https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Petani

Bukannya Dapat Insentif, Malah Terkena Pemotongan

Bukannya Dapat Insentif, Malah Terkena Pemotongan

Ilustrasi petani sawit di Bengkulu. Foto: Dok. Elaeis

"Potongan 5 persen kali 5 ton itu lumayan duitnya."

PARA petani kelapa sawit di Provinsi Bengkulu mengeluhkan kebijakan potongan penjualan sebesar minimal 5 persen oleh pabrik kelapa sawit (PKS). Terlebih di saat harga tandan buah segar (TBS) sawit terus anjlok. 

Ketua Aliansi Petani Kelapa Sawit Bengkulu, Edy Mashury mengatakan, tidak hanya masalah harga TBS kelapa sawit yang terus menurun, kebijakan potongan penjualan TBS kelapa sawit juga cukup membuat petani semakin terpukul. 

Sebab, menurut Edy, tanpa dasar hukum yang jelas tindakan pemotongan penjualan sebesar 5 persen yang dilakukan oleh sejumlah PKS di Bengkulu terlihat legal.

"Permasalahan sebenarnya yang merugikan kami saat ini selain penurunan harga TBS kelapa sawit adalah potongan pabrik, potongan di pabrik itu sampai 5 persen. Bahkan kalau menjelang lebaran Idul Fitri pas buah banjir itu ada yang sampai 20 persen,," kata Edy, Kamis (18/4).

Potongan penjualan TBS kelapa sawit yang diberlakukan oleh pabrik sangat berdampak bagi para petani. Potongan tersebut secara langsung telah mengurangi pendapatan petani sawit di Bengkulu.

"Potongan 5 persen kali 5 ton itu lumayan duitnya. Artinya kalau 1 ton ada potongan 50 kilogram, 50 kilogram kali Rp 2.500 sudah berapa, kalau 1 ton sudah Rp 1.250.000 duit kami dipotong pabrik dan ini tidak ada dasar hukumnya," kata Edy.

Sementara itu, dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 1 tahun 2018, disebutkan bahwa jika buah yang dihasilkan bagus, petani mendapat insentif sebesar 4 persen, kecuali buah tersebut kualitas buruk. Namun, bukannya mendapatkan insentif, mereka justru dikenakan potongan oleh pabrik.

"Harusnya kami dapat insentif sebesar 4 persen dari pabrik karena menghasilkan TBS kelapa sawit berkualitas jenis tenera, ini tidak malah disamakan dengan kualitas TBS kelapa sawit yang dijual oleh RAM," ujar Edy.

Ia mengatakan, kualitas TBS kelapa sawit yang dijual oleh RAM cenderung beranekaragam ada Dura, Tenera, dan Mentah. Sebab kebanyakan RAM membeli buah dari banyak petani sawit.

"Kalau RAM dikenakan potongan oleh pabrik sebesar 5 persen wajar, karena kualitas buah mereka campur-campur. Sementara kayak kami yang menanam sawit jenis Tenera masa juga ikut dipotong, seharusnya diberikan insentif 4 persen oleh pabrik," tuturnya.

Ia berharap, pihak berwenang dapat segera menanggapi keluhan para petani dan mencari solusi yang adil bagi semua pihak terkait. Perlindungan terhadap hak-hak petani perlu diperkuat untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan perlakuan yang adil dan kompensasi yang sesuai dengan hasil kerja keras mereka.

"Kami berharap pihak berwenang bisa menanggapi keluhan para petani dan mencari solusi yang adil," pungkasnya

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS