https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Petani

Petani: Semakin Sulit untuk Bertahan

Petani: Semakin Sulit untuk Bertahan

Dump truk Menurunkan TBS kelapa sawit disalah satu PKS di Bengkulu. Foto: Zuma

"Kami harus mengikuti pergerakan pasar CPO global untuk tetap bersaing."

SEJUMLAH Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, membuat kehebohan baru dalam pasar pertanian setempat menyusul kebijakannya menurunkan harga tandan buah segar (TBS) sawit.

Salah seorang petani di Mukomuko, Samosir (37) mengungkapkan, kekhawatirannya. Menurutnya, penurunan harga TBS kelapa sawit membuat petani semakin sulit menghadapi biaya produksi yang semakin tinggi.

"Penurunan harga TBS kelapa sawit tentu memberikan dampak negatif bagi kami para petani. Semakin rendah harga, semakin sulit bagi kami untuk bertahan dalam menghadapi biaya produksi yang semakin tinggi," ujar Samosir.

Informasi yang diterima menyebutkan, 
belum genap seminggu, PT Muko-muko Indah Lestari (MMIL), PT Karya Sawitindo Mas (KSM), PT Karya Agro Sawitindo (KAS), dan PT Gajah Sakti Sawit (GSS) telah menurunkan harga beli Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit sebesar Rp 50 per kilogram, mulai 18 April 2024.

Menurut Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Iwan Cahaya, beberapa Pabrik Kelapa Sawit, seperti PT. MMIL, PT.KAS, PT. GSS, dan PT. KSM, masing-masing menurunkan harga beli TBS kelapa sawit sebesar Rp 50. 

Dimana saat ini harga TBS kelapa sawit di PT MMIL dan PT KAS menjadi Rp 2.290 per kilogram, PT GGS Rp 2.390, dan  PT KSM Rp 2.230 per kilogram. 

"Kalau hari sebelumnya turun Rp 70 per kilogram, saat ini harga beli TBS kelapa sawit turun Rp 50 per kilogram," kata Iwan, Kamis (18/4).

Penurunan tersebut terjadi seiring dengan penurunan harga Crude Palm Oil (CPO) dari Rp 12.776 per kilogram menjadi Rp 12.460 per kilogram. 

Situasi ini mengguncang para petani kelapa sawit di daerah tersebut, yang sudah merasa tertekan dengan beban biaya produksi yang terus meningkat.

"Tentu saja penyebab penurunan itu adalah harga CPO yang menurun, sehingga membuat petani semakin tertekan karena beban biaya yang meningkat," tuturnya.

Menurut Pengamat Ekonomi di Bengkulu, Dr Retno Agustina SE MM, penurunan harga CPO dan TBS kelapa sawit ini bisa menjadi sinyal peringatan bagi industri perkebunan di daerah Kabupaten Mukomuko. 

"Kami pikir industri perkebunan perlu memperhatikan kondisi pasar dan meningkatkan strategi pengelolaan harga agar tidak merugikan petani," ujar Retno.

Di sisi lain, Salah satu Perwakilan PT. GSS, Hadi Prayogo, membenarkan keputusan perusahaan dalam menyesuaikan harga.

"Kami harus mengikuti pergerakan pasar CPO global untuk tetap bersaing. Namun, kami juga akan berupaya untuk tetap memberikan keuntungan yang wajar bagi petani mitra kami," pungkasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS