https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Inovasi

Cikal Malam Sawit Ambarrukmo

Cikal Malam Sawit Ambarrukmo

Para pebatik tulis Sm-ArtBatik. foto: dok. pribadi

Dia telah memproduksi malam berbahan baku 100 persen sawit. Termasuk pewarna. 

Atrium Ambarrukmo, 28 Juli 2023. Di sinilah pertama kali lelaki 30 tahun ini menengok dan menyentuh malam --- cairan lilin yang dipakai untuk membatik --- berbahan baku sawit. 

Waktu itu, di plaza yang berada di kawasan Sleman Yogyakarta ini, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggelar Gebyar Usaha Kecil, Mikro dan Koperasi (UKMK) bertajuk; Just Saw It. 

Lelaki bernama Miftahudin Nur Ihsan ini, menjadi salah satu peserta di sana; memamerkan batik bikinannya, berbendera CV. Smart Batik Indonesia.    

Miftahudin Nur Ihsan bersalaman dengan Kadiv UKMK BPDPKS, Helmi Muhansyah. foto: dok. pribadi

Meski sudah bertahun terbiasa dengan malam, Magister Management Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) ini rupanya penasaran juga dengan hasil riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)-Balai Batik dan BPDPKS itu. 

Itulah makanya ayah satu anak ini kemudian minta izin kepada BPDPKS untuk mencoba malam sawit tadi. Dia kecantol. 

"Saya langsung terniat untuk mengembangkan hasil riset itu," cerita dosen praktisi di sejumlah perguruan tinggi ini saat berbincang dengan  myelaeis.com, kemarin.   

 

Ihsan terkesan gampang untuk melakukan riset lantaran dia memang jebolan FMIPA Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). 

Istrinya, Dinar Indah Lufita Sari malah Magister Kimia jebolan UGM dan sekarang sedang kuliah doktor kimia pula. 

"Kami bikin riset dengan komposisi dan bahan yang berbeda dari apa yang dihasilkan oleh BRIN dan Balai Batik tadi. Sekarang dalam proses hak paten," katanya.

Yang pasti, malam yang dihasilkan itu 100 persen berbahan baku sawit. "Kami memakai bahan-bahan limbah sawit lainnya untuk mereduksi parafin," Ihsan memastikan. 

Ada sederet alasan kenapa Ihsan melakukan riset  sendiri. Pertama, dia ingin menghasilkan malam model baru yang akan dipakai sendiri. 

Maklum, saat ini Ihsan punya empat rumah produksi  batik. Dua di Yogyakarta (Kulon Progo dan Gunung Kidul), sisanya di Solo dan Klaten, Jawa Tengah (Jateng). 

Tak kurang dari 50 orang pebatik nya di empat tempat itu. Mereka bisa menghasilkan 400-500 lembar Batik Tulis dalam sebulan. Produksi Batik Cap juga sebanyak itu. 

Sebelum kenal dengan BPDPKS, produksi ini masih jomplang. Batik Cap masih jauh lebih banyak, mencapai 80% dari total produksi. 

Alasan selanjutnya, malam sawit diproduksi sendiri untuk jaga-jaga mana tahu di satu waktu enggak ada stok malam sawit yang bisa dia beli. 

"Malam yang kami produksi memang untuk kami pakai sendiri. Kalau misalnya ada yang butuh, saya arahkan ke Balai Batik atau ke BRIN sebagai inisiator malam sawit," ujarnya.

Alasan terakhir, Ihsan dapat orderan 150 lembar Batik Tulis untuk dipajang di acara Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) Bali tahun lalu. 
Pertanyaan yang kemudian muncul, seperti apa kualitas malam sawit tulen bikinan Ihsan itu? Semua pebatiknya yang 50 orang tadi bilang kalau membatik pakai malam sawit, jauh lebih enak dan nyaman. Melukiskannya pun lebih lancar. 

 

"Malam sawit itu lebih menempel di kain. Baunya juga enggak menyengat kayak malam berbahan baku parafin," terang Ihsan. 

Soal hasil, pakai malam sawit motif batik nampak lebih jelas lantaran bagian kain yang tertutup oleh malam itu lebih rapat. "Jadi enggak kemasukan warna. Kalau kering, enggak patah," panjang lebar Ihsan menjelaskan. 

Memang kata Ihsan, membatik pakai malam sawit beberapa menit lebih lama keringnya ketimbang pakai malam parafin. Lalu, kalau tidak hati-hati, malam ini bisa menempel di tangan. Itu saja. 

"Satu kilogram malam sawit bisa menghasilkan rata-rata 2-3 lembar kain batik, tergantung kerumitan motif," Ihsan merinci. 

Kalau batiknya pakai pewarna sintetis kata Ihsan, semeter kain batik dia banderol Rp200 ribu. Tapi jika pewarnanya alami, semeter kain batik paling murah Rp500 ribu. 

"Pewarna alami itu seperti indigofera, Jolawe, Teger, Jambal hingga Secang. Kita juga telah memproduki pewarna berbahan sawit," katanya. 

Panjang lebar cerita, CEO perusahaan bermerek dagang Sm-artBatik ini mengaku sangat bersyukur bisa kenal BPDPKS. Sebab lewat perkenalan itulah dia kemudian bisa punya malam sawit. 

Malam sawit tak hanya semakin memudahkan dia membikin batik, tapi juga menghasilkan batik yang lebih berkualitas. 

Lantaran sudah pakai malam sawit, spirit yang diusung Ihsan tidak lagi hanya melestarikan batik sebagai warisan budaya lokal, tapi telah juga ikut mendukung industri sawit dalam negeri. Serapan di dalam negeri akan lebih banyak. 

Dia tak main-main dengan itu semua. Itulah makanya dia urus keaslian produk batiknya dan dia nyatakan kehalalannya. 

Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan Batik Kementerian Perindustrian dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal telah mengeluarkan sertifikat untuk itu.  


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS