https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Petani

Sawit Lebih Menjanjikan, Padi dan Cabai pun Ditinggalkan

Sawit Lebih Menjanjikan, Padi dan Cabai pun Ditinggalkan

Karena komoditas sawit lebih menjanjikan, sejumlah petani di Bengkulu meninggalkan budidaya tanaman pangan. Foto: Dok. Elaeis

Situasi yang ada menyebabkan kerugian bagi pasar lokal. Bagaimana Pemprov Bengkulu menyikapinya?

KETIKA komoditas lain menjanjikan keuntungan yang lebih memadai, meninggalkan komoditas yang sudah diwarisi secara turun-temurun menjadi sebuah keniscayaan.

Itulah fakta yang terjadi di tengah masyarakat Provinsi Bengkulu belakangan ini. Akibatnya, karena banyak yang beralih dari mengolah sawah dan membudidayakan cabai menjadi petani sawit, membuat  ketersediaan beras dan cabai di daerah itu mengalami penurunan.

Beberapa petani yang beralih ke tanaman sawit mengungkapkan alasan di balik keputusan mereka. Salah satunya karena kelapa sawit menawarkan keuntungan yang lebih besar.

"Kebun sawit menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar dan stabil daripada menanam padi dan cabai," ujar Ahmad, seorang petani di Kabupaten Bengkulu Utara, yang baru saja beralih ke tanaman sawit. 

Menurut Ahmad, beralihnya petani ke sawit tidak hanya disebabkan potensi keuntungan yang besar. Namun terdapat beberapa faktor yang ikut menjadi penyebab kenapa mereka bisa beralih diantaranya faktor cuaca dan serangan hama.

"Kami tidak mau ke tanaman padi dan cabai karena kedua tanaman itu mudah terpengaruh cuaca dan mudah diserang hama," paparnya.

Kondisi itu pula yang ditengarai 
mengakibatkan harga beras dan cabai di pasaran pada awal tahun 2024 ini menjadi meningkat.

Menurut Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Bengkulu, Darjana, banyak petani di Bengkulu telah memutuskan untuk mengalihfungsikan lahan pertanian mereka menjadi kebun sawit. 

Sehingga petani yang tadinya menanam padi dan cabai sudah berhenti total menanam komoditas pangan tersebut.
"Hal itu yang menyebabkan produksi padi dan cabai menurun hingga harga kedua komoditas itu menjadi naik," ujar Darjana, Sabtu (2/3).

Darjana menjelaskan bahwa penurunan produksi padi dan cabai berdampak langsung pada ketersediaan pasokan. Sehingga membuat harga kedua komoditas pangan strategis tersebut meroket.

"Saat ini, harga beras di Bengkulu telah mencapai Rp 23 ribu per kilogram, sedangkan harga cabai melonjak menjadi Rp 75 ribu per kilogram," tambah Darjana. 

Sementara itu, Wakil Gubernur Bengkulu, Rosjonsyah mengatakan, meskipun keuntungan finansial menjadi dorongan bagi sebagian petani, konsekuensi dari beralihnya lahan pertanian menjadi kebun sawit juga tidak bisa diabaikan. 

Dikatakan, penurunan produksi beras dan cabai telah menyebabkan kerugian bagi pasar lokal dan mengancam ketahanan pangan di wilayah Bengkulu.

"Peralihan tanaman dari padi dan cabai ke sawit tentu saja menyebabkan kerugian bagi pasar lokal dan mengancam ketahanan pangan di Bengkulu," ujar Rosjonsyah.

Ia mengaku, Pemprov Bengkulu telah mulai merespons situasi ini dengan mencari solusi untuk mengatasi kelangkaan dan kenaikan harga beras dan cabai. 

Langkah-langkah seperti penyediaan subsidi untuk petani padi dan cabai serta peningkatan pengawasan terhadap konversi lahan pertanian menjadi kebun sawit sedang dipertimbangkan.

"Dalam situasi ini, langkah-langkah yang diambil oleh kami diharapkan dapat memberikan dorongan bagi petani untuk kembali fokus pada pertanian padi dan cabai serta menjaga ketahanan pangan di Provinsi Bengkulu," pungkasnya.



 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS