https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Bisnis

Tengah Berupaya Mencari Solusi

Tengah Berupaya Mencari Solusi

"Karena harga CPO menurun, harga TBS kelapa sawit di Bengkulu juga terimbas turun." PEMERINTAH Provinsi (Pemprov) Bengkulu tengah berupaya mencari solusi untuk mengatasi dampak negatif dari penurunan harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO). Menurut Wakil Gubernur Bengkulu, Rosjonsyah, pemerintah akan bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk mencari strategi yang tepat guna menjaga kestabilan harga CPO di daerah Bengkulu. "Kami akan mencari solusi, misalnya mendirikan pabrik hilirisasi CPO," ujarnya. Dalam menghadapi situasi ini, Rosjonsyah berharap petani kelapa sawit di Bengkulu tetap bisa meningkatkan efisiensi dan produktivitas mereka. Sebab upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas akan membantu meredakan dampak penurunan harga CPO. "Kami pikir efisiensi dan produktivitas tanaman sawit harus terus ditingkatkan, kalau itu meningkat, harga CPO menurun pun petani tidak begitu terasa," ucapnya. Menurut Pengamat Ekonomi Bengkulu, Prof Dr Kamaludin SE MM, selain konflik di Timur Tengah, pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga memainkan peran penting dalam penurunan harga CPO di Indonesia termasuk Bengkulu. Bahkan, pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS, membuat harga referensi (HR) CPO turun menjadi 798,90 dolar AS per metrik ton (MT). "Penurunan HR CPO ini dipengaruhi oleh penurunan harga minyak nabati lainnya terutama kedelai (soybean) dan melemahnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat," kata Kamaludin, Sabtu (20/4). Akibat turunnya HR CPO, harga CPO di Indonesia, termasuk di Provinsi Bengkulu, mengalami penurunan. Dampaknya langsung dirasakan oleh para petani, dengan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani juga mengalami penurunan. "Karena harga CPO menurun, harga TBS kelapa sawit di Bengkulu juga terimbas turun," ujar Kamaludin. Sementara itu, Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Bengkulu, John Simamora menyatakan, keprihatinannya terkait dengan penurunan harga CPO tersebut. "Kami merasa khawatir dengan penurunan harga CPO karena akan berdampak langsung pada pendapatan petani kelapa sawit di daerah ini," ujar John.

"Karena harga CPO menurun, harga TBS kelapa sawit di Bengkulu juga terimbas turun."

PEMERINTAH Provinsi (Pemprov) Bengkulu tengah berupaya mencari solusi untuk mengatasi dampak negatif dari penurunan harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO). 

Menurut Wakil Gubernur Bengkulu, Rosjonsyah, pemerintah akan bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk mencari strategi yang tepat guna menjaga kestabilan harga CPO di daerah Bengkulu. "Kami akan mencari solusi, misalnya mendirikan pabrik hilirisasi CPO," ujarnya.

Dalam menghadapi situasi ini, Rosjonsyah berharap petani kelapa sawit di Bengkulu tetap bisa meningkatkan efisiensi dan produktivitas mereka. Sebab upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas akan membantu meredakan dampak penurunan harga CPO.

"Kami pikir efisiensi dan produktivitas tanaman sawit harus terus ditingkatkan, kalau itu meningkat, harga CPO menurun pun petani tidak begitu terasa," ucapnya.

Menurut Pengamat Ekonomi Bengkulu, Prof Dr Kamaludin SE MM, selain konflik di Timur Tengah, pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga memainkan peran penting dalam penurunan harga CPO di Indonesia termasuk Bengkulu. 

Bahkan, pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS, membuat harga referensi (HR) CPO turun menjadi 798,90 dolar AS per metrik ton (MT).

"Penurunan HR CPO ini dipengaruhi oleh penurunan harga minyak nabati lainnya terutama kedelai (soybean) dan melemahnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat," kata Kamaludin, Sabtu (20/4).

Akibat turunnya HR CPO, harga CPO di Indonesia, termasuk di Provinsi Bengkulu, mengalami penurunan. Dampaknya langsung dirasakan oleh para petani, dengan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani juga mengalami penurunan.

"Karena harga CPO menurun, harga TBS kelapa sawit di Bengkulu juga terimbas turun," ujar Kamaludin.

Sementara itu, Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Bengkulu, John Simamora menyatakan, keprihatinannya terkait dengan penurunan harga CPO tersebut.

"Kami merasa khawatir dengan penurunan harga CPO karena akan berdampak langsung pada pendapatan petani kelapa sawit di daerah ini," ujar John.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS