https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Bisnis

Berbahaya, Jika Terjadi dalam Jangka Panjang

Berbahaya, Jika Terjadi dalam Jangka Panjang

Ilustrasi pelemahan rupiah. Foto: rri.co.id  

"Kami ingin ada langkah konkret untuk mengatasi pelemahan rupiah."

SEJAK beberapa waktu belakangan terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dipicu oleh konflik Iran dengan Israel. Apa dampaknya bagi petani sawit, terutama di Provinsi Bengkulu?

Menurut Pengamat Ekonomi Bengkulu, Profesor Kamaludin SE MM, jika nilai rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat melemah dalam jangka pendek, harga dalam negeri naik, industri sawit di hulu diuntungkan, termasuk petani sawit. 

Namun, jika pelemahan ini berlanjut, biaya produksi pun akan meningkat, terutama dari segi impor seperti pupuk.

"Kalau jangka pendek mungkin hanya menyebabkan kenaikan harga di dalam negeri, tapi kalau jangka panjang tentu saja membuat petani sawit menderita karena harga pupuk kimia akan menjadi mahal," kata Kamaludin, Senin (22/4).

Ia mengaku, kondisi tersebut diperkirakan akan membuat para petani sawit di Bengkulu semakin merana. Mereka harus menghadapi kemungkinan naiknya biaya produksi yang bisa menggerus keuntungan mereka.

"Kalau harga pupuk kimia naik maka itu akan menyebabkan naiknya biaya produksi petani sawit dan menggerus pendapatan mereka," tuturnya.

Selain itu, pelemahan rupiah juga akan menyebabkan ketidakpastian ekonomi. Sehingga turut mempengaruhi keputusan investasi di sektor pertanian, termasuk industri sawit di Bengkulu. Hal ini bisa berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi daerah.

"Pelemahan rupiah akan mempengaruhi keputusan investasi di Bengkulu juga dan berdampak negatif ke pertumbuhan ekonomi daerah," tambah Kamaludin.

Menghadapi tantangan ini, para pemangku kepentingan di Bengkulu, termasuk pemerintah daerah dan pelaku industri, perlu bekerja sama untuk mencari solusi yang dapat mengatasi dampak negatif pelemahan rupiah terhadap petani sawit.

"Dalam situasi yang sulit ini, petani sawit di Bengkulu membutuhkan dukungan yang kuat dari pemerintah dan pelaku industri agar mereka dapat bertahan dan terus berkontribusi pada perekonomian daerah," pungkasnya.

Melihat kondisi yang semakin sulit, Ketua Aliansi Petani Sawit di Bengkulu, Edy Mashury berharap ada langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pelemahan rupiah terhadap biaya produksi mereka. 

Para petani sawit di Bengkulu menginginkan kepastian dari pemerintah terkait kebijakan dan langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi masalah pelemahan rupiah dan dampaknya terhadap industri sawit di daerah mereka.

"Kami ingin ada langkah konkret untuk mengatasi pelemahan rupiah dan membuat para petani sawit di Bengkulu tidak merasa khawatir akan masa depan usaha mereka dan kesejahteraan keluarga mereka," pungkasnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS