https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Bisnis

Menunggu Intervensi Pemerintah

Menunggu Intervensi Pemerintah

Ilustrasi perkebunan sawit di Bengkulu. Foto: regional.kompas.com

"Jelas itu tidak adil harusnya harganya tidak begitu jauh, misalnya pengepul ngambil untungnya Rp 100."

DISPARITAS harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit antara angka pembelian di pabrik kelapa sawit (PKS) dengan yang diterima petani yang berjarak cukup jauh, dikeluhkan para petani sawit di Provinsi Bengkulu.

Sejumlah petani sawit di daerah itu mengaku dalam kondisi merana bersebab PKS menetapkan harga beli TBS kelapa sawit berkisar antara Rp 2.550 hingga Rp 2.650/kg, sementara petani hanya menerima Rp 2.300/kg.

Salah satu Pengepul Sawit dari Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma, Pugantara mengatakan, harga yang diterima petani hanya sebesar Rp 2.300 per kilogram. 

Alasannya sederhana, karena mereka harus menanggung biaya operasional tambahan untuk mengirimkan TBS sawit ke pabrik, yang jaraknya cukup jauh.

"Kita ambil buah langsung ke kebun petani itu ada biaya operasional, terus TBS sawit dari petani tadi kita antar ke pabrik itu juga ada biaya operasional," kata Pugantara, Selasa (16/4).

Meski begitu, salah satu petani sawit di Kabupaten Seluma, Irwandi mengatakan, perbedaan harga TBS kelapa sawit antara di PKS dan petani memperparah kesulitan petani kelapa sawit di Bengkulu. 

Bahkan banyak petani merasa tidak adil karena harga yang diterima jauh di bawah standar yang ditetapkan oleh pabrik, sementara biaya operasional terus meningkat.

"Jelas itu tidak adil harusnya harganya tidak begitu jauh, misalnya pihak pengepul ngambil untungnya Rp 100," ujar Irwandi.

Menyikapi hal ini, Irwandi mengaku, beberapa petani sawit di daerah ini mulai mencari solusi alternatif, seperti memperkuat jaringan kerjasama antar petani untuk meminimalkan biaya pengiriman. Namun, upaya ini belum mampu menyelesaikan masalah secara menyeluruh.

"Kami sudah kerjasama dengan petani, buah sawit kami kumpulkan di satu lokasi jadi bisa menghemat biaya operasional touke sawit tapi itu belum efektif karena ada jarak petani yang jauh juga," ujar Irwandi.

Irwandi mengaku, para petani meminta pemerintah setempat untuk turun tangan dalam menyelesaikan masalah ini. Mereka berharap agar pemerintah dapat melakukan intervensi untuk memastikan bahwa harga yang diterima petani setidaknya sejajar dengan harga yang ditetapkan oleh pabrik.

"Kami berharap ada intervensi dari pemerintah sehingga harga yang diterima bisa sejajar, minimal tidak begitu jauh dengan harga TBS kelapa sawit di pabrik," pungkasnya.

Mendengar keluhan para petani, Bupati Seluma, Erwin Octavian menyatakan, akan melakukan investigasi lebih lanjut untuk memahami akar permasalahan. Dirinya berjanji akan mencari solusi yang adil bagi semua pihak terkait.

"Kami akan mencari solusi untuk mengatasi masalah ini. Para petani juga harus bersabar dan semoga ada solusi yang dapat memberikan keadilan bagi mereka," tutupnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS