomena La Nina atau hujan ekstrem diperkirakan akan terjadi sepanjang tahun 2024 di Bengkulu. Kondisi tersebut tentu saja dikhawatirkan mengancam produktivitas kelapa sawit.

Pengamat Pertanian Bengkulu, Prof Dr Zainal Muktamar SP MSi mengungkapkan, keprihatinan atas dampak La Nina yang dikhawatirkan mengancam produktivitas sektor perkebunan kelapa sawit di daerah ini. 

Menurutnya, hujan ekstrem yang sering terjadi akibat La Nina dapat mengganggu aktivitas pertanian kebun sawit karena membuat jalan kebun menjadi becek dan sulit dilalui kendaraan roda empat.

"Anomali cuaca La Nina akan mengganggu aktivitas kebun sawit karena hujan yang mengakibatkan jalanan kebun menjadi becek," ujar Zainal, Sabtu (6/4).

Selain itu, La Nina juga diprediksi akan menyebabkan penurunan produksi sawit dalam jangka waktu 1 tahun hingga 1,5 tahun ke depan.

"Dampaknya tidak langsung tapi dalam 1 tahun sampai 1,5 tahun kemudian pasti akan berpengaruh karena tanaman tidak mendapatkan penyinaran yang cukup," tutur Zainal.

Kondisi ini akan memperburuk penurunan produktivitas kebun sawit yang sudah tidak optimal selama 1,5 tahun terakhir akibat El Nino. Ditambah lagi petani sawit di Bengkulu sudah mengalami penurunan produksi sekitar 40-60% akibat isu kenaikan harga pupuk dalam negeri. 

"Sudahlah produksi menurun karena pupuk, diperparah karena La Nina maka akan semakin turun aktivitas kebun khususnya proses pemanenan Tandan Buah Segar," tambah Zainal.

Sebelumnya, Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Fatmawati Bengkulu, Muhammad Fajar, memprediksi pergeseran fenomena cuaca dari El-Nino menuju La Nina di Bengkulu pada tahun 2024 ini.

"Diperkirakan akan terjadi pergeseran El-Nino ke La Nina tidak hanya pada awal tahun ini tetapi juga pada periode Juli-September 2024," ujarnya.

Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi para petani sawit di Bengkulu. Menurut mereka, tantangan akibat cuaca ekstrem tersebut akan membutuhkan strategi adaptasi yang lebih baik untuk menjaga produktivitas kebun sawit di tengah ancaman perubahan iklim. 

"Kami harus lebih siap menghadapi perubahan cuaca yang semakin tidak terduga ini untuk menjaga kelangsungan usaha pertanian kami," ungkap salah satu petani sawit di Bengkulu, Bambang, dengan nada khawatir.

Menurut Bambang, Pemerintah daerah Bengkulu juga diharapkan untuk memberikan perhatian lebih terhadap kondisi petani sawit dan menyiapkan langkah-langkah mitigasi yang diperlukan. 

"Kami berharap pemerintah dapat memberikan dukungan dan bantuan yang diperlukan untuk membantu petani sawit menghadapi tantangan ini," pungkasnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS